17. Putus?

25 4 0
                                    

*
****

'Ceklek.'

Seseorang membuka pintu gudangnya, membuat Bila yang memejamkan matanya seraya menangis tanpa suara, lantas menatap pria tinggi yang tidak terlalu jelas wajahnya. Bila tersenyum senang, tanpa mengatakan sepatah kata pun, ia memeluk pria itu.

"Apa yang lo lakuin?" Nadanya sangat dingin, Bila lantas melepaskan pelukannya. Ia menatap pria itu dengan intens. Bila terkejut sekaligus kecewa.

"Gue pikir lo Azriel," ucap Bila kembali meneteskan air matanya. Dia salah mengira.

Arya bergeming, ia menarik tangan Bila untuk keluar dari gudang ini. Pria berwajah dingin itu mengunci kembali tempat gelap dan berantakan. Bila ingin menangis kencang, ia benar-benar membutuhkan pelukan seseorang, meskipun bukan Azriel. Tapi, Arya pasti tidak akan pernah mau.

"Cuma buat kali ini," ujar Arya merentangkan kedua tangannya. Bila langsung memeluknya dan menangis kencang melampiaskan rasa ketakutannya.

"Makasih, makasih udah dateng." Bila mengatakan itu di sela-sela tangisannya. Nadanya bahkan bergetar, Arya jadi tidak tega. Tangannya pun mengusap lembut punggung Bila agar sedikit lebih tenang. Hingga beberapa menit kemudian, gadis itu berhenti menangis.

"Maaf, seragam lo jadi basah," kata Bila merasa bersalah.

"Dari kapan lo di sana?" tanya Arya entah kenapa penasaran.

"Istirahat." Bila mengatakannya seraya menundukkan kepalanya.

Arya terkejut, ternyata Bila di gudang selama itu.

"Kok lo bisa ada di gudang? Lo tau gue ada di sana?" Bila ingin tau. Dia dan Arya duduk di halaman belakang sekolah. Hampir semua murid sudah pulang.

Arya menggeleng. Dia pun menjawab, "Gak sengaja aja. Kebetulan gue mau ke kamar mandi, terus gudangnya di kunci. Aneh banget biasanya gak di kunci, makanya gue buka. Eh ternyata ada lo." Arya tersenyum tipis, Bila terkejut dibuatnya. Selama dia sekolah di sini, ia baru melihat Arya tersenyum kepadanya. Apalagi, pria itu berucap cukup panjang.

"Sekali lagi makasih, ya. Kalo gak ada lo, gue gak tau sampai kapan bakal di gudang itu." Bila tersenyum manis, Arya mengangguki ucapannya.

"Bila, gue mau ngomong sesuatu sama lo." Arya menatapnya dengan tatapan serius.

"Ngomong apa?" tanya Bila penasaran.

"Ayo ke kelas gue," ajaknya. Bila pun mengiyakan. Mereka berjalan menuju kelas Arya yang bersampingan dengan kelas Azriel.

"Kapan lo bakal buka gudangnya?" tanya Amira menatap Azriel yang menatap papan tulis dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Bila lantas memberhentikan langkah kakinya setelah mendengar pertanyaan Amira yang entah kepada siapa. Tapi, ia yakin jika mantan sahabatnya berada di kelas pacarnya. Bila menatap Arya dengan tatapan seolah mengatakan 'Tolong diam.' Seolah mengerti, Arya menganggukkan kepalanya.

"Nanti malam," jawab Azriel santai. Bila terkejut mendengar suara laki-laki yang dia temui pagi tadi. Gadis itu langsung menyimpulkan. Ternyata, Azriel dan Amira yang membuatnya di kurung di gudang.

"APA?! LO UDAH GILA?! Gimana bisa kita ngebiarin Bila kedinginan sama ketakutan?" tanya Amira terkejut. Dia tidak percaya mendengar ucapan Azriel. Apalagi, nadanya sangat santai.

"Biarin aja. Itu pasti akan buat dia menderita," balas Azriel serius. Bila menahan agar dirinya tidak menangis lagi, ia menundukkan kepalanya. Bila sangat tidak percaya mengetahui semua ini.

"Banget. Bila pasti akan sangat menderita. Tapi, menurut gue itu keterlaluan! Lo pacarnya, kok bisa ngelakuin semua itu?" Amira terlihat sangat kesal, meskipun ia menyukai Azriel, dia merasa tidak tega dengan apa yang dilakukan oleh pria itu kepada mantan sahabatnya.

"Gak. Gue bukan pacarnya. Dia juga bukan pacar gue. Kita gak punya hubungan apa-apa." Azriel masih menatap lurus ke depan, nadanya penuh penegasan.

"Apa kata lo?" Bukan Amira yang bertanya, melainkan Bila yang sudah tidak tahan mendengar ucapan Azriel barusan.

Kompak mereka terkejut dan berdiri. Arya juga sama halnya masuk, dia menyamakan langkah kakinya dengan Bila.

"Bila, kok bisa l-

Pertanyaan Azriel terpotong karena Bila langsung menampar pipinya. Amira terkejut, dia bahkan menutup mulutnya.

"Ulang. Ulang ucapan lo tadi," suruh Bila dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

"Bila gue ... maafin gue," ujar Azriel gugup. Amira memilih diam.

"Gue gak nyuruh lo buat minta maaf. Gue mau lo ulang ucapan lo tadi," kata Bila menatap Azriel yang seolah enggan menatap wajahnya.

"Gue yang buat lo di kurung di gudang," tutur Azriel mulai menatap kedua mata Bila. Pipinya memerah dan terasa panas. Tapi, Azriel tidak peduli. Dia hanya tidak mau Bila kecewa, tapi sepertinya sudah terlanjur.

"Kenapa? Kenapa lo ngelakuin itu?" tanya Bila semakin berkaca-kaca, hatinya sangat sakit. Ia baru merasakan hal seperti ini. Di kecewakan oleh pria yang di sukai.

Azriel diam, ia masih menatap kedua mata Bila yang menyiratkan kekecewaan.

"Jawab gue!" tekan Bila sedikit meninggikan suaranya.

"Maaf." Hanya satu kata itu yang mampu Azriel katakan.

Bila menghembuskan napas kasar. "Dari gue nunggu lima jam di parkiran, sampai gue dikurung di gudang. Itu karena ulah lo, 'kan?" tuduh Bila setelah menyimpulkan kejadian yang dia rasakan akhir-akhir ini.

"Maafin gue." Lagi, Azriel malah mengatakan kata maaf. Pria itu bahkan menatap wajah Bila dengan raut wajah merasa bersalah.

Bila tersenyum sinis, dia menatap Azriel dengan tatapan tidak percaya. Amira jadi tidak tega, dia ingin menjelaskannya, tapi takut memperburuk keadaan. Arya sudah tau, semuanya.

"Apapun alasannya. Gue gak mau tau. Gue cuma mau, kita putus." Setelah mengatakan dengan nada yakin dan penuh keseriusan, Bila pun menarik tangan Arya untuk keluar. Gadis itu seolah tidak mau mendengar tanggapan Azriel.

"Lo liat? Dia ingin putus. Lo mau ngelakuin apa?" tanya Amira menatap Azriel yang langsung menghela napas kasar. Karena ingin membiarkan pria itu sendiri, Amira pun memutuskan untuk pergi.

*******

"Ah, iya. Katanya ada yang mau lo omongin sama gue? Apa? Ngomongnya di sini aja, ya. Jangan di sana," ucap Bila seraya memberhentikan langkah kakinya. Mereka berada di sisi lapangan.

"Gue tau alasannya." Arya menatap Bila yang sepertinya tidak mengerti mengenai ucapannya.

"Alasan kenapa lo di jauhi," lanjut Arya membuat Bila membulatkan kedua matanya.

"Serius? Jangan bercanda!" Bila tidak mau langsung mempercayai ucapan ketua osis itu.

"Mau denger? Gue serius. Gue gak pernah bercanda mengenai hal sepenting ini," ujar Arya serius. Kedua matanya juga tidak terlihat kebohongan sedikitpun.

Bila mengangguk cepat.

"Ayo, gue gak mau bilangnya di sini." Arya menarik tangan Bila menuju parkiran. Mereka berdua pun pergi meninggalkan kawasan sekolah.

*****

"Tanggal empat agustus. Saat lo gak sekolah, kejadian itu terjadi," ucap Arya menatap Bila yang sepertinya sangat ingin tau.

"Ada seseorang yang hampir meninggal," lanjutnya membuat Bila membulatkan kedua matanya.

*******

Revisi 01.06.2022, 20.31

What Happened? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang