06. Nyesel?

30 5 0
                                    

Happy reading. 💞

******

Kabar Azriel dan Bila berpacaran membuat kehebohan seisi sekolah. Pasalnya, pria itu murid baru dan Bila adalah wanita yang mereka perbicarakan akhir-akhir ini tanpa sepengetahuan Bila. Ketampanan Azriel membuat murid-murid wanita menyukainya, tapi, sangat sulit untuk diajak berbicara. Mereka tidak pernah menyangka jika pria idaman itu menjadi pacar seorang gadis yang mereka jauhi.

Azriel berdecak setelah membaca pesan dari Bila semalam. Dia baru membukanya, lantaran sibuk belajar. Azriel berada di kelasnya, dia seorang diri. Semua murid keluar menuju lapangan, Azriel juga menyusul. Dia memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celananya. Pria itu tersenyum tipis, mengingat tiga peraturan dari Bila yang harus dirinya lakukan.

Peraturan pertama.
Jangan nyembunyiin apapun, misalnya tau sedikit alasan dari temen-temen lo. Atau, murid yang sekolah di sekolah kita. Harus cepet ngomong sama gue!

Peraturan kedua.
Jangan dekat sama murid perempuan, entah itu teman atau sahabat. Gue emang egois, jadi terima aja. Kalo ada orang yang bilang suka sama lo, lo harus bilang sama gue siapa cewek itu. Mau murid yang sekolah di sekolah kita, di sekolah lain, intinya ada cewek yang suka sama lo. Harus bilang sama gue!

Peraturan ketiga.
Gue cuma buat tiga aja. Soalnya kita cuma pura-pura pacaran. Tapi, gue juga pengen rasain sikap pacar itu gimana. Jadi, bisa gak lo berubah bentar aja? Sampai alasannya terungkap. Gue mau sikap lo manis, hangat, penyayang. Lo juga buat aturan lo sendiri, biar adil.

"Menarik." Tidak henti-hentinya Azriel tersenyum membayangkan sikap manja Bila kepadanya. Lalu dia segera mengenyahkan pikiran itu. Azriel merubah raut wajahnya seperti biasa menjadi datar.

"Hai, Azriel," sapa Amira tersenyum manis kepada kakak kelasnya itu.

Azriel mengangguk pelan.

"Lo pacaran sama Bila? Dia temen deket gue," ujar Amira membuat Azriel membalikan badannya, dia tersenyum sinis.

"Teman deket? Serius?" tanya Azriel membuat Amira diam.

"Kalo lo emang temen dekatnya, kenapa sikap lo sama aja kayak yang lain?" tanya Azriel lagi, Amira menundukkan kepalanya. Pria itu pun melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertunda.

"Gue suka sama lo. Lo harus putus sama dia, ya?" pinta Amira membuat Azriel kembali berhenti berjalan.

"Tapi, gue gak suka sama lo. Gue gak akan pernah nurutin permintaan lo." Nada suara Azriel dingin.

"Gue penyelamat lo. Jadi, cepet putus sama dia atau lo bakal nyesel," ujar Amira. Nada dan tatapannya serius.

"Penyelamat? Maksud lo apa?" Azriel tidak mengerti maksud ucapan Amira.

"Lo belum tau alasan kenapa murid di sekolah ini jauhin dia?" tanya Amira menatap Azriel yang tidak menanggapi pertanyaan. Artinya, pria itu belum mengetahuinya.

"Wah. Tapi, gue gak bisa bilang. Lo terlanjur dekat sama dia. Kalo sikap lo sama kayak gue dan yang lain, gue pasti bakal ngasih tau lo," lanjut Amira seraya menghela napas kasar. Azriel semakin bingung dibuatnya. Dia sangat penasaran.

"Gue pasti bakal tau. Ah, bukan cuma gue. Tapi Bila juga. Jadi, tunggu aja waktunya." Azriel menatap Amira dengan tatapan tajam.

Amira tersenyum sinis. "Oke. Berusahalah semampu lo." Gadis itu menepuk bahu Azriel sedikit kasar, perasaannya ditolak dalam waktu satu detik. Amira pun meninggalkan Azriel yang semakin yakin akan mencari tau. Rasa penasarannya sangat tinggi mengenai masalah ini.

********

"Lo serius pacaran sama Azriel?" tanya Amira menatap Bila yang tengah fokus menulis.

"Setelah satu bulan lebih lo gak bicara sama gue bukannya minta maaf, lo malah nanya tentang itu? Lo serius teman dekat gue dari sekolah dasar?" Bila mendongak, menatap Amira dengan tatapan tidak percaya. Bila juga tersenyum sinis.

"Jawab aja pertanyaan dari gue, kenapa lo malah bilang semua omong kosong itu?" Tidak mau kalah, Amira juga berucap dengan senyum sinis dan nada dingin.

"Omong kosong? Jadi, persahabatan kita selama sepuluh tahun ini. Lo anggap omong kosong?" tanya Bila dengan tatapan menyiratkan kekecewaan.

"Iya! Gue nganggep gitu! Lo marah?" Amira bahkan menggebrak meja.

"Gak. Gue kecewa," jawab Bila seraya mengepalkan kedua tangannya tanpa wanita itu ketahui.

Bila berdehem keras. Dia pun berucap, "Gue emang pacaran sama dia. Kenapa? Lo gak terima?" Amira terkejut, Bila tidak pernah berpacaran, apalagi dekat dengan pria.

"Jadi, kalian serius pacaran?" tanya Amira memastikan sekali lagi. Dia memang sudah bertanya kepada Azriel tadi pagi, tapi tetap saja, hatinya merasa ragu.

"Lo gak percaya? Dulu, gue emang gak deket sama cowok. Tapi, sekarang gue pacaran." Bila tersenyum manis. Amira menatapnya tajam.

"Cepat putus sama dia" teriak Amira. Untungnya, di kelas ini tidak ada siapa-siapa kecuali mereka berdua.

"Gak mau. Gue terlalu cinta sama dia," tekan Bila menatap Amira dengan tatapan serius.

"Suatu saat nanti, saat alasan kenapa semua murid di sekolah ini ngejauhin lo, lo bakal nyesal karena pacaran sama Azriel." Ucapannya membuat Bila terkejut dan semakin ingin tau apa alasan itu.

"Gue mohon bilang apa alasan itu." Bila menatap Amira dengan tatapan memohon.

Amira tersenyum sinis. "Maaf, gue gak bisa bilang." Bila menghela napas kecewa, ia melihat punggung Amira yang mulai menjauh dari pandangannya.

*******

"Azriel," panggil Bila menatap Azriel langsung berhenti dan membalikan badannya. Nada gadis itu lirih, tidak seperti biasanya.

"Ada apa? Lo gak masuk kelas?" tanya Azriel bingung. Jika dirinya, masih jam pelajaran olahraga. Dan tengah malas bermain bola basket.

Bila menggeleng, dia menyuruh Azriel untuk duduk di sampingnya. Mereka berdua berada di halaman belakang sekolah yang sepi. Tentunya murid tengah belajar. Azriel menurut, dia menatap Bila dengan tatapan bingung.

"Gue mulai ngerti kenapa lo mau kita pacaran, bukan temenan," ucap Bila menatap Azriel dengan senyum tipisnya.

"Syukurlah." Azriel menanggukkan kepalanya. Dia membalas senyuman Bila. Sejujurnya, saat ini dirinya tengah berusaha merubah sikapnya.

"Tapi, hal itu buat gue semakin penasaran. Apalagi, kata Amira. Kalo gue terus pacaran sama lo, nanti gue bakal nyesel," kata Bila menatap Azriel. Tatapannya menyiratkan kesedihan.

"Dia juga ngomong gitu sama gue," balas Azriel seraya menghela napas panjang.

Bila terkejut, dia pun bertanya, "Lo kenapa sama dia? Dari mana?"

"Dia bilang sendiri. Katanya, 'Gue teman deket Bila.' Lucu, 'kan? Maksudnya mungkin, 'mantan'." Azriel meledek nada ucapan Amira saat mengatakan itu. Bila tertawa pelan tanpa sadar.

"Gue gak nyangka dia bilang gitu sama lo," kata Bila yang mulai kembali seperti semula. Raut wajahnya tidak terlihat sedih lagi.

Azriel hanya tersenyum menanggapi ucapan Bila.

"Jadi, gimana?" tanya Bila kembali sedih. Padahal, Azriel sudah lega. Eh, malah berubah lagi.

"Gimana apanya?" Azriel malah bertanya. Dia mengerti, namun ingin melihat wajah Bila yang kesal.

"Ih, masa gak ngerti? Yang tadi gue ucapin itu loh," kata Bila menatap Azriel yang mengangguk paham.

"Jangan dipikirin. Kita tetap kayak gini sampai alasan itu terungkap. Tapi, sebagai balasannya. Kita harus siap-siap bakal ngerasa nyesel kayak apa yang dibilangin sama cewek itu. Siap-siap aja dulu, kita 'kan gak tau kalo ucapan dia itu benar atau cuma bohongan," jelas Azriel yang baru pertama kalinya berucap panjang lebar kepada Bila yang menganga tidak percaya.

******

Revisi 01.06.2022, 12.10

What Happened? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang