24. Happiness Is Spelled Y-O-U. (jbjc)

168 8 2
                                    

by. lavenderjibeom

suitable for most ages
No TWs

ㅇㅇㅇㅇㅇㅇ

"Biar gak pegel."

ㅇㅇㅇㅇㅇㅇ

Di bawah terik matahari menjelang sore, Joochan menyeka keringat di dahinya menggunakan tangan kirinya dan mengibas seragamnya beberapa kali, mencuri-curi kesempatan di kesempitan sambil memastikan bahwa tidak ada yang melihat. Tangan kanannya hanya terdiam kaku, meski rasanya sudah ingin lepas, dua jari menempel pada keningnya, siku tertekuk, memberikan hormat pada tiang bendera tanpa istirahat. Tak ada hal lain yang bisa dilakukannya selain membiarkan kaus dan seragamnya becek dibasahi keringat dan menggerutu kesal dengan Pak Jangjun, guru PKn.

'Bukan salah aku dong kalo ketiduran di kelas Pak Jangjun? Salah sendiri ngajar PKn gak jelas.'

Belum lama Joochan berdiri memang, tapi hukuman seperti ini membuat dua menit terasa seperti dua jam. Dia dapat melihat beberapa siswa kelas sepuluh dari lantai paling atas menatap dan mungkin menertawakannya yang sedang hormat sendirian ke tiang bendera tanpa alasan seperti orang idiot. Ah, enaknya saat jam terakhir guru tidak datang ke kelas. Tapi nasib baik tidak bersama Joochan hari ini.

Tanpa disadari, sesosok siswa lain datang dan berdiri di samping Joochan, yang membuatnya sontak menolehkan kepalanya. "Jibeom?! Kok kamu disini?" tanyanya heran, melihat Jibeom sudah hormat ke tiang bendera juga.

"Ketiduran juga," jawab Jibeom enteng, tanpa menoleh ke arah Joochan. "Kamu kan tau Pak Jangjun kalo ngajar PKn gak jelas, suka jayus pula."

Joochan tertawa mendengarnya dan seketika senyuman merekah di wajahnya. Setelah dipikir-pikir, lucu juga bagi Joochan, bahwa murid baik-baik semacam Jibeom bisa mendapatkan juga hukuman seperti yang ia lakukan. Memang sih, banyak kejadian sebelum ini saat Jibeom menemani atau membantu Joochan menyelesaikan hukumannya; membersihkan koridor, lari keliling lapangan, bersihin sampahㅡtapi hari ini Jibeom benar-benar ketiduran dan dihukum bersamanya. Senang? Tentu, meski terdengar jahat, tapi apa boleh buat, kalau dihukumnya sama pacar sendiri mungkin saja bisa jadi kenangan di masa depan kan? Semua terjadi dimulai dari saat mereka naik kelas sebelas, setelah Jibeom menembak Joochan akibat 'cinlok' di ekskul paduan suara. Beruntung buat mereka, dikasih sekelas di kelas sebelas.

"Bisa ya, orang kayak kamu ketiduran di kelas," saut Joochan sedikit terkekeh. Jibeom Si Manusia Ulangan Harian 100 Terus, ketiduran di kelas dan dihukum, terdengar cukup aneh.

"Ya bisalah kalo gurunya kayak Pak Jangjun," jawab Jibeom dengan nada sedikit ketus.

Joochan tertawa lagi. "Lucu banget sih kamu!" Joochan lalu memutar badannya menghadap Jibeom dan menarik pipinya, memperoleh erangan kesakitan dari pacarnya. Meski begitu, Jibeom tidak protes dan meminta Joochan untuk berhenti.

"Ngapain sih?!" respon Jibeom baru setelah Joochan melepas cupitannya, mengelus pipinya yang memerah. Merah karena sakit atau karena malu? "Udah hormat aja yang bener!" lanjutnya, memaksa Joochan menghadap ke depan lagi. Joochan hanya tersenyum, lupa kalau masih ada tiga puluh menit lagi hingga bel pulang berbunyi.

ㅇㅇㅇㅇㅇㅇ

"Joochan! Hormat yang bener!"

Terikan Pak Jangjun yang khas membubarkan Joochan dari lamunan setengah tidurnyaㅡya, dia hampir saja tidur berdiri sambil hormat ke tiang bendera. Ia segera menegakkan badan dan tangannya, yang tertangkap basah disenderkan pada pundak Jibeom.

ㅇㅇ

"Aduh, pegel," keluh Joochan.

Jibeom menoleh sejenak kemudian melangkah kecil mendekat ke arah Joochan, memposisikan bahunya tepat di bawah siku Joochan. "Ji?"

BLACKBOARD.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang