*******
"Amira, kita bisa ngomong?" tanya Azriel menatap Amira yang tersenyum sinis.
"Ngomong tentang apa? Oh, jangan-jangan, lo mau gue buat bujuk Bila biar gak jadi putus sama lo? Kalo gara-gara itu, gue gak mau," tekan Amira berpikir seperti itu.
"Lo salah. Gue gak akan nyuruh lo buat lakuin itu. Lagian, gue sama dia putus secara baik-baik," ujar Azriel tersenyum manis membuat Amira mengerutkan keningnya.
"Terus? Lo mau ngomong apa?" tanya Amira seraya melipatkan kedua tangannya di depan dada, tatapannya terlihat curiga.
"Intinya penting. Gue gak mau ngomong di sini," jawab Azriel setelah melihat di sekitarnya banyak murid yang sibuk dengan kegiatan masing-masing, tapi pasti mendengar percakapannya dengan Amira.
"Oke. Kita ngomong di atap sekolah aja," ucap Amira yang diangguki oleh Azriel. Mereka berdua pun berjalan menaiki tangga untuk sampai di atap sekolah yang sangat sepi. Mungkin karena masih pagi.
"Cepat ngomong. Gue sibuk," suruh Amira setelah melihat jam yang berada di pergelangan tangannya. Tiga puluh menit lagi, dia harus ada di ruang osis.
"Gue suka sama lo, Amira." Nada Azriel terdengar serius. Gadis yang awalnya menunduk itu, lantas mendongak dan menatap Azriel dengan tatapan terkejut, lalu tersenyum sinis.
"Lo pikir gue bakal percaya? Gue tau, lo cuman bercanda!" balas Amira. Nadanya sedikit meninggi, ia tidak suka orang yang bercanda perihal perasaan.
"Gue keliatan bercanda?" tanya Azriel.
Amira menatap kedua mata pria itu. "Gak."
"Gue serius suka sama lo," ulang Azriel membuat Amira menatap ke arah lain. Dia bingung harus bagaimana, padahal Amira tengah berusaha untuk melupakan Azriel.
"Maaf, gue udah gak suka sama lo lagi." Amira tidak mau jika Azriel hanya mempermainkannya.
"Kalo gitu, sukai gue lagi," pinta Azriel dengan tatapan memohon.
Amira menghela nafas pelan, dia menggeleng. "Gue tau lo cuma jadiin gue pelampiasan gara-gara lo putus sama Bila."
"Gak. Lo salah." Azriel menggeleng cepat.
"Buat gue percaya," suruh Amira menatap Azriel yang langsung diam.
"Udahlah. Lo cuman mau mainin perasaan gue aja," lanjut Amira setelah suruhannya tidak ditanggapi oleh Azriel.
"Ayo. Gue bakal buat lo percaya kalo ucapan gue gak bercanda," ucap Azriel menarik tangan Amira turun dari atap. Amira tentunya terkejut.
"Gimana gue bisa percaya kalo dia yanh bilang?" tanya Amira menatap Bila yang duduk di kursi seraya memainkan ponsel.
"Kenapa lo datang?" Bila menatap Azriel dengan tatapan tidak suka.
"Gue mau lo bilang semuanya. Bilang kelakuan gue sama lo waktu kita masih pacaran," suruh Azriel dengan nada dingin. Tatapannya juga datar. Amira yang melihatnya merasa sedikit yakin jika Azriel memang sungguh putus dengan Bila.
"Buat apa gue bilang kelakuan lo yang sangat menyebalkan?" tanya Bila sama halnya dengan nada dingin dan tatapan datar. Amira ber'wow' dia tidak menyangka mereka akan bersikap seperti ini.
"Amira gak percaya kalo gue suka sama dia," jawab Azriel membuat Bila tersenyum sinis.
"Hei, mantan sahabat gue. Kenapa lo gak percaya sama ucapan dia?" Bila menatap Amira yang langsung berdecak.
"Gimana gue bisa percaya sama ucapan cowok yang baru aja putus?" tanya Amira. Suasana menjadi menegangkan.
"Jadi lo pikir kalo Azriel bohong karena mau jadiin lo pelampiasan setelah putus dari gue?" tebak Bila seraya berdiri dari duduknya.
Amira menganggukkan kepalanya.
"Wow. Lo beneran mikir kayak gitu?" Bila tidak percaya. Amira diam, dan tatapannya masih datar.
"Asal lo tau. Selama dia pacaran sama gue, sikapnya sangat menyebalkan. Lebih parahnya lagi, Azriel terus bilang suka sama lo! Siapa yang gak marah kalo pacarnya bilang gitu? Jadi gue mutusin dia. Ternyata dia langsung ngungkapin perasaannya," jelas Bila dengan nada santai. Raut wajahnya yang selalu ceria, kini tidak terlihat lagi. Bila memutuskan untuk berubah, dan itu perintah dari Azriel.
"Gimana? Sekarang lo percaya?" Nada dan raut wajahnya langsung berubah. Hal itu membuat Bila memutar kedua bola matanya malas.
"Gak sepenuhnya," balas Amira mengangguk pelan. Azriel tersenyum senang, dia memegang kedua tangan Amira dengan lembut.
"Gakpapa. Gue bakal buat lo percaya sepenuhnya. Jadi, tolong sukai gue lagi," pinta Azriel tersenyum manis. Amira berdehem pelan, dia tentunya wanita yang mudah luluh diperlakukan seperti itu.
"Pulang sekolah, tunggu di atap. Gue bakal beri jawaban gue," ujar Amira seraya melepaskan tangannya dari tangan Azriel.
"Oke. Gue pasti nunggu lo." Azriel menganggukkan kepalanya. Setelah itu, Amira pun berjalan cepat menuju ruang osis. Arya sudah menunggunya. Dia seorang wakil.
Setelah kepergian Amira, Azriel dan Bila menghela nafas panjang. Lalu pria itu mengacungkan ibu jarinya dengan senyum manisnya. Bila membalasnya, setelah itu Azriel pergi meninggalkannya seorang diri di kelas. Bila tersenyum membayangkan ucapan Azriel beberapa hari yang lalu. Dia bilang, "Tolong, sikap manis lo cuman buat gue aja." Bila menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Entah kenapa hatinya senang.
******
"Apa jawaban lo?" Amira baru datang dan Azriel langsung bertanya.
"Lo penasaran?"Bukannya jawaban, Amira malah bertanya dengan senyum sinisnya.
"Kalo gue gak penasaran, gue gak bakal nunggu lo selama setengah jam di sini," jawab Azriel menampilkan senyum manisnya.
Amira mendengus. Dia pun berucap, "Oke. Gue bakal jawab rasa penasaran lo itu." Azriel mengangguk mempersilakan.
"Kita pacaran. Tapi lo harus benar-benar jauhin Bila." Amira berucap dengan nada dan tatapan yang serius.
"Gue senang dengarnya. Tanpa disuruh juga, gue bakal ngelakuin itu," balas Azriel tersenyum senang. Saat mengatakan kata-kata terakhir, nadanya berubah menjadi sungguh-sungguh.
"Asal lo tau, gue pasti ngawasi kalian berdua. Gue masih gak yakin kalo kalian putus dan saling membenci," ujar Amira dengan raut wajah seolah tidak mau tersenyum.
"Terserah lo mau lakuin apa. Lagian, ini emang kenyataannya," balas Azriel dengan nada santai dan tersenyum manis.
"Jadi, gaya pacaran apa yang kamu mau? Manis? Romantis? Atau sederhana?" Azriel bertanya menatap Amira yang berdecak.
"Gue mau yang sederhana. Dan juga gue harus mastiin perasaan lo dulu," jawab Amira membuat Azriel menghela napas pelan.
"Lo masih ragu sama perasaan gue? Kenapa? Padahal gue serius," ujar Azriel. Sekarang dia tau jika Amira tidak bisa dibodohi.
"Kita liat aja," kata Amira seraya membalikan badannya dan pergi begitu saja dari hadapan Azriel.
"Apa ini? Gue pikir dia sama kayak Bila. Kalo terus kayak gini, gue bakal dapat informasinya lama," gumam Azriel seraya menghela napas kasar. Dia pun berlari menghampiri Amira yang sudah turun dari atap.
"Ayo, gue antar lo pulang," ajak Azriel menatap Amira yang mengangguk pelan.
"Kenapa sikap lo selalu dingin?" tanyanya seraya menyerahkan helm kepada Amira yang langsung menerimanya.
"Bukan urusan lo," jawab Amira cuek.
"Kenapa? Gue udah jadi pacar lo beberapa menit yang lalu. Jadi gue berhak tau tentang lo," ucap Azriel terpaksa mengatakan itu agar Amira lebih terbuka kepadanya.
"Lo mau tau? Serius?" tanya Amira menatap Azriel yang mengangguk cepat. Gadis itu menghela napas panjang, mungkin sekarang waktunya untuk mencurahrkan isi hatinya.
*******
Revisi 01.06.2022, 14.10
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened? (TAMAT)
Teen Fiction**** Bagaimana rasanya dijauhi oleh semua murid secara tiba-tiba? Nabila hanya merasa bingung sekaligus ingin tau alasan mereka melakukan itu. Jika hanya beberapa orang, ia memaklumi, mungkin orang itu tengah mempunyai masalah. Namun, ini semua muri...