01. Kenapa?

79 6 2
                                    

Semoga suka, ya.❣️

******

Gadis yang baru keluar dari taksi itu, langsung melangkahkan kakinya dengan langkah kaki santai. Raut wajahnya seperti biasa selalu ceria, sesekali dia bernyanyi lagu kesukaannya dengan suara pelan, tapi, orang lain mendengarnya seperti gumaman. Rambut panjangnya diikat dengan pita berwarna merah, berukuran kecil. Dari belakang, terlihat seperti gadis SMP, tapi nyatanya, dia murid SMA kelas sebelas.

"Good morning everyone!" Senyum yang awalnya mengembang, kini tidak lagi. Raut wajahnya berubah menjadi kecewa, tidak ada yang menanggapi sapaannya.

"Kok? Biasanya ada jawab. Aneh banget." Dia menggeleng heran. Gadis itu pun memilih melanjutkan langkah kakinya. Dia mengerutkan keningnya, kala menatap murid-murid yang menunduk dan berlari entah ke mana.

"Ada apa sih? Kemarin nggak kayak gini," kata gadis yang mempunyai nama Nabila. Ia benar-benar heran, lalu kembali mengidikkan bahunya. Batinnya mengatakan, jika mereka mempunyai masalah pribadi secara bersamaan.

"Gue kalo lagi ada masalah, suka diem. Tapi kalo lari-larian, kayaknya enggak deh," gumam Nabila atau sering dipanggil Bila. Saat sudah sampai di kelasnya, dia langsung duduk dibangku barisan ketiga.

"Amira, lo ngerasa aneh gak sih? Di depan banyak yang diem, terus lari-larian gitu. Dari jauh sebelum gue dateng, mereka biasa aja kayak kemarin-kemarin. Tapi pas gue dateng, tiba-tiba berubah," curhat Bila kepada sahabatnya yang tengah membaca buku. Beberapa detik tidak ada jawaban, hingga menit ketiga,

Bila kembali berucap, "Lo lagi denger lagu? Tapi, gak pake headset. Fokus baca buku? Tapi, buku yang lo pegang buku kosong." Kening Bila kembali mengerut menatap sahabatnya yang seperti enggan menatapnya.

"Lo mau ke mana?" tanya Bila menatap Amira yang berdiri seraya memasukan buku-bukunya ke dalam tasnya.

"Gue pindah tempat duduk. Gue mau duduk sendiri," kata Amira tanpa menatap wajah Bila. Dia pergi begitu saja meninggalkan sahabatnya yang menganga.

"Dari SD mira gak pernah bilang mau duduk sendiri. Heran," gumam Bila seraya menggeleng-gelengkan kepalanya bingung.

"Yaudah deh, biarin aja. Mungkin dia mau fokus sama ujiannya." Bila tersenyum tipis, lalu mengeluarkan buku catatannya.

Satu minggu kemudian ....

"Amira, lo itu kenapa? Lo marah sama gue gara-gara jawaban gue waktu itu salah semua? Kalo karena itu, gue minta maaf. Mulai hari ini, gue bakal rajin belajar biar nilai kita sama." Bila duduk di kursi tepat di samping Amira.

"Lo bisa pergi gak? Lo ganggu gue," ucap Amira dengan nada dingin.

Bila memajukan bibir tipisnya. Jika Amira sudah seperti itu, dirinya tidak bisa mengatakan sepatah kata pun lagi. Amira sedikit emosian, mungkin tertekan karena orang tuanya menginginkan dirinya masuk ke universitas terkenal di Indonesia. Bila pun berdiri dari duduknya, ia berjalan mendekati sang ketua kelas yang tengah menulis di papan tulis. Guru tidak bisa datang hari ini.

"Reza, gue mau nanya. Kok di kelas ini gak ada yang mau ngomong sama gue? Gue buat kesalahan apa? Atau gara-gara nilai gue paling kecil? Nama kelas jadi malu, ya? Kayaknya iya deh gara-gara itu. Gue minta maaf, Za. Gue bakal belajar yang bener. Biar gak malu-maluin kelas." Bila langsung mengatakan semua itu.

Reza menghela napas panjang. Dia menatap murid yang paling cerewet di kelas ini dengan raut wajah malas. Reza pun berujar, "Gue gak tau. Pergi sana. Gue lagi nulis." Bila kembali memajukan bibirnya, ia tidak mendapat jawaban yang dia inginkan. Gadis itu pun keluar dari kelas dan tersenyum saat melihat ketua osis yang sedang beristirahat setelah berolahraga.

"Arya, gue ngelakuin kesalahan apa? Kok mereka tiba-tiba jauhi gue sih? Atau jangan-jangan, sekolah malu punya murid kayak gue yang gak pernah masuk sepuluh besar? Tapi gak mungkin, soalnya ada yang lebih bodoh dari gue." Bila duduk di samping Arya yang tengah meminum air putih dari botol transparan. Nada suaranya terdengar lucu, tentunya bukan dibuat-buat.

"Lo nanya sama orang yang salah," balas Arya dengan senyum sinisnya. Dia memang memiliki sifat dingin, tidak heran lagi jika senyumnya bukan senyum manis, melainkan sinis.

"Bener kok. Harusnya lo tau, lo kan ketua osis," kata Bila tidak mau kalah. Seharusnya dia memanggil Arya dengan sebutan 'kak' tapi, Bila tidak suka memanggil pria dengan sebutan itu. Apalagi hanya berbeda satu tahun.

"Lo mau ke mana? Pertanyaan gue belum lo jawab," tanya Bila menatap Arya yang berdiri seraya melempar botol kosong ke tempat sampah.

"Gak ada gunanya gue ngomong sama orang kayak lo. Ngabisin waktu aja," balas Arya dengan nada dingin. Setelah mengatakan itu, dia pergi dari hadapan Bila yang langsung berdecak.

"Kok bisa sih mereka milih dia buat jadi ketos?" gumam Bila heran. Dia pun kembali melangkahkan kakinya memasuki kelasnya yang sangat damai ketika dirinya datang. Bila menghela napas kasar, ia harus membiasakannya. Bila akan berusaha mencari alasan yang jelas kenapa mereka berubah drastis.

********

"Sorry," kata Bila seraya menunduk untuk mengambil ponsel seorang pria yang tidak sengaja bertabrakan dengannya.

Pria itu berdehem, dia hendak pergi. Namun, Bila menyuruhnya berhenti. Membuatnya harus membalikkan badannya. Keningnya berkerut, dia bingung. Bila tersenyum kaku.

"Lo murid baru, ya?" tanya Bila, lantaran pria itu tidak memakai seragam sekolahnya.

Dia kembali berdehem.

"Kelas berapa?" tanya Bila penasaran.

"Urusannya sama lo apa?" Dia malah bertanya, nadanya dingin.

"Nazriel," ucap Bila setelah membaca namtag di dada pria itu.

"Apa?" tanya pria yang mempunyai nama Nazriel tersebut. Ia awalnya akan berjalan menuju ruang guru. Namun, malah bertabrakan dengan seorang gadis yang menurutnya aneh.

"Mau gue antar ke ruang guru gak?" tawar Bila menampilkan senyum manisnya.

"Gak usah repot-repot. Ada gue," sahut pria yang berpakaian acak-acakan. Dia merangkul bahu sang sepupu.

"Ayo, Zriel," ajaknya yang mempunyai nama Rafka. Nazriel atau Azriel itu, mengangguk. Mereka berdua pun pergi meninggalkkan Bila.

"Kalo dia murid baru, berarti gak tau alasannya. Tapi, yang rangkul dia pasti udah sekolah lama di sini. Kemungkinan tau," gumam Bila seraya berpikir, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Apa gue deketin dia aja, ya? Terus suruh dia buat nanyain ke temennya." Bila kembali bergumam. Dia tersenyum senang setelah memikirkan itu. Semoga saja berhasil. Berarti, dirinya harus mencari cara agar dekat dengan pria yang mempunyai nama Nazriel itu. Tapi, sepertinya dia pria yang dingin, seperti Arya. Bisakah Bila mendekatinya?

********

Next?

Revisi 01.06.2022, 09.22

What Happened? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang