Selamat membaca. 🥰❤️
****
"Bila? Lo kok sekolah?" tanya Azriel heran.
"Emangnya gue kenapa?" Bila malah bertanya. Senyum manisnya selalu terlihat jelas.
"Kemarin lo sakit. Mama lo bilang, lo gak akan sekolah tiga hari," ujar Azriel seraya menyamakan langkah kakinya dengan Bila.
"Lo kok tau? Lo dateng ke rumah gue?" Bila mengeryit bingung.
"Iya. Gue mau ngembaliin hp sama dompet lo. Gue lupa, harusnya gue langsung ngasih ke lo," alibi Azriel membuat Bila menganggukkan kepalanya.
"Oh gitu. Lo dateng jam berapa?" tanya Bila ingin tau.
"Jam setengah lima," jawab Azriel santai seolah tidak berbohong.
"Terus pulangnya?" Bila juga penasaran.
"Jam lima." Azriel tersenyum simpul.
"Pantesan hp sama dompet gue tiba-tiba ada. Gue juga gak liat lo." Bila terkekeh pelan.
Azriel mengangguki ucapan gadis itu.
"Lo masih demam?" tanya Azriel seraya menaruh tangannya di dahi Bila.
"Nggak kok. Gue udah sehat," jawab Bila tersenyum manis, dia memegang tangan Azriel dengan lembut.
"Syukurlah. Gue takut lo sakit parah," kata Azriel menghela napas lega.
"Lo tau gak penyebab gue demam?" Bila menatap Azriel yang menggeleng.
"Gue jalan kaki ke rumah, apalagi hujan. Gue menderita banget," curhat Bila dengan raut wajah cemberut. Sikap manjanya kembali datang, dia memeluk lengan Azriel.
"Maaf, ya. Harusnya gue ada buat lo. Gue malah buat lo menderita." Azriel berucap dengan nada merasa bersalah, bukan di buat-buat, melainkan dari hatinya sendiri.
"Gakpapa kok. Itung-itung buat kenangan," celetuk Bila kembali tersenyum lebar. Mereka berhenti tepat di depan kelas Bila.
"Seharusnya kita datang pagi-pagi banget, biar punya waktu buat berduaan," keluh Bila secara pasrah melepaskan tangannya dari lengan Azriel.
"Nasib pacaran masih sekolah, ya gini. Gak bisa bebas," ucap Azriel dengan nada penuh kasih sayang.
"Kira-kira kita pacaran sampai kapan, ya?" tanya Bila seraya berpikir.
"Sampai kita gak punya rasa nyaman lagi," jawab Azriel membuat Bila menggeleng, merasa tidak setuju dengan ucapannya.
"Menurut gue, sampai gue atau lo kecewa yang dalam banget. Kayak dibohongi, dikhianati, atau di selingkuhin. Percuma masih nyaman tapi kecewa. Menurut gue sih gitu," jelas Bila menatap Azriel yang langsung bergeming.
"Lo gak sembunyiin apa-apa dari gue, 'kan?" Kedua mata Bila menyipit.
"Nggaklah. Gue nyembunyiin apa dari lo," ucap Azriel menggeleng, dia bahkan tersenyum menutupi kebohongannya.
"Bagus kalo gitu. Gue juga gak nyembuyiin apa-apa dari lo. Kecuali, masalah pribadi gue," balasnya seraya mengangguk paham, dia juga menghela napas lega.
"Gimana kalo seandainya gue ngecewain lo?" tanya Azriel ingin tau.
"Kalo kecewanya karena masalah kecil, gue bakal maafin lo. Tapi, kalo masalah besar, gue gak bisa maafin. Gue juga mau kita putus," jelas Bila serius. Azriel meneguk salivanya secara kasar, bagaimana ini?
"Udah bel. Gue masuk dulu, ya. Dah." Bila tersenyum manis seraya melambaikan tangannya. Azriel membalasnya, gadis itu pun masuk ke dalam kelasnya.
*******
"Lo yakin bakal ngelakuinnya? Gue denger kemarin Bila sakit," ucap Amira menatap Azriel yang menatap lurus ke depan dengan tatapan datar.
"Lakuin aja," suruh Azriel seraya berdiri dari duduknya. Dia pergi dari hadapan Amira tanpa pamit.
Amira berdecak malas. Lalu segera menjalankan rencana dari Azriel, pria itu menyuruhnya dengan paksa. Amira mengambil air dari selang, lalu mengarahkannya kepada Bila yang baru saja melewati halaman belakang sekolah. Mantan sahabatnya itu sangat terkejut. Amira terus mengguyur tubuh Bila dengan air di saat matahari bersinar dengan terik.
"Lo apa-apaan sih?!" teriak Bila kesal. Amira mematikan kerannya, dan melempar selangnya ke sembarang arah.
"Maaf, gak sengaja," jawab Amira dingin, dia hendak pergi. Namun Bila menghalangi jalannya.
"Gak sengaja? Jelas-jelas lo sengaja! Maksudnya apa? Kenapa tiba-tiba lo buat gue basah kayak gini?!" Bila sangat kesal, baru pertama kalinya Amira melakukan hal seperti ini kepadanya.
"Gue kan udah minta maaf. Kenapa lo manjangin masalah? Ini masalah kecil," balas Amira seperti biasa dengan raut wajah datar.
"Gue gak menjangin masalah. Gue cuma mau tau maksudnya apa? Gak mungkin lo gak sengaja ngelakuin ini," kata Bila mulai meredakan kekesalannya.
"Gak ada maksudnya. Gue udah bilang, gue gak sengaja," ujar Amira seraya mendorong bahu Bila sedikit kasar. Dia pun pergi meninggalkan gadis yang basah kuyup itu.
"Gue yakin, dia sengaja," gumam Bila menatap punggung Amira yang mulai menjauh dari pandangannya.
Bila pun memutuskan untuk menghubungi Azriel. Namun, pria itu tidak aktif. Padahal dia ingin menyuruh pacarnya untuk membawa pakaian gantinya di loker. Bila menghela napas panjang, dia pun memutuskan untuk berjalan ke loker yang lumayan jauh. Sinar matahari sangat panas, mau tidak mau Bila berjalan dengan keadaan basah kuyup. Dia mengeryitkan dahinya heran melihat seragamnya tidak ada, hanya ada pakaian olahraga. Bila ingat jelas dirinya menyimpan seragamnya di sini.
Bila terpaksa memakai pakaian olahraga, entah ke mana seragamnya itu hilang. Ia merasa lebih baik karena tidak jadi pusat perhatian. Bila duduk di kursinya, lalu melamun, dia berpikir selama tiga hari ke belakang, dirinya selalu merasa menderita. Waktu itu, ia menunggu selama lima jam, lalu jalan kaki, dan sekarang seragamnya basah. Mungkinkah ini hanya kebetulan?
*******
"Kok lo pakai baju olahraga?" tanya Azriel bingung. Dia menyerahkan helmnya kepada Bila yang langsung menerimanya.
"Amira gak sengaja buat seragam gue basah," jawab Bila dengan nada lesu. Gadis itu menaiki motornya.
"Lo kenapa? Kok keliatan sedih?" tanya Azriel bingung.
"Nggak papa. Gue cuma mau pulang," kata Bila seraya menatap ke arah lain.
Azriel menganggukkan kepalanya. Dia pun melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ia tau jika Bila menahan agar tidak menangis. Azriel juga tau penyebabnya. Jika terus seperti ini, bagaimana ia bisa melanjutkannya? Waktunya empat hari lagi. Setiap sudah melakukan itu, Azriel terus berpikir keras. Dirinya selalu merasa bersalah sekaligus bingung.
*******
"Kumpulin tugas yang bapak berikan minggu kemarin," ujar Pak Fahmi kepada murid di kelas ini yang langsung mengangguk.
"Kalo yang belum, cepat keluar dari kelas," lanjutnya seraya menatap murid yang mulai mengumpulkan.
"Pak, gimana kalo bukunya ketinggalan?" tanya Bila dengan raut wajah panik. Ia sudah mencari di dalam tasnya, tapi Bila tidak bisa menemukannya. Padahal Bila ingat jelas sudah memasukan bukunya ke dalam tasnya saat masih di rumah tadi pagi.
"Ketinggalan? Di rumah maksud kamu?" tanya Pak Fahmi menatap Bila yang langsung menganggukkan kepalanya.
"Itu pasti alasan kamu aja, kamu belum mengerjakannya," tuduhnya. Bila menggeleng cepat.
"Tidak, Pak. Saya sudah mengerjakannya. Bukunya memang ketinggalan di rumah," ujar Bila berusaha agar guru matematika itu tidak berburuk sangka kepadanya.
"Terus ini apa? Ini bukan kamu 'kan?" tanya Pak Fahmi memperlihatkan buku tugasnya. Bila membulatkan kedua matanya, ia tersenyum senang seraya menganggukkan kepalanya.
"Tapi, kamu belum mengerjakannya. Kamu hanya menulis soalnya," lanjut Pak Fahmi membuat Bila terkejut.
********
Semoga suka, ya. 🤗
Revisi 01.06.2022, 19.00
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened? (TAMAT)
Ficțiune adolescenți**** Bagaimana rasanya dijauhi oleh semua murid secara tiba-tiba? Nabila hanya merasa bingung sekaligus ingin tau alasan mereka melakukan itu. Jika hanya beberapa orang, ia memaklumi, mungkin orang itu tengah mempunyai masalah. Namun, ini semua muri...