18. Apapun untuk Zurra

59 5 0
                                    

"Gue tetep mau bawa adek gue ke luar negri," jawabnya penuh penekanan pada setiap kata yang di keluarkan oleh Andra.

"Ndra, lu ga usah egois yang ada adek lo di jalan malah tambah parah, dengerin gua adek lu masih bisa normal kaya orang pada umumnya, tapi adek lu harus rajin cuci darah sama teratur minum obat," mungkin penjelasan dari Nicho membuat Andra sedikit tenang.

"Yaudah pindahin adek gua ke tempat yang di bilang temennya Zurra tadi."

***

Sekarang waktu menunjukkan pukul 07:00 pm, acara ulang tahun Nita sudah berakhir sejak sore tadi.

Nita berdiri di depan cermin dengan sangat marah dan kesal.

"Anjing kenapa Zurra mulu si bangsat gue udah muak ya denger nama dia terus, gue udah bunuh Azam udah berhasil bikin bunda sama papah benci, tapi kenapa si Andra belum anjing, malah makin sayang, Arghhhh."

Nita yang kesal pun melempar botol skincare nya ke arah tembok hingga pecah dan berserakan tak lama ada suara ketukan pintu, benar saja, Nita lupa mengunci pintu nya untung yang masuk adalah Siti.

Nita melihat muka pucat bibinya dia khawatir kalau bibinya tau apa yang Nita katakan. Dengan cepat Nita menarik tangan sang bibi dan mengunci pintu nya.

"Denger apa aja lo tadi?" Ucapnya sambil menatap bi Siti dengan dalam dan mengunci pergelangan tangannya.

"Emang kenapa?" Jawab bi Siti dengan suara sok polosnya aslinya bi Siti tau segalanya.

"Ngaku sama gue atau mau gue abisin nyawa lo," ancam Nita "Loh non kenapa saya baru aja ngetok pintu kamar non gara gara denger suara pecahan tadi." Jawab bi Siti dan membuat Nita yakin.

Nita turun dan ikut makan malam dengan keluarganya.

"Pah, tadi Andra pulang," ucap Dinda secara tiba tiba, Aldo mengarahkan pandangannya kepada Dinda dan minta penjelasan.

"Dia bawa koper Zurra aku gatau dia mau bawa Zurra kemana, Zurra sakit lagi pah, aku mau di samping dia," suara Dinda serak dan menahan nangis, tetapi Aldo hanya diam dan mengangguk. Jelas Dinda hanya bisa diam dan mengumpat dalam hati karena mendapatkan respon yang tidak sesuai dengan harapan nya.

"Aku mau jenguk Zurra boleh ya pah? Aku khawatir," ucap nya penuh keberanian.

"Buat apa? Biar kan anak itu mati saja." Jawabnya dingin.

"Pa-"

"Bunda udah deh ga usah lebay paling dia mau caper doang padahal sakit biasa."

"Jaga omongan mu Nita, bunda gak pernah ajarin kamu seperti itu."

"Jangan marahi anak saya karena anak pembunuh itu." Suasana mendadak hening, Adinda memilih pergi karena sudah tidak ada nafsu untuk makan.

***

Andra masuk ruangan Zurra untuk kedua kalinya.

"Zurra, ini kakak sayang, bangun ya cantik kamu ga capek tidur terus? Kamu kuat kamu kuat ayo bangun yuk, maaf maaf kakak ga bisa jaga kamu, maaf kamu jadi menderita," semakin lama suara Andra semakin menghilang, dia semakin erat memegang tangan adiknya.

"Kakak nyesel ninggalin kamu sendiri di sini, andai dulu kakak langsung bawa kamu pergi setelah Azam meninggal, sakit Ra kakak gamau di tinggal lagi, cukup Azam Ra," Andra mengelus rambut Zurra dengan hati hati, hatinya sangat teriris melihat Zurra seperti ini.

"Kakak janji kakak bakal selalu di samping Zurra, kakak ga mau ninggalin Zurra lagi, bangun ya Ra," selang beberapa menit Andra mendapatkan telpon dari kantor nya.

Obat Untuk Luka | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang