12. Suruhan

18 4 0
                                    

******

"Berhenti," suruh Azriel tidak tahan melihat sepupunya di sakiti. Sontak mereka berlima menatapnya dengan tatapan berbeda. Arga tetap datar dan sisanya terkejut.

"MENJAUH DARI DIA!" bentak Azriel lantaran ucapannya diabaikan oleh Arga yang kembali memukul Rafka.

Arga berhenti, dia mendorong tubuh Rafka ke dekat sofa. Azriel bahkan berjalan masuk tanpa izin darinya. Aulia mendekati Rafka yang keadaannya sangat memprihatinkan. Wanita itu terlihat berkaca-kaca seraya memegang wajah Rafka yang hampir di penuhi oleh darah.

"Maafin gue," bisik Aulia menahan tangisannya. Dia tentunya ingat jika dihadapannya ada Arga yang tengah tersenyum sinis ke arah Azriel.

"Bukan salah lo," balas Rafka sama halnya membisik. Dia tersenyum seolah baik-baik saja. Aulia semakin merasa bersalah dan ingin menangis seraya memeluk Rafka. Wanita itu pun berjalan ke arah dapur untuk mengambil kain dan es batu.

"Azriel," panggil Amira dengan tatapan seolah mengatakan 'Pergilah!' namun, Azriel tidak peduli. Kedua tangannya mengepal kuat, ia ingin membalas perlakuan Arga kepada Rafka. Tapi, ia ingin mendengar apa yang akan dikatakan oleh pria itu.

"Oh, jadi lo Azriel? Cowok yang macarin adik gue?" tanya Arga seraya berdiri.

"Adik?" Azriel terkejut, ternyata pria dihadapannya kakak pacarnya.

"Kaget? Lo baru tau siapa gue? Tapi itu gak mungkin," kata Arga menatap Azriel dengan tatapan bingung sekaligus heran.

"Dia murid baru." Rio membalas kebingungan Arga.

Arga mengangguk-anggukan kepalanya paham. Dia pun kembali berucap, "Pantes aja dia gak tau siapa gue. Oh, iya. Berarti lo gak tau kejadian itu?" Arga juga menebak, raut wajahnya masih terlihat bingung. Tinggi mereka sama, hanya saja Arga sedikit lebih besar daripada Azriel yang ideal.

Azriel diam, sejujurnya ia ingin mendengar langsung dari Arga.

"Lo diam berarti ucapan gue benar," kata Arga. Dia pun bertanya, "Kenapa kalian gak ngasih tau dia sebelum dia macarin Bila?" Arga menatap Rio, Amira, dan Rafka dengan tatapan bingung.

"Lo ngelarang kita buat ngasih tau ke murid baru," balas Amira dengan nada penuh penekanan. Dia sangat kesal dan ingin secepatnya berakhir.

"Tapi, dia sepupunya. Harusnya tau, 'kan?" tanya Arga tidak mau kalah. Amira berdecak malas.

"Maaf, gue yang salah karena gak bilang," jawab Rafka kembali menundukkan kepalanya.

"Semuanya emang salah lo," kata Arga menatap Rafka dengan tatapan tajam. Rafka semakin menunduk, kedua tangannya masih mengepal kuat.

"Gue udah putus sama Bila," kata Azriel membuka suaranya. Arga lantas menatapnya dengan senyum sinisnya.

"Terus? Lo berharap gue percaya?" tanya Arga merasa jika Azriel berbohong demi mengetahui alasan yang sebenarnya.

"Gue bilang yang sebenarnya, gue dan Bila saling benci." Nada suara Azriel terdengar serius. Arga malah tersenyum smirk.

"Jadi, apa yang lo mau?" tanya Arga penasaran.

"Gue mau lo bilang alasannya." Azriel merubah raut wajahnya menjadi datar. Dia tidak peduli jika dirinya dipukul seperti Rafka.

"Balasannya?" tanya Arga menantang. Amira khawatir jika Azriel di sakiti. Rio terlihat bingung, biasanya Arga bersikap kasar kepada orang yang dingin kepadanya, seperti Azriel sekarang.

"Apa yang lo mau?" tanya Azriel tidak peduli apa kemauan Arga. Amira sontak membulatkan kedua matanya.

Arga tersenyum sinis, ia tidak menyangka Azriel mempunyai keberanian yang sangat jauh berbeda dari Rafka. Jika Azriel datang lebih awal sebelum kejadian itu, ia pasti akan menjadikan Azriel sebagai bawahannya, bukan Rafka.

"Deketin Bila lagi," kata Arga membuat mereka terkejut.

"Apa maksud lo?" tanya Amira masih membulatkan kedua matanya.

"Gue belum selesai ngomong." Nada suara Arga dingin, senyum sinisnya masih terlihat jelas.

Amira langsung diam. Rio dan Rafka penasaran.

"Deketin Bila, terus buat dia menderita sampai empat oktober. Setelah itu, keadaannya bakal kayak biasa lagi," lanjut Arga membuat mereka berempat membulatkan kedua matanya, begitu juga dengan Aulia.

"Lo serius kakaknya? Kok bisa seorang kakak ngomong itu?" tanya Azriel menatap Arga dengan tatapan tidak percaya. Otaknya langsung berpikir keras mencari jawaban yang pas.

"Jawab aja. Lo siap ngelakuinnya? Sebagai balasannya, gue bakal bilang alasannya," ucap Arga membuat Azriel menghela napas kasar.

"Kapan lo bakal bilang?" tanya Azriel ingin tau.

"Setelah satu minggu lo buat dia menderita," jawab Arga. Nadanya terdengar santai. Dia bahkan duduk di sofa, dan mendorong Rafka agar menjauh darinya.

"Gimana lo bakal tau saat gue buat dia menderita?" tanya Azriel lagi. Ia harus tau jelas.

Arga menunjuk Rio, Amira, dan juga Rafka. "Ada mereka." Azriel mendengus pelan.

"Lo percaya sama mereka?" Yang di maksud tersebut lantas terkejut.

"Gak. Gue gak percaya," balas Arga seraya merangkul bahu Aulia dengan kasar.

"Cukup. Jangan nanya lagi. Gue bakal jawab rasa penasaran lo kalo lakuin suruhan gue." Arga tau jika Azriel akan bertanya lagi.

"Oke. Gue bakal ngelakuin itu," kata Azriel dengan nada yakin. Arga tersenyum sinis, ia sudah menduganya.

"Lakuin dari besok. Kalo pun mereka bertiga bekerja sama, sama lo dan Bila. Gue gak akan di bodohi, karena ada beberapa orang yang mengawasi kalian. Gue bilang biar lo tau," jelas Arga membuat Azriel mengangguk cepat.

"Pergi dari apartemen gue!" suruh Arga dengan nada penuh penekanan. Mereka langsung pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun lagi, namun Azriel memberhentikan langkah kakinya.

"Gimana sama Aulia? Kenapa dia gak pergi juga?" tanya Azriel menatap Aulia yang tersenyum ramah kepadanya.

Rafka malah menutup pintu apartemennya.

"Ayo pulang," ajak Rafka tanpa menjawab pertanyaan dari sepupunya. Ia menarik tangan Azriel dengan kasar dan cepat.

"Tunggu. Lo belum jawab pertanyaan gue," kata Azriel seraya melepaskan tangan Rafka.

Rafka menghela napas kasar. Dia menatap Azriel dengan tatapan lelah. "Kenapa lo datang?" tanyanya.

"Gue penasaran, jadi gue ngikutin lo," balas Azriel membuat Rafka terkejut lalu mengusap wajahnya.

"Rasa penasaran ngebuat lo terjebak dalam lingkaran api!" teriak Rafka, kedua matanya berkaca-kaca, ia tidak peduli bibirnya terasa perih karena sedikit robek.

"Jadi, apa yang bakal lo lakuin? Lo serius mau buat Bila menderita? Emangnya lo sanggup lakuin itu?" tanya Rafka menatap Azriel yang seketika diam.

"Selesain masalah lo sendiri, gue gak bisa bantu," lanjutnya seraya memasang helm dan menaiki motornya. Azriel masih diam seraya mencerna ucapan Rafka barusan. Rafka pun pergi meninggalkannya seorang diri.

"Bila, gimana ini? Apa yang harus gue lakuin?" batin Azriel bingung. Dia menghela napas panjang, lalu memilih untuk pulang. Perasaan dan otaknya perlu di istirahatkan. Azriel pun melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

********

"Azriel, ini di tempat umum. Gimana kalo ada yang liat?" tanya Bila berusaha melepaskan tangan Azriel yang memeluk tubuhnya dari belakang.

"Biarin orang liat. Gue gak sanggup pura-pura lagi," balas Azriel. Hembusan napasnya terasa jelas di telinga Bila. Nada pria itu terdengar lirih.

*****

Revisi 01.06.2022, 16.31

What Happened? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang