11. Hujan di Jakarta

53 4 0
                                    

Gavin sudah menunggu Zurra di depan cafe, tanpa basa basi Gavin memakaikan helm untuk sang kekasih tercinta, njayyy.

"Mau jalan jalan dulu ga?" tawar Gavin, yang di tawar hanya mengangguk dan menaiki motor.

"Lo ga ngeroko kan tadi kak?" Tanya Zurra sedikit penasaran dan menciumi jaket sang pacar, Gavin hanya terkekeh kecil dan mengusap halus tangan Zurra.

"Ngga sayang, tanya aja Jason sama Awan yang ngeroko Kevin doang kita bertiga kaga," jelas Gavin kepada Zurra.

"Bagus deh kak, gue ga suka lo ngeroko," ucap nya lagi. "Gue udah ga suka rokok, tenang aja," jawab Gavin membuat Zurra tenang.

"Kak," panggil Zurra.

"Kenapa," sahutnya.

"Kalo misalnya kita pisah gimana?" Tanya Zurra mendadak.

"Pisah nya gimana dulu."

"Kematian."

"Gatau cill gue belum siap, kalo misalnya itu terjadi, biarin gue pergi lebih dulu gue gamau kalo lo pergi duluan, lebih baik lo tanpa gue dari pada gue tanpa lo, tapi mau gamau kita harus siap untuk nerima semuanya karena yang nentuin itu semua Tuhan, gue berharap nanti kita sama sama sampai akhir," jelas Gavin.

"Tapi lo tau kak gimana caranya ikhlas?"

"Caranya gampang, asal ada niatan buat ikhlas dalam diri sendiri karena yang pergi akan ada yang baru, yang selalu bersama akan berpisah dengan caranya masing-masing, setiap orang ada masanya setiap masa ada orang nya," Gavin tau apa yang di maksud dengan Zurra.

"Semisalnya gue pergi duluan gimana kak?" Gavin diam tak bergeming dia tidak bisa menjawab pertanyaan Zurra kali ini.

"Gue belum siap sama sekali, ngebayangin aja gue ga sanggup yang ada gue gila gaada lo."

"Tapi kalo nanti gue gaada, tolong sering ke kuburan gue ya kak sama kasih bunga lavender tapi kalo lo udah punya pacar ga sering gapapa kak, tolong sayangin pacar lo kaya lo sayang sama gue," Zurra berhenti sebentar sambil menahan nangis suara nya sudah mulai bergetar.

"Kata lo kan setiap orang ada masanya setiap masa ada orang nya, kalo nanti gue pergi berarti masa gue udah abis kak berarti lo harus cari orang buat masa baru lo tolong jangan pernah inget hal hal yang bikin pacar lo sakit ya kak, lo sakitin dia sama kaya lo sakitin gue." Gavin diam dan menarik nafas perlahan.

"Ya elah cill lo ngomong gitu kaya lo mau pergi aja, udah ah gue gamau, pokoknya lo harus sama gue terus titik." Tanpa sadar air mata Zurra mengalir gitu saja, entah mengapa rasanya sangat sesak.

Sore itu mereka membicarakan tentang kehilangan di temani dengan air hujan yang mengguyur kota Jakarta.

Mereka mengelilingi kota Jakarta dengan pakaian yang basah, namun mereka tidak peduli dengan hujan mereka suka hujan karena hujan membuat tenang, bagi mereka.

Setelah hujan mulai reda mereka mencari makanan, jika kalian bertanya kenapa ga langsung pulang mereka ingin mencari bakso langganan mereka, cocok jika hujan begini.

"Mang bakso dua mangkok biasa ya."

"Oke siap, yang satu ga pake bawang goreng sama daun seledri yang satu lengkap," koreksi abang nya, mereka berdua mengangguk lalu tersenyum.

Gavin dan Zurra segera mencari tempat duduk, walau lumayan ramai tetapi masih ada tempat untuk mereka berdua.

"Gue males pulang kak," ucap Zurra, lalu menidurkan kepalanya di atas meja dengan alas tangan.

"Terus lo maunya kemana kalo males pulang," sahut Gavin lembut tak lama ia mengelus rambut Zurra halus, lalu memindahkan kepala Zurra ke dada Gavin, lalu menenggelamkan wajahnya di dada Gavin.

Obat Untuk Luka | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang