14. Sesak yang tak berakhir

64 5 0
                                    

Hari minggu sudah tiba, sesuai perjanjian bahwa hari ini Azzurra dan Gavin akan pergi mengelilingi kota Jakarta.

Zurra terkejut kalau mereka akan naik mobil hari ini, padahal dia sangat ingin naik motor.

"Udah jangan bete gitu, kapan kapan deh gue janji kita naik motor berdua ya, sekarang naik mobil dulu, panas cill gue gamau lo kepanasan."

"Tapi kan gue mau nya naik motor kak, gimana sih kalo kaya gini mana enak." Prostes Zurra sambil memalingkan wajahnya.

"Ra, gue gamau lo mimisan lagi kaya kemarin lo ngerti ga sih?" Zurra pun terdiam dan menunduk saat mendengar Gavin berbicara dengan nada tinggi.

"Udah sekarang kita naik mobil dulu aja, gapapa Ra, gue minta maaf ya sayang udah bentak lo tadi," tangan Gavin terulur mengusap kepala Zurra halus, dia hanya tak ingin wanita nya sakit.

"Janji ya kak kita bakal naik motor nanti." Gavin mengangguk lalu tersenyum gemas.

Hp Zurra berdering, Zurra pun mengangkat telpon nya hati nya panik tak karuan dia takut kalau Nicho memberitahukan penyakit nya pada Andra, namun Zurra menepis semua ketakutan nya itu.

"Akhirnya di angkat, kamu apa kabar? " Tanya seseorang yang di telpon, Gavin bingung Zurra telpon dengan siapa.

"Gue baik kok," jawaban Zurra sangat berbalik pada dirinya, padahal dia sedang tidak baik baik saja.

"Lagi dimana?"

"Lagi di luar, mau jalan hehe."

"Ini kaka mau transfer kamu uang, tolong di terima ya?? Ga usah di balikkin."

"Ga usah kak uang gue masih cukup kok." Bohong jika Zurra bilang uang jajannya cukup padahal tidak sama sekali cukup karena dia harus bayar biaya rumah sakit untuk pengobatan nya kemarin.

"Kakak mohon, jangan tolak pemberian kakak kali ini." Andra sedikit memohon kali ini, jujur meluluhkan hati Zurra tak gampang, dirinya sudah bertahun tahun mengambil hati Zurra, namun selalu gagal.

"Ya oke gue terima." Andra tidak pernah tahu bahwa Zurra sering di siksa oleh papahnya, jika Andra menelpon orang tua nya berubah menjadi baik.

"Yaudah kaka kirim ya ... Nah udah masuk ya Ra, kue nya mungkin besok."

"Sebentar gue liat dulu." Zurra pun membuka ponsel nya dan memeriksa hasil transferan Andra, dirinya terkejut bukan main saat mengetahui kiriman uang dari Andra, kali ini lebih banyak dari sebelumnya.

"Kak ini kebanyakan, gue jajan ga sebanyak itu juga kali." Protes Zurra pada Andra, namun Andra hanya terkekeh dan berkata "Gapapa, kan kebutuhan kamu juga banyak kan, udah ya terima aja."

"Iya kak makasih banyak ya." Zurra sangat menyesal dulu tidak suka dengan abang nya dia selalu menghindar jika ada Andra, jangan kan memanggilnya kak di sentuh aja Zurra rasanya ogah, sekarang dirinya malah ingin memeluk kakaknya erat dan menceritakan semua kesedihannya.

"Anything for you, nanti pas kamu ulang tahun kaka pulang ya, kaka harap senyum kamu yang manis masih ada ya haha."

"Yaudah gue tunggu lo pulang," Zurra ingin sekali berbicara seperti biasa namun Zurra sangat gengsi.

"Iya cantik kaka tutup ya call nya kerjaan kaka masih banyak, kaka mau selesaiin biar kaka bisa pulang, see you cantik."

"Bye kakk, gue tunggu ya," sambungan terputus, Zurra meletakkan kembali handphone nya di dalam tas.

"Siapa cill?" Tanya Gavin dengan penasaran.

"Oh ini abang gue, dia baik banget sama gue kak padahal sering banget gue cuekin, gue selalu di treat baik sama kak Azam sama ka Andra juga, sampe adek tiri gue ga terima padahal perhatian bunda sama papah udah ke dia semua, akhirnya abang gue sakit dia sengaja nuker obat itu biar gue ga ada yang peduliin lagi," ucap Zurra sedikit gemetar, ya memang hidupnya sangat miris andai waktu itu dia tau kalau ada yang mau menukar obat abangnya pasti dia tidak akan meninggalkan kamar saat itu juga.

Obat Untuk Luka | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang