******
Azriel menatap punggung Bila yang mulai menjauh dari pandangannya, pria itu menghela napas panjang. Semalam dia tidak bisa tidur karena memikirkan ucapan Arga. Azriel juga memikirkan cara untuk membuat Bila menderita. Ia menyesal telah menantang Arga, tapi, setelah dipikirkan mungkin ini cara yang harus dirinya lakukan agar alasan itu cepat terungkap. Azriel pun berlari mendekati Bila.
"Azriel, ini di tempat umum. Gimana kalo ada yang liat?" tanya Bila berusaha melepaskan tangan Azriel yang memeluk tubuhnya dari belakang.
"Biarin orang liat. Gue gak sanggup pura-pura lagi," balas Azriel. Hembusan napasnya terasa jelas di telinga Bila. Nada pria itu terdengar lirih.
"Kenapa? Baru juga satu hari." Bila membalikkan tubuhnya jadi menghadap Azriel, dia juga memegang kedua tangan pria itu dengan lembut.
"Gue mau udahan aja. Gue gak bisa pacaran pura-pura lagi sama dia," ujar Azriel membuat Bila tersenyum tipis.
"Lo yang mikirin rencananya, masa lo juga yang gagalinnya," balas Bila memeluk Azriel dengan lembut, dia bahkan mengusap punggung pria itu agar sedikit lebih tenang. Entah masalah apa yang di hadapi oleh Azriel sehingga mengatakan itu.
"Gue putus sama dia, ya? Kita pacaran lagi terus mereka tau," pinta Azriel masih dengan nada lirihnya. Ia juga membalas pelukan dari Bila.
"Lo punya masalah apa, hm? Kok berubah pikiran?" tanya Bila setelah berdehem pelan, nadanya penuh kasih sayang, membuat Azriel semakin merasa bersalah.
"Gue cuma gak mau lanjutin aja. Gue gak nyaman pacaran sama dia," balas Azriel seraya melepaskan pelukannya. Senyum tipisnya sedikit terlihat.
"Lo udah pikirin rencana baru, ya?" tebak Bila menatap Azriel yang langsung menggeleng. Senyum gadis itu pudar, raut wajahnya menjadi bingung.
Azriep menatap Bila serius. "Na, gue rasa kita lupain aja."
"Maksudnya?" tanya Bila heran.
"Kita lupain tentang alasan itu. Biarin semuanya berjalan kayak gini sampai dua minggu ke depan. Suatu saat nanti, pasti ada orang yang bakal bilang. Gue gak mau ngelakuin hal-hal kayak gitu lagi," jelas Azriel membuat Bila terkejut. Wajahnya tidak terlihat tersenyum. Hatinya entah kenapa merasa kecewa saat Azriel mengatakan itu semua.
"Tapi kita kayak gini gara-gara tujuan itu." Bila menatap Azriel dengan tatapan sendu.
"Gue tau. Tapi, sekarang gue deket sama lo bukan karena penasaran lagi." Ucapan Azriel membuat Bila mengerutkan keningnya.
"Gue suka sama lo," lanjutnya.
Bila membulatkan kedua matanya, ia tidak menyangka Azriel akan mengatakan itu. Ia pikir Azriel mendekatinya dan bersikap manis semata-semata hanya ingin mengetahui alasannya.
"Azriel, jangan bercanda," suruh Bila tidak langsung percaya.
Azriel menghela napas kasar, lalu membalas, "Gue gak bercanda, Nabila. Gue beneran suka sama lo."
"Lo serius mau gue lupain gitu aja? Gue berhenti nyari tau?" tanya Bila. Tatapannya menyiratkan kekecewaan.
"Hooh. Lupain dan jangan cari tau lagi. Alasan itu pasti bakal terungkap, tapi gak secepatnya. Gue mohon, turuti keinginan gue." Azriel memohon. Bila menghela napas pelan seraya menatap ke arah lain. Pagi ini hatinya terasa sesak, ia tidak setuju dengan ucapan Azriel.
"Jangan khawatir. Lo gak akan sendiri. Ada gue. Kita bahagia bareng, oke?" lanjut Azriel seraya memegang bahu Bila dengan lembut.
"Tapi, jangan tinggalin gue." Bila sontak menoleh, kemudian menatap Azriel dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
"Gue gak akan ninggalin lo. Gue janji." Azriel tersenyum hangat. Bila merasa hatinya sedikit lebih tenang. Namun sebaliknya dengan Azriel yang semakin merasa bersalah.
*******
"Kenapa lo malah pacaran sama dia? Arga cuma nyuruh lo buat deketin dia, bukan ngajak Bila pacaran!" Amira menghalangi jalan Azriel. Mereka berada di depan kelas pria tampan itu.
"Ini rencana gue. Terserah gue dan jangan ikut campur," balas Azriel dengan nada dingin. Dia hendak masuk, namun Amira kembali mengatakan sesuatu.
"Ikut campur? Gue pacar lo yang sebenarnya!" tekan Amira menatap Azriel langsung tersenyum sinis.
"Pacar? Asal lo tau. Gue macarin lo gara-gara cari tau alasannya. Gue dateng ke apartemen itu karena tau pesan dari Arga buat lo." Azriel memperjelas agar Amira tidak salah paham.
Gadis itu sangat terkejut, kedua tangannya mengepal. Tatapannya datar. Dia pun membalas, "Berani banget lo manfaatin gue!" Amira menampar pipi Azriel dengan sangat keras, sehingga menimbulkan kemerahan.
"Lo bodoh," ujar Azriel masih menampilkan senyum sinisnya.
"Lo yang lebih bodoh karena menantang Arga." Tidak mau kalah, dia membalas. Setelah mengatakan itu, Amira pergi begitu saja tanpa pamit. Azriel mendegus kesal.
*******
"Bila, tunggu gue di parkiran. Gue mau ngerjain soal dulu. Jangan tinggalin gue," ucap Azriel tersenyum hangat menatap Bila yang menganggukkan kepalanya.
"Jangan tinggalin gue, ya," tegasnya membuat Bila tertawa pelan.
"Iya, nggak akan kok. Gue janji." Nada suara Bila terdengar yakin.
Azriel pun tersenyum senang seraya mengacungkan ibu jarinya. Setelah itu, dia pamit pergi ke kelas. Padahal ini masih jam istirahat, alasannya Azriel ingin menghapal dulu.
"Kenapa lo bohong? Nanti gak ada ujian," sahut Rafka bingung. Ia mendengar percakapan mereka berdua.
"Ini rencana gue," balas Azriel singkat. Dia duduk di kursi seraya melipatkan kedua tangannya di meja, Azriel memasukkan kepalanya dilipatan tangannya. Pria itu tidur.
Rafka menghela napas kasar. Dia merasa kasihan kepada sepupunya. Tapi apa boleh buat? Sudah terlanjur. Dan ia tidak bisa membantunya.
***
"Gue ikut sama lo," ucap Azriel kepada Rafka yang mengerutkan keningnya.
"Gimana sama bila terus motor lo?" tanya Rafka. Dia tengah memasukkan buku-bukunya ke dalam tas sekolahnya.
"Nanti gue bakal ke sini lagi," jawab Azriel dengan tatapan serius. Rafka pun memilih untuk mengiyakan.
"Gue tunggu di gerbang," balas Azriel, dia pergi. Parkiran berada di kanan, dan gerbang di kiri. Bisa di bilang, jalan menuju parkiran cukup jauh.
Di sisi lain,
"Gue tunggu di sini aja deh." Bila duduk di kursi dan memainkan ponselnya. Awalnya dia tidak bosan, sampai ponselnya tiba-tiba mati karena kehabisan baterai. Bila menghela napas pelan, ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Udah dua jam. Kok belum ke sini, ya? Motornya cuma punya Azriel doang," ucap Bila menatap satu motor yang berada di hadapannya. Ini sudah jam lima sore dan Azriel tidak kunjung datang.
"Malah hujan," gumam Bila melihat awan yang mendung dan menjatuhkan rintik-rintik hujan. Sekolahnya sangat sepi, mungkin karena penjaga tidak datang. Bila ingin pergi ke kelas Azriel, namun ia takut. Kelas Azriel ada di lantai tiga dan berdekatan dengan gudang.
"Gak! Gak boleh ngantuk!" tegur Bila kepada dirinya sendiri. Dia menguap. Kedua matanya juga terasa perih. Akhirnya beberapa menit kemudian, Bila tertidur. Posisinya ia memeluk kedua kakinya, dan menundukkan kepalanya.
Azriel datang dengan membawa payung, dia berjalan menuju parkiran. Langkah kakinya tergesa-gesa, hujan datang dengan deras. Azriel menghembuskan napas panjang melihat Bila yang kehujanan seraya memeluk tubuhnya sendiri karena kedinginan. Pria itu mendekati Bila.
"Nabila," panggil Azriel dengan nada pelan. Bila pun mendongak, dia tersenyum senang melihat orang yang di tunggu-tunggunya akhirnya datang.
******
Revisi 01.06.2022, 18.38
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened? (TAMAT)
Fiksi Remaja**** Bagaimana rasanya dijauhi oleh semua murid secara tiba-tiba? Nabila hanya merasa bingung sekaligus ingin tau alasan mereka melakukan itu. Jika hanya beberapa orang, ia memaklumi, mungkin orang itu tengah mempunyai masalah. Namun, ini semua muri...