Chapter Eleven

330 48 11
                                    

Dingin di musim gugur menyelimuti bagai kabut di atas Shanghai. Namun meski nampak baur, cahaya bulan dapat menerobos masuk ke ruang mana pun melalui celah kecil. Sela-sela dedaunan atau kisi-kisi jendela.

Jiang Yuelou meletakkan dagunya pada lengan yang melintang di atas kemudi. Mobilnya sudah sampai di depan rumah Chen Yuzhi dan jalanan mulai sepi kecuali sisa pedagang makanan yang masih bertahan dengan asap mengepul-ngepul. Dia menoleh mengamati wajah Chen Yuzhi ketika pemuda yang satu mendongak menatap langit yang tak lagi hujan. Jika cuaca itu penting baginya, atau ia hanya tidak ingin salah tingkah. Jiang Yuelou menerka-nerka sementara satu gagasan bagus melintas di pikirannya.

"Kau pernah menginap di apartemenku sepulang makan malam di Queen Mary," Jiang Yuelou cukup hati-hati untuk tidak mengungkit insiden Chen Yuzhi jatuh tertidur hanya karena segelas sampanye. Tetapi mau tidak mau ia kembali teringat hal itu dan merasakan perutnya melilit karena menahan geli.

"Jadi, kali ini bolehkah aku menginap di rumahmu?"

"Kau yakin? Rumahku tidak senyaman Il Mare," kata Chen Yuzhi tak bisa menahan senyum pada pemikiran Yuelou yang tak terduga.

"Hmm. Kau yakin tidak apa-apa tinggal sendirian?" Jiang Yuelou kini sedikit menurunkan bahu untuk bisa mengawasi rumah mungil Chen Yuzhi di antara rumah lainnya yang diterangi lampion suram.

"Aku sudah lebih dari dua puluh lima tahun," wajah Chen Yuzhi menampilkan ekspresi bingung setiap kali ia terlihat dalam saat-saat tertentu setiap kali ia mengatakan usianya. Seakan ia tak percaya waktu berjalan begitu cepat dan ia masih hidup sendirian serta tidak stabil dalam hal apapun. Seharusnya ia menikah dan berkeluarga bukan?

Xiao bai menggeliat di atas pangkuannya. Embusan angin dingin membuat bulu-bulu tebalnya menjadi dingin dan sedikit lengket seperti habis dijilati. Chen Yuzhi tersenyum pada mahluk imut itu lalu mengelusnya.

"Jadi aku tidak bisa ikut menemanimu di rumah, hanya untuk malam ini saja."

Chen Yuzhi mendengar lagi kalimat Jiang Yuelou yang berbahaya.
"Aku bisa sendiri. Kau tak perlu merasa harus berguna terus-menerus."

Jiang Yuelou tidak terpengaruh, dia tersenyum lembut dan menyentuh punggung tangan Chen Yuzhi.

"Aku tahu itu. Tapi dunia tidak akan kiamat  walau sepasang kekasih unik seperti kita menginap bersama. Belum terlambat untuk mengubah pikiranmu."

Chen Yuzhi melemparkan pandangan gugup padanya. Wajah Jiang Yuelou samar dalam keremangan. Mendadak wajahnya melembut. Segera ia menyadari untuk saat ini dengan fisik nya yang tinggi ramping, rambut hitam lebat dan sinar mata misterius, pemuda itu jauh lebih baik dibanding awal mereka bertemu. Ada ketampanan luar biasa dan menjanjikan di setiap sudut wajahnya. Sepertinya akan sulit bagi siapapun menolak pemuda seperti Jiang Yuelou.

"Xiao bai menemaniku," ia mengelak dengan sia-sia.

Jiang Yuelou tertawa, sekilas pendengaran yang sensitif harusnya mengetahui bahwa ada ejekan dalam suaranya.

Chen Yuzhi tak tahu harus berkata apa. Tentu saja Xiao bai tidak bisa menggantikan sosok Jiang Yuelou. Akhirnya ia mengangguk. Seseorang yang mencintai atau pun dicintai kadang tak tergantikan oleh apapun atau siapapun. Bahkan seorang amatir pun tahu itu.

Memeluk Xiao bai, Chen Yuzhi turun dari mobil dan melangkah menuju halaman rumah diikuti Jiang Yuelou. Lampion dan dedaunan berputar panik di langit Oktober yang bergolak oleh angin dingin.

Chen Yuzhi menekan saklar-saklar di rumahnya untuk mendapatkan pencahayaan di antara suramnya cuaca. Suasana rumahnya jauh lebih buruk dibanding kehampaan tadi pagi ketika ia masih belum memastikan apapun tentang Jiang Yuelou. Tiba-tiba ia merasa khawatir bahwa pemuda itu tidak nyaman berada di sini bersama kesunyian dan kesederhanaan.

𝐑𝐨𝐬𝐞 𝐨𝐟 𝐒𝐚𝐦𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧𝐝 (𝐊𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫 𝐧' 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐞𝐫) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang