Happy reading. 🖤
******
Azriel lagi dan lagi berdecak. Raut wajahnya malas seraya memegang ponselnya yang memperlihatkan banyak pesan dan beberapa panggilan tidak terjawab. Dan itu semua tentunya dari Bila. Terakhir kali Azriel berteman dekat dengan seseorang, sekitar kelas delapan SMP. Ia memutuskan untuk menyendiri karena mereka selalu datang jika butuh saja, lalu menghilang ketika dirinya membutuhkan bantuan.
'My friend!'
-Azriel, lo lagi apa?
-Udah makan malam?
-Besok, lo datang lebih awal, ya! Biar gue nunggunya nggak terlalu lama.
-Lo suka pergi ke mana kalo libur?
-Mau main sama gue gak?
-Nanti gue bawa lo ke tempat yang bagus banget.
-Setau gue, lo bukan asli orang Jakarta, ya?
-Lo aslinya orang mana?
-Lo kok bisa deket sama cowok itu? Yang usir gue.
-Lo kenapa sih gak pernah balas pesan dari gue?
-Panggilan gue juga selalu lo tolak.
-Azriel. Lo kenapa sih?
-Kita kan udah janji mau temenan.
-Lo sengaja ngecewain gue, ya?
-Azriel!Lima belas panggilan tidak terjawab.
"Makin ke sini, makin ngerasa kalo sikap dia ke gue bukan sebatas teman. Dia kayaknya berlebihan. Atau gue yang gak tau kalo temenan sama cewek itu gini?" gumam Azriel heran. Dia enggan membalas satu pun pesan dari Bila. Ini baru hari ke lima dan Azriel sudah terbiasa diganggu oleh gadis itu. Entah di sekolah, atau pesan, dan panggilan.
"Gue denger, lo selalu bareng sama Bila?" Rafka baru datang ke kamar Azriel dan pria itu langsung bertanya.
Azriel berdehem membalas pertanyaan dari sang sepupu. Rafka berjalan mendekati Azriel yang duduk di atas ranjang seraya bermain game.
"Gue udah bilang sama lo buat jauhin dia! Kenapa lo malah makin deket sama dia?" kesal Rafka seraya menghela nafas kasar.
"Gue udah jauhin dia, tapi dia malah semakin deketin gue," balas Azriel menatap Rafka dengan tatapan datarnya.
"Kalo kayak gitu, lakuin cara apapun biar dia jauhin lo!" Rafka sedikit meninggikan suaranya. Dia geram kepada sepupunya, lantaran tidak menuruti perintahnya.
"Gue awalnya gak peduli. Tapi denger semua ucapan lo buat nyuruh gue jauhin dia. Gue mulai penasaran alasan lo lakuin itu." Azriel menyimpan ponselnya di meja. Nada suaranya selalu dingin, dia tidak peduli bahwa Rafka adalah sepupunya.
"Lo gak perlu tau. Gue peringatin lo sekali lagi, jauhi dia atau lo bakal dibenci. Ah gak cuman dibenci, hidup lo gak bakal setenang sekarang," kata Rafka sama halnya dengan nada dingin. Tatapannya juga datar. Setelah mengatakan itu, dia keluar dari kamar Azriel.
"Gue semakin penasaran," gumam Azriel kesal. Tidak biasanya dia seperti ini. Tiba-tiba Azriel terpikirkan sesuatu, dia pun membatin,
"Gimana kalo gue temenan sama dia? Gue bisa tau alasannya." Satu detik kemudian, dia menggeleng. "Gak! Itu sama aja gue manfaatin dia!" Azriel menghela napas kasar. Ini sangat membingungkan. Apalagi, waktunya tinggal dua hari lagi untuk membuat keputusan.
*******
"Azriel!" teriak Bila dengan senyum manisnya. Dia memegang tangan Azriel dengan lembut, namun pria itu menepisnya secara kasar.
"Lo gak bosan sama sikap lo yang terus kayak gini?" tanya Azriel menatap Bila dengan tatapan seperti biasa.
"Hm, emangnya kenapa? Lo gak nyaman?" Bila membalas pertanyaan dari Azriel, dia juga bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened? (TAMAT)
Dla nastolatków**** Bagaimana rasanya dijauhi oleh semua murid secara tiba-tiba? Nabila hanya merasa bingung sekaligus ingin tau alasan mereka melakukan itu. Jika hanya beberapa orang, ia memaklumi, mungkin orang itu tengah mempunyai masalah. Namun, ini semua muri...