Chapter Fifteen

215 35 6
                                    

Matahari musim gugur telah bersembunyi di penghujung barat ketika Chen Yuzhi melangkah keluar dari gedung Union Bank. Akan butuh satu jam baginya pulang dan bersiap-siap. Dia sudah membulatkan tekad untuk pergi berkunjung ke apartemen Il Mare tempat Jiang Yuelou tinggal malam ini.

Menjelang pukul delapan malam Chen Yuzhi turun dari riksaw tepat di depan Il Mare. Gemerisik angin meredam gemuruh dalam hatinya ketika ia mulai berjalan melewati satu pontiac hitam yang terparkir di depan pagar.

Sedikit bingung sebab sebagai tamu yang tidak memberi tahu lebih dulu untuk datang, ia merasa agak canggung melihat satu adegan tidak biasa di depan pintu utama. Suara pintu ditutup serempak begitu Jiang Yuelou dan seorang wanita keluar bersamaan. Dengan mantel hangat dan syal yang membalut lehernya.

Dari balik pagar, sayup Chen Yuzhi mendengar celotehan si wanita. Mungkin dia tengah mengomel atau semacamnya tetapi dia tidak begitu jelas menangkap topik apa yang dibicarakan. Kedengarannya seperti membahas uang sewa.

Sewa?

Chen Yuzhi mengerutkan kening.

Kemudian ada tanggapan pula dari Jiang Yuelou yang terdengar cukup tenang. Chen Yuzhi menunggu selama lima menit sampai perdebatan itu selesai dan si wanita terlihat masuk kembali ke dalam ruangan apartemen. Satu sosok tinggi tegap lain menghampiri Jiang Yuelou. Itu pasti Song Rong. Dari kejauhan, ia melihat Song Rong menanggapi pembicaraan kedua orang itu dengan gelengan kepala dan napas mendesah.

Chen Yuzhi merasa sudah waktunya dia melangkah masuk, menampakkan diri dari balik pagar.

"Tampaknya kabar bahwa kau terlambat membayar uang sewa akan menjadi headline news kota," ujar Song Rong pada pemuda tampan di sampingnya.

Wajah Jiang Yuelou sedikit mundur ke belakang ketika melihat sosok siapa yang muncul dari balik pagar.

"Chen Yuzhi..." ia bergumam, kedatangan kekasih lemah lembutnya itu di luar dugaan. Ekspresinya terlihat bingung.

Song Rong ikut menoleh dan tersenyum miring, "Apa kau bertengkar dengan pacarmu tadi malam? Kenapa terlihat sangat kacau?" tanyanya sedikit bercanda. Mencairkan suasana kiranya perlu sedikit diutarakan di sela ketegangan setelah diomeli induk semang.

Chen Yuzhi bisa merasakan tatapan lekat dua pria itu padanya dan tersenyum malu.

"Apa yang terjadi?" ia memberanikan diri bertanya meski ia tahu mungkin itu bukan urusannya.

Jiang Yuelou menggeleng, "Tidak ada apa-apa. Hanya sedikit salah paham dengan pemilik apartemen."

Song Rong dengan sigap menambahkan, "Wanita zaman sekarang, kau tidak akan pernah tahu setajam apa kata-kata yang mereka gunakan untuk menindas kami para pria malang."

"Kukira tadi dia bicara terlalu keras. Apa dia mengungkit soal uang sewa?" Chen Yuzhi menanggapi. Ia berjalan semakin mendekat dan berdiri merapat pada Jiang Yuelou.

"Tidak usah dipikirkan. Ngomong-ngomong, kejutan manis apa ini? Kau tidak meneleponku dulu bahwa akan datang. Setidaknya aku bisa menjemputmu." Menyembunyikan kebingungan yang terbersit di hatinya, Jiang Yuelou berusaha menampilkan senyuman tenang dan simpatik.

Chen Yuzhi menggeleng pelan, "Sejujurnya tak ada apa-apa. Aku hanya ingin bertemu. Sejak hari itu kita --"
Dia menggantung kalimat dengan bimbang. Song Rong seketika terbatuk.

"Bos, kalau begitu acaranya batal saja. Aku akan kembali besok malam. Bersenang-senanglah."

Jiang Yuelou menatap tajam pada Song Rong khawatir pria itu akan bicara terbuka tentang rencana bermain judi ke Shanghai Velvet. Untunglah meski terlihat acuh tak acuh, Song Rong tidak berani bicara sembarangan.

𝐑𝐨𝐬𝐞 𝐨𝐟 𝐒𝐚𝐦𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧𝐝 (𝐊𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫 𝐧' 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐞𝐫) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang