*******
"Gue tertekan sama keinginan orang tua gue. Mereka selalu ngatur hidup gue dan gak pernah mikirin apa yang selalu gue rasain. Dua bulan yang lalu, mereka mau gue dapat nilai tertinggi di sekolah ini. Lo tau, bukan gue aja yang pintar. Banyak yang pintar di sekolah ini. Gimana gue bisa dapetin nilai tertinggi?" curhat Amira dengan nada lirih, kedua matanya bahkan berkaca-kaca, ia sangat lelah. Namun apa daya, orang tuanya tidak pernah sadar.
"Sekarang gue ngerti. Orang tua lo selalu kayak gitu?" tanya Azriel menatap Amira dengan tatapan penasaran.
"Gak selalu. Biasanya Bila yang buat orang tua gue gak terlalu ngatur hidup gue. Tapi, sekarang gak ada yang menyadarin mereka," jawab Amira jujur. Dia menghela nafas kasar seraya menundukkan kepalanya.
"Bila?" Azriel memastikan jika pendengarannya tidak salah.
Amira menganggukkan kepalanya.
"Kalo lo butuh dia, kenapa lo sama aja kayak yang lain?" tanya Azriel bingung.
"Gue harus lakuin itu, meskipun gue butuh dia," balas Amira kembali serius.
"Masalahnya dimulai tangga empat Agustus, 'kan?" tanya Azriel lagi.
"Rafka ngasih tau lo?" Amira malah bertanya.
"Gak. Gue tau sendiri," ujar Azriel malah tersenyum manis membuat Amira mengerutkan keningnya.
"Karena kita pacaran, seharusnya punya nomor masing-masing, 'kan?" Amira membalas senyuman Azriel.
"Yaiyalah itu harus," ujar Azriel menyerahkan ponselnya kepada Amira. Gadis itu menerimanya dan sama halnya menyerahkan ponselnya kepada Azriel.
"Apa kata sandinya?" tanya Azriel penasaran.
"040821," jawab Amira dengan nada santai. Azriel mengangguk paham. Ia pun membuka ponsel Amira, kata sandi ponsel wanita itu membuatnya semakin penasaran.
"Gimana sama lo?" tanya Amira melihat ponsel Azriel yang sama halnya di kunci.
"212109," jawab Azriel cepat. Itu adalah tanggal jadiannya dengan Bila. Amira mengangguk tanpa merasa curiga sedikitpun.
Azriel langsung membuka aplikasi WhatsApp. Dia melihat banyak pesan dari pria dan wanita. Pesan yang paling atas membuatnya mengerutkan keningnya. 'Arga' ia ingat nama yang pernah di sebutkan oleh Rafka. Untungnya pesannya tidak terlalu panjang, ia bisa membaca semuanya. 'Malam ini, ajak Rio, dan Rafka ke apartemen gue. Ada yang mau gue omongin.' Azriel yakin jika Arga itu yang menyuruh mereka bertiga untuk menjauhi Bila.
Amira membuka aplikasi WhatsApp, dia langsung mencari kontak Bila. Namun, tidak ada. Ia juga melihat banyak pesan yang masuk, hanya dari beberapa murid yang menganggumi ketampanan Azriel. Amira bingung, lalu ia membatin, "Apa mereka emang benaran saling benci?" Awalnya Amira tidak yakin, namun setelah melihat tidak ada kontak Bila di ponsel Azriel, membuatnya sepenuhnya yakin. Setelah mengetikan nomornya, Amira menyerahkan ponsel itu kepada sang pemilik.
"Gue mau ngajak lo pergi ke suatu tempat," ucap Azriel menatap Amira yang bingung. Mereka berdua berada di taman yang tidak jauh dari sekolah.
"Ke mana? Kapan?" tanya Amira. Ia tengah menyukai Azriel lagi.
"Tempat apa yang lo suka?" tanya Azriel seolah penasaran.
"Tenang dan nyaman," jawab Amira jujur. Sejujurnya, Amira berharap Azriel bisa membuatnya menghilangkan stressnya karena orang tuanya.
"Gimana kalo kita pergi ke tempat itu malam ini?" tawar Azriel membuat Amira menggeleng pelan.
"Malam ini gue sibuk," jawab Amira setelah membalas pesan dari Arga.
"Sibuk? Tapi, gue mau ngerayain karena pacaran sama lo," ucap Azriel terlihat sedih.
"Tetap gak bisa. Jangan antar gue pulang," kata Amira seraya berdiri dari duduknya dan memanggil taksi. Gadis itu pun pergi meninggalkan Azriel yang semakin ingin tau.
*******
"Lo mau ke mana? Ini udah malam," ucap Azriel menatap Rafka yang langsung memberhentikan langkah kakinya. Ia memegang segelas air putih.
"Ke depan. Barang-barang gue banyak yang habis," alibi Rafka membuat Azriel mengangguk mempersilakan. Setelah kepergian Rafka, pria itu langsung mengambil hoodienya dari bawah meja makan. Azriel memakainya, lalu berjalan cepat menuju motornya yang terparkir di garasi. Dengan kecepatan tinggi, Azriel mengikuti Rafka dari belakang.
Rafka memberhentikan motornya, dia menaiki puluhan tangga untuk sampai di sebuah apartemen. Azriel juga sama halnya, ia memakai hoodie hitam dan dengan hati-hati mengikuti Rafka dari belakang. Rafka masuk ke dalam apartemen itu, pintunya tidak sepenuhnya tertutup, masih ada sedikit celah untuk dilihat oleh Azriel. Kedua mata Azriel membulat melihat seorang wanita yang duduk di samping pria berwajah sangar. Azriel kenal wanita itu.
"Aulia? Kenapa dia ada di sana?" batin Azriel bingung. Setaunya, Aulia orang yang pemalu dan di sukai oleh Rafka. Ia memilih diam untuk menguping pembicaraan mereka.
"Gimana? Bila masih dijauhi oleh semua orang di sekolah, 'kan?" tanya Arga menatap Amira, Rio, dan Rafka dengan raut wajah datar.
"Masih," jawab Amira mengangguk yakin. Raut wajahnya serius.
"Gak. Ada yang deketin Bila," ujar Rio membuat Arga terkejut, apalagi Rafka dan juga Amira. Mereka tidak menyangka jika Rio akan mengatakannya.
"Siapa? Siapa yang deketin Bila?" tanya Arga dengan nada penuh penekanan.
"Sepupunya," jawab Rio menunjuk Rafka yang terlihat ketakutan, pria itu bahkan menundukkan kepalanya.
"Sejauh mana hubungan mereka?" tanya Arga menatap Rafka dengan tatapan yang sangat menakutkan.
"Pacaran," balas Rio membuat Arga membulatkan kedua matanya.
"Gak. Mereka udah putus," sela Amira sebelum Arga berucap dan memukul Rafka.
"Putus? Kemarin sore gue liat mereka pelukan," ujar Rio menatap Amira dengan tatapan bingung.
"Lo pasti salah liat. Azriel bilang udah putus sama Bila beberapa hari yang lalu. Dan setelah putus, mereka saling membenci," ucap Amira hanya ingin membenarkan semuanya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
"Gak. Gue gak salah liat. Mereka emang Azriel sama Bila. Putus lo bilang? Kalo orang liat pasti bakal ngira mereka pacaran. Gak mungkin kalo mereka putus kemarin sore," jelas Rio yakin apa yang dipikirkannya.
"Buktinya, Azriel ngajak gue pacaran." Ucapannya membuat Rio dan Rafka terkejut. Bagaimana bisa jadi seperti ini?
"Jadi, mana yang benar? JANGAN BUAT GUE PUSING!" bentak Arga sangat marah karena perdebatan sederhana antara Amira dan Rio.
"Gue yang benar. Azriel pacaran sama gue dari sore tadi. Gue bakal ngebuktiin," ucap Amira yakin. Dia mengambil ponselnya, lalu menghubungi ponsel Azriel yang tidak aktif.
"JANGAN BERCANDA SAMA GUE, AMIRA!" bentak Arga dengan emosi yang tinggi. Tangan Amira bergetar, bahkan ponselnya jatuh ke lantai. Dia terkejut karena Arga pertama kali membentaknya. Azriel yang melihatnya lantas membulatkan kedua matanya, ia tidak membawa ponselnya.
"Gu-gue gak bercanda. Mungkin hp Azriel kehabisan baterai," balas Amira sedikit gugup karena ketakutan. Arga hendak menampar pipi Amira, namun dengan sigap Rafka memegang tangannya.
"APA YANG LO LAKUIN?!" Arga melepaskan tangan Rafka dengan kasar.
"Inget, dia cewek. Jangan mukul kayak cowok. Cewek berbeda," ucap Rafka nadanya dingin dan tatapannya sangat datar.
"Berani banget lo nasehatin gue!" Arga sangat marah, dia menampar pipi Rafka dengan sangat keras. Rafka diam, tangannya mengepal kuat. Amira terkejut, dia ingin menyelamatkan Rafka, tapi Rio melarangnya. Azriel tidak percaya sepupunya di pukul tanpa rasa kasihan, apalagi Rafka diam saja.
********
Revisi 01.06.2022, 14.24
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened? (TAMAT)
Teen Fiction**** Bagaimana rasanya dijauhi oleh semua murid secara tiba-tiba? Nabila hanya merasa bingung sekaligus ingin tau alasan mereka melakukan itu. Jika hanya beberapa orang, ia memaklumi, mungkin orang itu tengah mempunyai masalah. Namun, ini semua muri...