34. That Feeling: A Chance To Love (ytsm)

162 10 5
                                    

by. Peanutsiepies

Rating: General

***

Terhitung sudah tiga hari Seungmin sendirian selama berada di kelas. Para sahabatnya benar-benar menggunakan waktu dispensasi dengan baik untuk latihan. Bisa dikatakan Seungmin hampir tidak pernah melihat temannya akhir-akhir ini, baik Jaehyun maupun Donghyun.

Sesekali memang ia bertemu di kantin, tapi mereka memilih makan ditempat lain. Seungmin sendiri bingung sejak kapan tempat latihan boleh dipakai untuk makan? Ya, terkecuali lapangan indoor.

Sejak saat itu Seungmin selalu sendiri, setiap hari. Pria itu tentu memiliki teman lain selain dua nama yang telah disebutkan tadi. Ia hanya tidak terlalu dekat yang lain. Every classmate always have their own circle, begitu kira-kira.

Pria itu memilih untuk memakan makan siangnya sendirian di kantin dengan earpods yang terpasang, mendengarkan lagu favorit-nya.

Maka dari itu saat Seungmin mengatakan, "Another episode of gue sendirian." pada Jaehyun dan Donghyun disore hari sepulang sekolah, he really mean it.

Ah omong-omong selama tiga hari kebelakang, Seungmin merasa ia diikuti. Seperti seseorang sedang mengamati dirinya. Seorang pria tinggi, yang tidak ia kenal. Entah disengaja atau tidak, tapi ia selalu berada tepat dibelakang Seungmin saat ia di kantin.

Sebenarnya ia tak merasa terganggu selama seseorang itu tidak bertindak aneh. Ia hanya penasaran apa keinginan pria ini dari dirinya? Lagipula Seungmin bukan anak pintar yang bisa dimintai kisi-kisi untuk jawaban ujian.

Dan hari ini, saat lagi-lagi si pria tinggi yang ia maksud berada dibelakangnya, Seungmin memberanikan diri untuk menyapa pria itu terlebih dahulu.

Ia hanya akan berharap bahwa dia bukan kakak kelasnya. Dalam konteks apapun, ia malas untuk berhubungan dengan kakak kelas.

Ia berbalik badan dan punggung lebar adalah hal pertama yang ia lihat. Dengan ragu ia menepuk pundak si pria pelan.

Pria itu melepas airpods yang terpasang ditelinganya, ikut berbalik untuk melihat siapa yang menepuk. Ia tak mengatakan apa-apa, membiarkan Seungmin mengatakan maksudnya terlebih dahulu.

"S-sorry kalau gue ga sopan, tapi kayaknya gue sering liat lo ga sengaja ngikutin gue tiap makan siang...," Seungmin memberi jeda untuk ia berdeham, mencoba agar suasananya tak terlalu awkward.

"eh gue aneh ga sih tiba-tiba gini? Sorry ya kayaknya emang ga sengaja aja kita depan belakang mulu." Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, malu karena ia telah berprasangka yang tidak-tidak pada seseorang yang tidak ia kenal.

Ah tapi pria ini malah tersenyum kikuk, lalu sama-sama menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Harusnya gue yang minta maaf sih, sorry ya kalau lo ngerasa keganggu."

Seungmin mengkerutkan dahinya, untuk beberapa detik mencoba untuk paham. "Maksudnya lo emang ngikutin gue?"

"No!? Akhir-akhir ini gue sering liat lo makan sendiri di kantin, dan gue juga. Ya, tadinya gue mau ngajak makan bareng biar kita ga sendiri mulu gitu..."

Kuatkan Seungmin untuk bisa menahan tawanya. Juga, jangan salahkan Seungmin jika first impression-nya pada lelaki ini adalah; aneh.

"Lo sini deh pindah kalau emang mau makan bareng. Lama-lama sakit leher ngomong kek gini."

Pria itu tidak banyak basa-basi setelah Seungmin memersilakan untuk duduk disamping dirinya.

"Oh iya, maaf kalau gue ngikutin lo mulu. Gue kira lo korban bullying."

BLACKBOARD.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang