Chapter Sixteen

190 38 8
                                    

Setelah hampir setengah jam berada di Queens Mary restaurant untuk makan malam bersama Chen Yuzhi, Jiang Yuelou merasa bahwa keputusannya keliru. Ia bahkan hampir kesulitan menghabiskan makanannya. Sikapnya cukup membuat Chen Yuzhi penasaran hingga akhirnya ia putuskan untuk bertanya.

"Ketika mengusulkan ide makan malam ini, kau nampak terburu-buru dan sekarang kau nampak gelisah. Kukira itu hanya perasaanku saja, ataukah mungkin ada sesuatu?"

Dia meletakkan tangan di atas punggung tangan Jiang Yuelou, memberi isyarat dengan senyuman.

"Entahlah. Sepertinya seseorang di sudut sana memandangiku tanpa henti dan memicuku untuk berpura-pura. Kita tidak tahu apa maksudnya bukan? Aku hanya merasa tidak nyaman, bagaimana kalau kita pulang sekarang?"

Siapapun bisa saja menatap Jiang Yuelou, bisa jadi karena ketampanannya. Tetapi kecemasan di matanya terlalu kentara malam ini. Diam-diam Chen Yuzhi mengikuti arah ibu jari Jiang Yuelou ke satu kursi di sudut restoran. Dua orang pria duduk di sana. Salah satu berkacamata dan berusia paruh baya, satu orang lagi tidak jelas karena memunggunginya. Hanya terlihat lebih kurus dan mungkin lebih muda. Yang disebut memandang rupanya adalah si pria paruh baya.

"Kau kenal dia?" tanya Chen Yuzhi.

Satu naluri lama tentang merahasiakan segala hal terkait hal-hal penting mendekap Jiang Yuelou erat-erat. Ia mendengar dirinya sendiri berkata.
"Tidak. Tetapi kelihatannya pria itu seperti mengenalku. Mungkin. Aku sendiri tidak yakin."

Ucapannya terdengar sangat tidak meyakinkan di telinganya sendiri, namun ketika Jiang Yuelou mengajak pulang, Chen Yuzhi hanya mengangguk.

"Siapa tahu orang itu memang tidak bermaksud baik," Chen Yuzhi menanggapi.

Jiang Yuelou menyelesaikan pembayaran, menaikkan kerah blazernya tinggi-tinggi dan menarik tangan Chen Yuzhi keluar dari restoran. sebelum masuk ke dalam mobil, Jiang Yuelou bertanya, "Yuzhi, apa kau pernah ke kantor polisi?"

Chen Yuzhi kebingungan dengan pertanyaan itu dan baru menjawab setelah Yuelou menyalakan mesin mobil.

"Tidak. Apa itu penting? Kurasa tak ada seorang pun ingin mengunjungi tempat itu."

Yuelou tertawa aneh, menurunkan sedikit jendela mobil agar terbuka.

"Tetapi kau akan memberitahuku kan? Kenapa kau gelisah dengan tatapan pria itu?"

"Tidak. Karena tidak ada apa-apa," Jiang Yuelou berbohong.

Mobil melaju di jalanan meliuk French Concession, berhenti sejenak saat sebuah trem melintas. Pertanda musim dingin bisa terlihat di mana suhu semakin turun dan hawa dingin mencekik. Tetapi langit belum menurunkan salju.

"Ke mana kita akan pulang?" tanya Chen Yuzhi ketika mobil bergerak lagi.

"Ke apartemenku, kau tidak perlu pulang malam ini. Kalau perlu, kau tidak boleh terlihat oleh siapapun."

Angin dingin melesat masuk lewat jendela mobil, menciptakan kebekuan dalam benak Chen Yuzhi. Dia merasa hal itu cukup aneh.

"Kau menghindari seseorang?" Ia memgawasi pemuda di sampingnya, curiga.

Jiang Yuelou hanya menggeleng, bibirnya terkatup rapat. Dia tampaknya telah terpaku pada satu pemikiran lain, sementara ekspresi apapun tak bisa ditangkap oleh mata Chen Yuzhi, kalau pun nampak sekilas, itu segera sirna saat Jiang Yuelou menoleh dan tersenyum padanya.

Dia tahu apa itu pesona. Dan dengan sangat luwes menggunakannya untuk mengatasi chen Yuzhi. Semuanya menjadi lebih mudah.

🥀🥀🥀

𝐑𝐨𝐬𝐞 𝐨𝐟 𝐒𝐚𝐦𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧𝐝 (𝐊𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫 𝐧' 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐞𝐫) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang