"Katanya mimpi ku kan terwujud, mereka lupa tentang mimpi buruk, tentang kata maaf, sayang, aku harus pergi."
***
Gavin baru saja bangun dari tidur nya, sudah 3 hari dia bolos sekolah dan mengurung diri mungkin dia akan kembali sekolah hari senin untuk mengikuti ujian akhir.
"Ra, sakit banget rasanya."
Gavin nyaris gila di tinggal Zurra, tubuhnya seperti tidak terurus rambutnya sangat berantakan, mukanya sembab tak karuan, hidup Gavin benar benar kacau.
Gavin terus bertanya pada dirinya, kapan dia bisa ikhlas melepaskan Zurra, namun kata ikhlas tidak semudah saat di katakan.
Teman teman nya sudah bersusah payah membujuk Gavin agar keluar dari kamar nya, namun nyata nya nihil tidak ada jawaban dari Gavin.
Sekarang, Gavin hanya suka tidur dan berharap akan bertemu dengan Zurra di mimpi tetapi dia sama sekali tidak pernah bermimpi Zurra hadir di mimpi nya.
Suara pintu terbuka dengan keras sontak Gavin menoleh ke arah sumber suara dan menatap marah.
"Jangan gini ya bang? Papah ga tega liat abang kaya gini terus." Suara Daniel mulai terdengar, Gavin menatap papah nya terlihat sorot mata Gavin yang menjelaskan bahwa dia benar benar tak tahu harus apa.
"Boleh papah peluk abang?" Daniel pun mulai mendekat dan memeluk tubuh putranya, dulu dulu sekali Daniel pernah mengalami hal yang sama, dirinya terasa dejavù.
"Bang, papah ga ngelarang abang nangis, tapi abang juga harus jaga kesehatan ya?? Abang boleh nangis sepuas nya boleh bang, tapi jangan kaya gini, abang ga kasian sama diri abang sendiri??" Gavin yang tak kuasa menahan nangis pun akhirnya menangis.
"Zurra pah, Zurra pergi. " Gavin pun kembali memeluk papah nya dan menumpahkan semua rasa sedih nya.
"Iya,, papah ngerti bang, namanya manusia ada saat nya bertemu ada saatnya berpisah, bang.. Abang ga salah nangisin Zurra, tapi papah minta cukup ya?? Azzurra sedih kalo liat abang sedih begini, beriring jalannya waktu abang pasti bisa ikhlas." Perlahan Daniel mengelus dada Gavin halus menyalurkan semangat, Daniel membiarkan putranya lebur dalam pelukannya.
***
Waktu demi waktu berlalu perlahan Gavin sudah mulai ikhlas melepaskan Zurra dan menyimpan semua kenangan dengan rapih.
Sekarang Gavin berada di kuburan Zurra dengan senyum yang lebar dan baju kelulusan yang dia kenakan.
"Ra, gue dateng, bawain bunga lavender juga, bunga yang lo mau kan?? gimana Ra di sana?? Udah enak ya, maaf gue sempet mau nyerah Ra, gue kemarin ga dateng karena gue terlalu sedih ga terima lo pergi, Ra." Gavin menarik nafas dalam dan menyeka air mata yang hampir jatuh.
"Gue lulus Ra, nilai gue paling tinggi, gue keren kan?? Pasti kalo lo masih ada lo orang pertama yang paling seneng ya Ra?? Sambil bilang 'pacar gue paling keren pokok nya.' kangen banget Ra." Sebisa mungkin Gavin menahan air matanya untuk tidak jatuh.
"Ra, gue izin pindah ke bandung ya?? Biar gue yang lunasin janji kita, gue bakal kuliah di sana dan bangun rumah sesuai rancangan yang lo mau Ra, tapi maaf Ra kalo nanti ada yang lain di rumah itu maaf kalo nanti gue jarang dateng, tapi sesekali gue bakal dateng Ra.." Dada Gavin terasa sangat sesak, rasanya tak sanggup ingin bicara lagi.
"Izinin gue bahagia ya, maaf buat segala luka yang gue kasih, kisah kita udah usai Ra, semoga kita bisa ketemu di kehidupan selanjutnya dan bisa jadi kisah cinta yang abadi."
![](https://img.wattpad.com/cover/284698548-288-k788070.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Obat Untuk Luka | End
Romantik"Ra sakit banget rasanya." Gavin nyaris gila di tinggal Zurra, tubuhnya seperti tidak ke urus rambutnya sangat berantakan, mukanya sembab tak karuan, hidup Gavin benar benar kacau. 🩹🩹🩹 Tentang gadis yan...