Dalam dunia perproyekan, saling menjegal dan menghalalkan segala cara mungkin terdengar sesuatu yang biasa.
Perusahaan bermain licik untuk mendapatkan tender. Hingga oknum yang mengiming-imingi memenangkan suatu tender asal mereka mendapat fee 10% hingga 20%, bahkan 35% dari nilai tender.
Proyek yang sedang Karanda tangani ini murni 100% karena memang Utama memenangkan tender sebuah Rumah Sakit swasta tipe C di daerah Magelang tanpa embel-embel kecurangan. Bangunan sepuluh lantai sejatinya sudah berhasil berdiri kokoh dan pembangunanpun sudah mencapai 65%.
Maka dari itu, berita dihentikanya proyek tersebut secara tiba-tiba adalah hal yang menjadi pukulan keras bagi Utama.
Sudah sebulan proyek dihentikan. Namun Qila yang hanya sebagai istri sampai sekarang belum mengetahui apa penyebab utama proyek dihentikan.
Karanda tak pernah membagi masalah yang sedang dihadapinya. Jika ditanya, jawabanya hanya ia tak ingin Qila ikut kepikiran masalah Utama.
Jawaban itu tentu saja malah semakin membuat Qila kepikiran.
***
Hari ini hari Ahad. Mas Anda mengajakku ikut kajian De Hijrah. Kali ini aku mau-mau aja. Sudah lama jiwa ini gersang tak mendapatkan siraman. Menjadikan aku sering uring-uringan dan gampang emosi jiwa.
Eits, tenang. Kali ini aku sudah mempersiapkan kostum yang layak kok. Gamis warna salem serta hijab instan syar'i warna senada.
Mas Anda memarkirkan motor di depan rumah sebuah komplek perumahan di Jogja Kota. Kali ini Mas Anda sengaja membawa motor karena dirasa malam ini akan cerah hingga kami bisa menikmati perjalanan malam kami saat pulang nanti. Apalagi ini Minggu malam, mas Anda ingin mengajaku mampir di Alun-alun Kidul. Kalau naik mobil bakal susah untuk parkir.
Mas Anda menggandeng tanganku persis kayak pasangan pengantin baru. Padahal mah sudah udzur, hampir enam bulan kami menjalani pernikahan ini.
Kami mengucap salam dan disambut oleh tuan rumah dengan ramah.
"Wa'alaikum salam. Hei, pengantin baru lengket bener dah. Kayak dikasih lem gajah jadi lengket yang kuat banget sampai tikus aja nggak bisa lepas." Si tuan rumah langsung memeluk Mas Anda, si istri yang sedang hamil tua juga susah payah memeluku.
Aku tertawa dalam hati. Jadi bukan hanya aku saja selama ini yang menyematkan sebutan lem Gajah buat Mas Anda. Jadi aku nggak salah, kan?
"Maksud kamu, istri aku tikus gitu?" Sewot Mas Anda.
Si tuan rumah malah tertawa. "Haha... Bukanlah. Masak cantik gini dibilang... Ah sudah, mari-mari masuk." Ucapnya mempersilahkan sambil menggiring kami masuk ke dalam rumahnya.
Kami duduk lesehan di ruang tengah rumah ini yang super luas. Sudah mayan banyak teman-teman Mas Anda yang hadir.
"Mas, kayak familiar sama tuan rumahnya." Aku berbisik ke Mas Anda setelah kami duduk lesehan.
"Itu kan yang pas aku ngajak kamu hangout malam-malam yang pas ujan." Aku mengeryit masih mencoba mengingat. "Yang kata kamu ngomongnya nggak dikontrol itu, lho." Mas Anda menambahkan.
"O.. pantes."
"Namanya Adit. Kemarin kan belum potong rambut dia."
"Jadi, dia teman hijrah Mas Anda juga?"
"Teman nongkrong, teman ngampus, teman bobrok juga. Sekarang teman hijrah."
"Hebat ya. Bisa barengan gitu tobatnya." Sebenarnya aku menyindir Mas Anda, dia malah mesam-mesem aja.
Dari cerita Mas Anda, usut punya usut si Adit ini adalah mantanya Michellin.
Mereka berpacaran dari jaman bahola sejak Michellin anak ospek dan putus dua tahun lalu. Mereka pasangan beda agama. Sama-sama tak ingin memaksakan Keimanan masing-masing, sebenarnya mereka sudah ada solusi tentang perbedaan itu untuk menuju jenjang pernikahan. Yaitu menikah di Singapur. Tapi karena pertimbangan lainya tentang tentangan dari kedua orang tua masing-masing dan nasib anak-anak mereka nanti, jadi Adit memilih untuk mengakhiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENGABDI
AcakSetelah kepindahanya ke Jogja dan kini bekerja di kantor Notaris dan PPAT, Ailani Aqilah hanya dibuat sibuk memikirkan hal yang membuat ia illfeel terhadap suaminya. Seperti orang bilang : Jangan terlalu cinta nanti jadi benci. Jangan terlalu benci...