Chapter Six

343 58 10
                                    

Melintasi halaman kafe, Chen Yuzhi berhenti di bawah pohon sakura. Dia menggertakkan gigi sambil memukulkan tinjunya ke batang pohon, meluapkan kekesalannya.

“Yuzhi..”

Chen Yuzhi bergidik. Sebuah tangan menjalari lengan dan naik ke bahunya. Di saat yang sama, suara yang lembut dan dalam, entah bagaimana terdengar sehalus satin, tetapi bernada tajam dan melumpuhkan. Chen Yuzhi melupakan kekesalannya seketika.
Dia mengabaikan perasaan terkejut dan gugup, lantas berbalik mengadap seseorang itu.

“Kau??" gumamnya tercengang.

Jiang Yue Lou mengangkat sebelah alis.
“Ya, aku. Bagaimana bisa jadi orang lain.”

“Hmm, kupikir kau tidak akan datang.”

“Maaf, aku terlambat.”

Jiang Yue Lou berkata setenang biasanya. Tersenyum lembut dan matanya memandang teduh. Di bawah guguran kelopak bunga sakura, wajah putihnya terlihat bagaikan lukisan yang indah.

Chen Yuzhi ingin sekali melontarkan protes atas sikap semena-mena Yue Lou yang membuatnya menunggu begitu lama. Dia membuka mulut dan berkata,
“Aku yang harusnya minta maaf telah merepotkanmu..”

Jiang Yue Lou tertawa singkat. Giginya berbaris putih dan cemerlang. Yuzhi mengerjap silau.

“Kenapa begitu sungkan? Ayo, kita kembali ke dalam kafe. Aku akan mentraktirmu makan.”

Chen Yuzhi merasa seluruh tulang belulangnya lemas saat Yue Lou melingkarkan lengan ke bahunya, membimbingnya kembali masuk ke dalam kafe. Dia masih tidak habis pikir bagaimana mulutnya berjalan lebih cepat dari otaknya. Dia ingin mengatakan apa tapi yang terucap dari bibirnya justru berbeda.

Jiang Yue Lou ini memang berbahaya.
Menunduk dalam rangkulannya, Chen Yuzhi menurut patuh seperti bocah yang baik. Tangan lembut Yue Lou menggandeng lengan si pemuda imut dan mendudukkannya di satu set meja kursi paling sudut.

“Kau tidak sedang kesal kan?” tanya Yue Lou, melekatkan tatapannya pada wajah Yuzhi yang lugu bak anak tak berdosa.

“Aku sangat santai,” jawab Yuzhi berbohong. Tidak sepenuhnya bohong memang, kekesalannya sudah hampir mereda. Mungkin sebentar lagi akan hilang. Di sapu senyuman magis Jiang Yue Lou.

“Aku akan memesan makanan, dan juga  kopi favoritmu,” Yue Lou berkata, melambai pada seorang pelayan.

“Tidak cappucino lagi,” Yuzhi meringis.

“Bisa-bisa aku sakit gigi.”

Yue Lou tertawa merdu. Dia memesan dua porsi steak, kentang goreng, blueberry cakes, dan bersikeras dengan cappucinno.

Chen Yuzhi menelan ludah berulangkali. Sepertinya Yue Lou senang sekali melihatnya makan.
“Jika terus seperti ini, berat badanku akan naik sepuluh pon dalam dua hari,” celetuk Yuzhi.

Jiang Yue Lou tertawa lagi.

Menyangga dagu dengan jemari yang terjalin, Jiang Yue Lou mulai mencermati wajah imut Yuzhi dengan serius.

“Ada masalah apa?” dia bertanya hati-hati.

Chen Yuzhi memaksakan senyuman kecil di sudut bibirnya, “Sudah lama sekali rasanya saat terakhir kali kita bertemu. Kupikir tidak harus selalu ada alasan penting untuk memintamu datang.”

Yue Lou mengangguk setuju.
“Kau benar.”

“Jadi, apa kau merindukanku?” tanya Yue Lou lagi setelah diam beberapa saat.

Chen Yuzhi melebarkan mata, senyuman aneh melintas di wajahnya.
“Ah—aku..” dia menggaruk ujung telinganya.

Yue Lou mengangguk-ngangguk dengan wajah maklum, dia mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

𝐑𝐨𝐬𝐞 𝐨𝐟 𝐒𝐚𝐦𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧𝐝 (𝐊𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫 𝐧' 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐞𝐫) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang