4. Serpihan Rindu

79 10 0
                                    

Selamat datang kembali.

selamat menyaksikan keuwuan.

🩹🩹🩹

Pukul 05:12 sore

Zurra terbangun dari tidurnya dia teringat belum membalas pesan Gavin buru buru mengecek ponselnya.

"Duh udah jam segini aja lagi." Gumamnya, Zurra segera membalas pesan Gavin.

Kak Gavin ☀️

kak, maaf gue ketiduran..
tadi abis denger vn lo tiba tiba gue ketiduran
capek banget soalnya
* send picture *
baru bangun bobo hehe
gue izin keluar sebentar ya kak??
gue sendiri aja gapapa kok

Tak ada jawaban dari sang pacar Zurra pun menaruh kembali handphone nya dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Lalu Zurra melihat dirinya di depan cermin, sangat kacau rambutnya berantakan mukanya sembab bekas darah di baju rasanya benar benar kacau.

"Coba aja gue ada di posisi Nita mungkin gue bakal di sayang banget kali ya." Zurra menarik nafas sesak dan mengamati dirinya yang sangat miris.

Malas berlama lama di depan cermin Zurra segera menyiapkan air hangat dan masuk ke bathub dan berendam sambil menikmati perih luka nya.

🩹🩹🩹

Zurra sedang berdiri di depan rumahnya, menunggu ojol yang dia pesan saat sedang bersiap siap tadi, selang beberapa menit yang dia tunggu datang.

Dia sengaja memesan ojol karena dia tak mau merepotkan pacarnya dia rasa cukup telah merepotkan pacarnya dalam banyak hal, lagipula dia tak mau di anggap cewek manja oleh pacarnya sendiri.

Langit mulai gelap, tak menghalangi Zurra untuk ke tpu iya tempat dimana sekarang Azam beristirahat, akhirnya dia sudah sampai di tempat pemakaman, setelah bayar Zurra berjalan menuju tempat kakak nya.

Perlahan Zurra duduk di samping makam kakak nya lalu memeluk erat tanah yang mungkin tidak bisa memeluk balik tubuh mungilnya.

"Kak, gue kangen sama lo, papa jahat sama gue kak! Gaada yang percaya sama gue satupun, gue capek sakit rasanya, kenapa? Kenapa harus gue yang nanggung semuanya?" Zurra menangis di sana dia tak peduli pocong ataupun kuntilanak menertawai dirinya yang berbicara dengan tanah, sekarang dia hanya rindu kakak nya.

"Sekarang gue udah punya pacar kak, dia lucu tau, kapan kapan deh gue kenalin lo ke dia ya kak gue janji, dia juga bisa bikin gue ngerasa aman, tapi dia ga bisa lindungi gue dari papah kak, gue ga mau dia jadi sasaran papah." Sekarang Zurra semkain terisak dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang.

Hening, Zurra mencoba mengatur nafasnya yang tak beraturan, Zurra membenarkan posisinya menjadi duduk, dia memandangi makam kakak nya dan mulai menabur bunga.

Tak lupa Zurra juga menyirami air dan berdoa, sebelum sampai tadi Zurra sempat meminta Abang ojol untuk mampir membeli bunga dan air mawar.

"Gue mau deh kaya dulu lagi kak, di peluk papah di banggain di depan teman teman kantor nya, di cium bunda di manjain bunda, sekarang? Boro boro manggil papa bunda, ngelirik aja gue di sinisin."

"Gue sakit juga kak ternyata, tapi gue gatau juga sih kak soalnya gue belum periksa, gue takut banget kak kalo periksa, lagian kak kalo gue periksa juga nanti duit gue abis nya cepet." Zurra menarik nafas dalam dalam, jujur dirinya sangat kangen dengan Azam.

"Kak Andra emang sering ngasih duit sih ke gue, tapi gue ga mau pake duit dari kak Andra, gue malu soalnya dulu gue sering marahin dia tapi dia masih aja baik sama gue."

Flash back.

"Zurra, kakak beliin kamu boneka semoga kamu suka ya.."

"Ihh, kak apasih Zurra udah gede!! Zurra ga suka boneka kak, yang lain kek." Oceh Zurra pada Andra, namun Andra hanya tersenyum dia mengerti bahwa Zurra seperti ini karena masih kecil jika sudah besar pasti sifat nya akan berubah.

