*****
Bila berada di ruang guru dan duduk di hadapan seorang wanita yang berusia sekitar empat puluh tahun-nan. Ia tengah menanyakan di mana kelas murid baru itu.
"Namanya siapa?" tanyanya kepada Bila yang menunduk seraya mengingat-ngingat. Padahal baru kemarin mereka bertemu, Bila sudah melupakan namanya.
"Riel, Naz. Oh. Nazriel, Bu," kata Bila setelah mengingat nama pria yang menurutnya tampan, namun sedikit datar.
"Nazriel," gumamnya seraya membuka buku berukuran cukup besar. Hanya butuh waktu beberapa detik, dia menemukannya.
"Dia kelas dua belas ipa satu," ucapnya menatap Bila yang terlihat terkejut.
"Kelas dua belas?" Bila tidak menyangka. Ia kira, pria itu satu angkat dengannya.
Guru itu mengangguk dengan senyum ramahnya. Bila pun berterima kasih dan pamit pergi. Saat langkah kakinya keluar dari ruang guru, Bila membatin,
"Senyumnya jelas banget kalo dipaksa-in. Kenapa, ya?" Bila menggeleng pelan, dia pun mengacuhkan. Mungkin, gurunya mempunyai masalah dan malas tersenyum. Bila berjalan santai menuju kelasnya.
"Amira, lo masih marah sama gue?" tanya Bila menatap Amira yang tengah mengumpulkan buku tugas murid di kelas ini.
Amira bergeming. Raut wajahnya selalu datar.
"Kok gak mau ngomong sama gue? Gue punya salah apa sama lo?" tanya Bila lagi, dia mengambil buku tugasnya dari tasnya dan menyerahkannya kepada Amira.
Amira kembali mengabaikan pertanyaannya. Gadis itu pergi begitu saja dari hadapan Bila yang kembali menghela napas panjang. Bila menatap semua murid yang ada di kelasnya dengan raut wajah sedih, karena mereka langsung menunduk. "Kalo ini cuma bohongan, gue mau ini cepet udahan. Gue gak suka didiemin kayak gini," batinnya sedih.
****
Bila berjalan santai menaiki puluhan tangga untuk sampai di kelas Azriel. Harapannya hanya satu, pria itu harus berteman dengannya agar dirinya tau alasan kenapa mereka tiba-tiba menjauhinya. Bila mengacuhkan tatapan sinis dari kakak kelasnya. Sekolahnya memang seperti ini, para kakak kelas selalu menatap adik kelasnya dengan tatapan sinis. Biasanya adik kelas selalu menunduk, namun tidak bagi Bila.
Bila tersenyum senang. Dia berjalan mendekati pria yang terlihat terkejut itu.
"Lo masih inget sama gue 'kan?" tanya Bila membuat Azriel menjaga jarak dengannya.
"Kenapa lo dateng ke sini?" tanya Azriel dengan raut wajah bingung. Nadanya selalu dingin kepada orang yang tidak terlalu dekat dengannya.
"Karena gue mau ketemu sama lo," ucap Bila menampilkan senyum lebarnya. Di sini tidak ada orang, hanya ada mereka berdua. Kelas dua belas, sudah turun ke bawah.
"Kenapa?" tanya Azriel masih dengan raut wajah bingungnya.
"Ada yang mau gue omongin," ujar Bila dengan nada serius.
"Apa? Penting?" tanya Azriel setelah menatap Bila dari atas sampai bawah. Dia menyimpulkan, Bila gadis baik-baik.
"Hm, penting banget. Jadi, dengerin apa yang bakal gue omongin. Tapi, jangan di sini," ucap Bila menarik tangan Azriel. Namun, ada seseorang yang menepis tangannya.
"Pergi dari hadapan kita berdua. Azriel gak akan denger semua ucapan lo," suruh Rafka menatap Bila dengan tatapan serius.
"Tapi cuman sebentar. Ini penting," ujar Bila menatap kakak kelasnya dengan tatapan memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened? (TAMAT)
Teen Fiction**** Bagaimana rasanya dijauhi oleh semua murid secara tiba-tiba? Nabila hanya merasa bingung sekaligus ingin tau alasan mereka melakukan itu. Jika hanya beberapa orang, ia memaklumi, mungkin orang itu tengah mempunyai masalah. Namun, ini semua muri...