*****
"Kalo lo terus kayak gini. Gue gak fokus kerja," ucap Azriel seraya mengusap air mata Bila. Nadanya sangat lembut, raut wajah datar itu, hilang seketika. Bila membulatkan kedua matanya, Azriel yang dia sukai, telah kembali!
"Lo kembali!" Tanpa aba-aba, Bila memeluk leher Azriel dengan lembut. Pria itu sontak terkejut.
"Lo? Gimana kalo ada yang liat?" tanya Azriel, dia tidak membalas pelukan Bila.
"Biarin. Lagian lo pacar gue," ucap Bila semakin mengeratkan pelukannya. Azriel menghela napas pelan, ia lupa jika Bila mempunyai sikap seperti anak kecil.
"Padahal gue cuman diemin lo delapan hari. Kenapa sikap lo kayak gue lakuin itu selama satu bulan?" tanya Azriel seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lo juga tau, gue paling benci kalo didiemin. Apalagi sama lo," ujar Bila. Dia melepaskan pelukannya dan menatap Azriel dengan raut wajah cemberut.
"Maaf." Nadanya terdengar merasa bersalah.
"Maaf doang? Lo gak ada niatan buat ngejelasin alasan lo lakuin itu?" tanya Bila menatap Azriel. Tatapannya terlihat tidak percaya.
"Gue pasti ngejelasin. Sabar dong." Karena kelewat gemas, Azriel mencubit hidung Bila yang masih memerah.
Bila memajukan bibirnya, lalu tersenyum lebar. Ia pikir Azriel akan seperti itu selamanya, tapi nyatanya, Azriel telah kembali. Mereka berdua pun duduk di kursi seraya menatap langit sore yang indah, tidak hujan dan tidak juga panas. Azriel tersenyum melihat sikap Bila yang ceria, tidak seperti saat dirinya bersikap datar. Bila selalu cemberut. Tentunya ia selalu merasa bersalah dan sekarang dirinya tidak kuat melakukan itu lagi.
"Kok diem? Katanya mau ngejelasin," sindir Bila membuat Azriel menatapnya dengan tatapan malas.
"Gue lagi mikir mau ngejelasinnya dari mana," balas Azriel jujur.
"Dari awal lo diemin gue," kata Bila ingin tau alasannya.
"Setelah gue ngantar lo pulang hari itu, gue ketemu sama Rio. Teman sepupu gue. Dia udah kembali dan langsung jalanin rencana buruknya," jelas Azriel menatap Bila yang mulai mengerti dan menunggu pria itu melanjutkan penjelasannya.
"Rio bawa gue ke gudang sekolah. Dia nyuruh gue buat jauhin lo, awalnya sikap gue bikin dia kesel. Rio gak tahan, terus mukul gue terus semakin maksa gue buat lakuin itu," lanjutnya membuat Bila terkejut. Ternyata Azriel terluka karenanya.
"Maaf, karena gu—
"Ssst. Gue udah duga lo pasti nyalahin diri sendiri," potong Azriel seraya menutup mulut Bila dengan jari telunjuknya.
"Kalo gara-gara itu, gue bakal berusaha nerimanya," Setelah menunduk seraya berpikir, Bila menatap Azriel dengan tatapan yakin.
"Maksud lo apa?" tanya Azriel merasa tidak mengerti maksud ucapan Bila.
"Gue bakal berusaha terima kalo lo jauhin gue kayak mereka," jawab Bila menampilkan senyum manisnya.
Azriel terkejut, dia menggeleng cepat. "Lo kok bilang gitu? Gue gak bakal jauhin lo! Gue udah janji mau bantu lo sampai alasan itu terungkap. Jadi, gue cuma minta sama lo buat sabar dan berpura-pura. Gue lagi cari informasi." Azriel menjelaskan agar Bila tidak salah paham maksud ucapannya.
"Tapi, kalo kita ngelakuin itu, terus Rio sama sepupu lo tau. Lo gak akan baik-baik aja. Mungkin, dia bakal nyakitin lo lebih dari saat itu," kata Bila dengan raut wajah serius dan nadanya terdengar sedih.
"Gue gak peduli. Yang penting gue gak boleh mati. Gue gakpapa dipukul kayak apa atau sampai apa, asalkan gue masih hidup biar ada buat kamu," balas Azriel. Ia yakin mengenai ucapannya.
"Lo ngomong apa sih. Lo aneh tau gak? Orang lain gak mau dipukul, lah lo? Aneh banget," ucap Bila setelah memukul lengan Azriel pelan. Dia menatap ke arah lain seraya berdehem pelan. Kenapa pipinya sangat panas?
"Gue serius loh, Na." Azriel menatap Bila yang langsung menatapnya ke dengan raut wajah bingung.
"Na?" tanya Bila. Seumur hidupnya, hanya Azriel yang memanggilnya dengan sebutan Na bukan Bil.
"Hooh. Gue suka panggil lo Na. Gakpapa, 'kan?" Azriel menatap gadis itu dengan tatapan ragu-ragu.
"Gakpapa," jawab Bila menganggukan kepalanya. Hatinya terasa senang.
"Jangan pernah bilang gitu lagi, ya. Gue gak suka sama ucapan lo. Gue udah berjuang lho demi lo. Gue pura-pura kayak orang lain biar dapet informasi." Sepertinya sikap asli Azriel seperti ini. Bukan datar atau dingin. Bila tersenyum manis, ia suka saat Azriel berucap panjang lebar dengan nada cerewet.
"Yaudah, iya. Maafin gue. Gue gak akan bilang gitu lagi," balas Bila seraya mengangguk cepat. Azriel membalas senyumannya.
"Jadi, sejauh ini lo punya informasi apa?" tanya Bila mulai kembali serius. Rasa khawatir dan cemasnya seketika hilang setelah mendengar ucapan Azriel yang terdengar sungguh-sungguh. Tapi, tetap saja. Bila harus waspada. Ia tidak mau Azriel terluka.
"Tanggal empat agustus, lo gak sekolah?" tanya Azriel menatap Bila yang mengiyakan.
"Iya. Gue gak sekolah karena gue pergi ke rumah nenek. Emangnya kenapa?" Bila juga penasaran maksud pertanyaan Azriel.
"Tanggal empat agustus, di sekolah ini ada kekacauan. Lebih tepat, di kelas gue," kata Azriel membuat Bila terkejut.
"Apa? Kekacauan?" Bila semakin penasaran alasan yang sebenarnya. Jika tau masalahnya dari hari itu, ia akan menolak ajakan mamanya.
"Katanya ada mahasiswa yang datang. Terus buat kekacauan. Gue cuma tau itu," ujar Azriel jujur, ia mendengar dari beberapa wanita yang menggosip di kelasnya.
"Mahasiswa?" Azriel berdehem keras.
"Intinya masalahnya dimulai hari itu dan akhirnya tanggal empat november. Berarti kita punya waktu, dua puluh satu hari lagi," ucap Azriel yang diangguki oleh Bila.
"Ayo berusaha!" teriak Bila dengan nada semangat. Azriel menganggukkan kepalanya, raut wajahnya terlihat serius.
"Na, gue mau bilang rencana gue. Kalo lo gak terima, gakpapa," ujar Azriel menatap Bila dengan tatapan ragu-ragu.
"Bilang aja dulu," suruh Bila membuat Azriel menghela nafas panjang.
"Gimana kalo kita kasih tau mereka, kalo kita putus? Tapi, cuma pura-pura. Nyatanya kita masih pacaran." Azriel mengatakannya seolah tidak mau Bila salah paham. Apalagi ucapannya penuh penekanan.
"Oh, oke. Gue setuju," balas Bila mengangguk ragu. Ia tidak boleh egois, lagipula ini demi dirinya juga.
"Terus, gue boleh pacaran sama Amira?" tanya Azriel membuat Bila membulatkan kedua matanya.
"Pacaran sama Amira?" Zahra mengulang pertanyaan dari Azriel.
Azriel mengangguk. Raut wajahnya masih serius.
"Gimana? Boleh gak?" Azriel tentunya harus meminta izin. Mau bagaimanapun juga, Bila pacarnya. Meskipun tidak diawali dengan cinta.
"Bo-boleh," jawab Zahra sedikit terbata-bata.
"Serius lo ngebolehin gue pacaran sama Amira?" tanya Azriel memastikan.
Bila mengangguk pelan dengan senyum manisnya. Padahal hatinya tidak yakin mengiyakan. Azriel tersenyum senang, satu detik kemudian. Dia pun kembali berucap,
"Jangan khawatir. Hati gue cuma buat lo. Gue pacaran sama Amira buat cari informasi. Jadi, jangan cemburu. Oke?" Bila sontak menganga. Dia terkejut mendengar ucapan Azriel yang terdengar tulus.
*******
Revisi 01.06.2022, 13.52
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened? (TAMAT)
Teen Fiction**** Bagaimana rasanya dijauhi oleh semua murid secara tiba-tiba? Nabila hanya merasa bingung sekaligus ingin tau alasan mereka melakukan itu. Jika hanya beberapa orang, ia memaklumi, mungkin orang itu tengah mempunyai masalah. Namun, ini semua muri...