"Eh bocil lu ya, di kasih bukannya makasih malah ngomel gue gigit ya," kini Azam yang ngomel kepada Zurra.

"Udah Zam, kaka gapapa nanti juga Zurra suka." Saat itu Andra sudah berumur 19 dan Azam 16 sedangkan Zurra berumur 8 tahun.

"Mending bonekanya buat aku aja kak." Entah dari mana tiba tiba saja ada seorang gadis kecil datang dan mengambil boneka milik Zurra sontak semua yang ada di ruangan itu terdiam dan Azzurra pun mengambil boneka nya dari tangan gadis tersebut.

"Bentar, kamu siapa ya?" Tanya Andra kepada gadis itu dan mata Andra tertuju pada papah dan bunda nya yang baru saja masuk rumah.

"Ini nama nya Nita umur dia 6 tahun, bunda sama papah adopt dia dari panti asuhan tadi, biar Zurra ada temennya." Jelas bunda nya, mereka bertiga memasang muka yang jelas tidak setuju.

"Tiba tiba banget loh, bund pah?? Apalagi bunda sama papa ga ada ngomongin ini sama kita," ucap Andra yang tak terima.

"Nak, maaf ya papah sama bunda cuma mau Azzurra ada temennya biar dia ga sendirian."

"Sendirian? kan Andra ada Azam ada pah." Azzurra memilih untuk diam karena takut.

"Udah ya Ndra?? Tinggal terima dia aja ga susah kan?? Lagian kalian kan cowok Zurra juga pasti butuh temen main, yakan sayang?" Tanya Aldo pada Zurra, Zurra hanya mengangguk tak paham, Andra hanya mengusap mukanya kasar.

"Yaudah si bang biarin aja, adek gua mah cuma Zurra bang, udah ah gua mau main dulu sama adek gue yang lucu ini." Azam pun menarik tangan Zurra ke tempat bermain mereka dan meninggalkan semua yang ada di ruang keluarga.

"Iya sih, yaudah terserah bunda sama papah Andra ga mau berdebat." Sejak saat itu Nita menyimpan rasa tidak suka terhadap Zurra dan apapun yang Zurra punya dia juga harus punya. ⠀ ⠀
Flash back off

"Coba aja kak, waktu itu Nita ga di adopt papah sama bunda pasti lo masih sama gue, gue juga nyesel banget kak ngangguk waktu di tanya dulu, gue beneran capek banget kak apa yang gue punya dia harus punya, sifat dia ga berubah dari dulu... Kalo nanti gue udah ga kuat dan gue bakal akhirin semuanya, gue mau nanti tubuh gue ada di samping kuburan lo kak." Zurra tersenyum tipis lalu mencium batu nisan Azam.

"Woi cug ngapain lo di sini? mau kosplay jadi kuntilanak?" Azzurra yang sudah mengenali suara itu hanya pasrah.

"Gue lagi ngamen nih Rey." Jawabnya penuh penekanan.

"Buset serem amat ngamen di kuburan, mending ikut gue aja yuk." Tanpa menunggu aba aba dari Zurra Reyhan menarik tangan Zurra.

"Ih apaan anjr sakit, lepasin dong." Zurra mencoba melepaskan tangannya dari Rayhan, tetapi tenaganya sangat kuat saat memegang tangan Zurra dan Reyhan segera membawanya ke mobil.

"Gue tau Ra lo lagi sedih mending ikut gue ketempat yang bisa lepas semua kesedihan lo itu." Perlahan Reyhan mulai memundurkan mobilnya.

"Kangen kak Azam ya lo?" Tanya Reyhan penasaran.

"Banget lah." Jawab nya lirih.

"Btw kening lo kenapa itu, Ra?"

"Ga usah nanya nanya deh, wartawan lo?" Reyhan mencibir omong Zurra.

"Iya wartawan gua, ngapa dek." Balas nya dengan penuh ejekan.

"Ish lo ya--"

Di tengah perdebatan tiba tiba hp Zurra berbunyi.

🩹🩹🩹

Hayo siapa yang nelpon Zurra wkwk.

Obat Untuk Luka | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang