22. Selamat jalan.

83 4 0
                                    

***

Banyak yang kehilangan Zurra, rumah Zurra di penuhi karangan bunga dan ucapan "ikhlas" namun tidak mudah untuk mengikhlaskan.

Zurra akan di kebumikan hari ini, Andra ikut turun untuk mengubur Azzurra Aldo pun ingin ikut namun tidak jadi karena di tolak secara sarkas oleh Andra.

"Bunda, Andra nanti ikut turun buat ngubur Zurra." Bunda nya hanya mengangguk mengiyakan, rupanya obrolan mereka terdengar oleh Aldo.

"Papah ikut juga ya?" Pintanya secara tiba tiba, jelas Andra yang mendengar itu langsung naik pitam dan tidak mau.

"Emang anda sudi, ngubur jalang? Ngga kan?! Setelah anda bikin adek saya sakit, anda kata katain pas gini baru nyesel? Harus nya anak tiri Anda yang mati bukan adek Saya." Aldo terdiam merenung diri nya terima terima saja jika di maki seperti ini.

"Kak, udah jangan di lanjut, mas aku mohon kali ini aja jangan buat keributan, tolong mas aku minta tolong banget mas kasian Zurra mas." Pinta Adinda sembari memohon dengan memegangi tangan Aldo, tanpa di sadari air mata Aldo lolos begitu saja kini hanya ada penyesalan di hidup nya.

Andra sudah tidak menangis lagi, sejak Adinda berbicara pada dirinya tadi Andra pun harus ikut kuat seperti Adinda walau hati nya masih tak terima, ternyata Aldo ikut mengantarkan Azzurra untuk terakhir kali nya walaupun ia hanya bisa melihat dari jauh.

Pov di rumah sakit

Mutiara masih di rumah sakit untuk menemani Gavin, Mutiara sangat berharap bahwa Gavin akan sadar hari ini namun diri nya belum siap untuk memberi tahu kepergian Azzurra.

"M-mmah." Mutiara yang mendengar itu sontak berdiri, Gavin sudah membuka matanya hati Mutiara sangat lega saat melihat putra nya sudah kembali membuka matanya dengan cepat Mutiara memanggil dokter lalu dokter memeriksa Gavin dan tersenyum.

"Alhamdulillah bu, Gavin keadaan nya membaik walaupun sempat tidak sadarkan diri berhari hari, kemungkinan lusa atau besok sudah boleh pulang." Ucap Nicho, Gavin di rawat dengan dokter yang sama dengan Azzurra perlahan suster membukakan alat pembantu nafas dari Gavin.

"Sayang mamah di sini, akhir nya kamu sadar juga sayang." Gavin tersenyum lemas saat melihat Mutiara mengelus rambut nya, tapi dia sangat heran kenapa Azzurra tidak ada.

"Kalau begitu saya izin permisi ya bu, nanti Gavin akan di berikan obat oleh suster, permisi bu."

"Iya dok terimakasih ya." Ucap Mutiara dengan ramah.

"Z-zzura mana mah," Nicho salah fokus dengan ucapan Gavin, diri nya merasa sedih kembali saat mendengar nama itu, dengan cepat Nicho segera keluar dari kamar Gavin dan menyeka air matanya agar tidak jatuh.

Di lain sisi hati Mutiara sangat berdenyut nyeri saat Gavin menyebut nama Zurra, dia bingung harus menjawab apa.

"Zurra ada sayang, kemarin sempet ke sini dia nunggu kamu eh kamu nya malah gamau buka mata, nanti kalo sembuh kamu ke rumah barunya Azzurra aja ya." Jawab Mutiara dengan memberikan sedikit clue ke Gavin bahwa Azzurra sudah tidak lagi di sini, namun Gavin hanya mengangguk lemah dan tidak berpikir aneh aneh.

Selang setengah jam tiba tiba pintu terbuka dan menampakkan Awan dan Jason yang senang melihat Gavin buka mata.

"Wedeeee udah siuman mas bro ku, inget mas bro dua minggu lagi ujian kelulusan hahaha." Muka Gavin berubah menjadi datar saat Awan mengingatkan ujan esok.

"Ga usah di bahas juga kali monyet." Jawabnya malas, hati Mutiara benar benar lega bahwa anaknya sudah kembali normal dan seperti biasa.

"Bocah baru sadar udah monyet monyet aja, lo tuh kaya monyet," tambah Jason sambil mengeluarkan jari tengah nya, memang teman teman Gavin tidak ada yang waras sekali nya ada pun pasti ingin sesuatu.

Obat Untuk Luka | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang