Yuzhi, jika seseorang mengusir harapan saat hal itu terbang di atas kepala kita, menawarkan manisnya mimpi-mimpi, lalu -- apakah seseorang itu bisa dimaafkan?
Aku pernah berjanji akan membawamu pada satu perjalanan menyenangkan dengan kereta. Sore ini, naiklah kereta pukul tiga menuju kampung halamanmu, Suzhou. Kita akan pergi bersama. Tapi, jika aku tidak datang. Berangkatlah sendirian. Jangan tunggu aku. Kau pasti penasaran mengapa aku melakukan ini. Kelak, jika saatnya tiba aku akan menjelaskan padamu.
Yuzhi, melalui dirimu aku menemukan cinta. Ingatlah, apa pun yang terjadi. Aku selalu mencintaimu.
Jiang Yuelou
Sore ini, dalam momen yang tak biasa dan menggelisahkan. Chen Yuzhi duduk sendiri di salah satu bangku stasiun. Awalnya ia sempat mengenyahkan pikiran buruk ketika Chu Ran datang secara misterius padanya siang selepas jam istirahat, mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal, menyerahkan surat yang tidak masuk akal beserta pesan konyol tentang menjaga kotak makanan. Jiang Yuelou selalu saja bicara padanya melalui teka teki silang. Membuatnya bingung dan tak berdaya. Anehnya, dengan patuh dia mengikuti semua instruksi Chu Ran. Semua begitu mengherankan hingga ia lupa bertanya pada Chu Ran mengapa dan sejak kapan gadis itu mau melakukan sesuatu untuk Jiang Yuelou.
"Aku memiliki firasat buruk tentang ini, Yuzhi. Jika ada sesuatu terjadi, kau bisa hubungi aku kapan pun."
Itu kalimat terakhir yang disampaikan Chu Ran siang tadi. Dulu, gadis itu nampak jengkel mengetahui hubungan cintanya dengan Yuelou. Kini kejengkelan itu berubah lebih mirip kesedihan. Chen Yuzhi selalu melihat Chu Ran sebagai seorang sahabat yang baik, dan tindakannya menyampaikan pesan Yuelou ia anggap sebagai tindakan amal. Tetapi, ada satu pertanyaan mengusik benaknya.
"Tapi kenapa Yuelou tidak bisa mengatakan semuanya secara langsung padaku?" ia bertanya dengan naif.
"Situasi terlihat buruk. Dia tidak mengatakan alasannya padaku. Dia begitu terburu-buru. Aku tidak menemukan alasan mencurigakan. Dia hanya -- nampak bingung dan tersesat."
Yuzhi tidak bisa membaca apapun dari ekspresi Chu Ran. Sewaktu gadis itu pamit pergi, ia tersenyum sekilas dan tidak puas. Kemudian Yuzhi tergelitik untuk mengetahui apa pendapat terakhir dari Chu Ran meski pun sebenarnya tidak terlalu penting. Yah, dia hanya ingin tahu.
"Chu Ran, apakah sekarang kau merestui kami?" tanyanya, berusaha memasang ekspresi bersahabat seperti dulu.
Momen sederhana itu bisa mengubah pendapat Chu Ran dalam sekejap. Kedengarannya tidak masuk akal. Namun itu terjadi. Kalau saja ia tetap berada dalam situasi berdua dengan Yuelou untuk waktu yang lama, seperti halnya Chen Yuzhi, dia juga pasti akan jatuh cinta. Untunglah, masih ada kesempatan untuk mengusir kepulan pesona Yuelou, dan belum terlambat untuk merestui hubungan mereka.
Chu Ran menoleh dan tersenyum.
"Ya. Semoga kalian berbahagia."
Ada keraguan dalam suaranya.
Tapi--siapa peduli.
Kini, ia duduk di bangku ruang tunggu stasiun. Di bawah cahaya temaram matahari senja. Mengenang pertemuan terakhirnya bersama Jiang Yuelou. Dia tidak tahu kesulitan apa yang membuat Yuelou tidak bisa langsung menemuinya, malah menawarkan bertemu secara sporadis di stasiun kereta. Chen Yuzhi melirik jam tangan, ini sudah lewat dari waktu yang ditentukan. Yuelou memintanya naik kereta pukul tiga, tapi bayangan pria itu belum muncul juga. Kadangkala jika seseorang dengan postur tubuh mirip Yuelou lewat, Chen Yuzhi akan terperanjat, berharap itu kekasihnya yang datang.
Surat itu, entah bagaimana, menciptakan ilusi buruk. Seakan-akan ada bahaya terselip di dalamnya. Itu ilusi yang tak pernah berani ia percaya. Tetapi saat waktu bergerak semakin gelap, dan kereta pukul lima telah memasuki stasiun untuk berangkat lagi menuju Suzhou, Chen Yuzhi mau tak mau terpaksa memikirkan lagi setiap kata yang tertulis. Dia membuka surat dari Yuelou sekali lagi, menyusuri tulisan yang terukir di atas kertas dengan jemarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐨𝐬𝐞 𝐨𝐟 𝐒𝐚𝐦𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧𝐝 (𝐊𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫 𝐧' 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐞𝐫)
Hayran KurguRomansa di bawah hujan tercipta tanpa diduga, perjumpaan singkat seorang pemuda manis dengan seorang eksekutif misterius di sebuah kafe, membawa kisah mereka bergulir sampai jauh. Kesan pertama selalu banyak kisah tak terungkap. Pria tampan berkhar...