Terkadang dalam hidup menjadi orang baik saja tidak cukup. Ada hal lain yang harus melengkapi kebaikan tersebut. Dalam Islam tentu harus dibarengi dengan iman.
Semua sepakat bahwa kebaikan adalah hal yang disukai semua orang. Tapi tidak semua orang menyukai kebaikan yang kita berikan. Kebaikan membuat orang lain senang. Kebaikan terhadap teman, sanak saudara, tetangga, bahkan berbuat baik terhadap orang yang jahat dengan kita adalah hal yang mulia. Derajat kita akan naik dengan serta merta karena kebaikan yang kita lakukan. Tapi balik lagi terkadang baik saja tidak cukup. Ada hal lain yang menjadikan kebaikan menjadi sempurna. Penerimaan orang lain terhadap kebaikan kita.
Memang bukan tugas kita untuk membuat orang lain menerima atas kebaikan kita. Bukan tugas kita pula untuk membahagiakan semua orang. Banyak perkara yang lebih penting yang diutamakan dari pada sekedar berbuat baik. Bukan berarti kebaikan adalah suatu yang harus dikesampingkan. Tapi balik lagi ada hal yang harus dilengkapi selain hal berbuat baik. Dan semua itu menjadi kesatuan dalam kita menjalani hidup.
Ada orang berkata, "Dia baik karena cari aman aja." Itu didasari motif seseorang berbuat baik.
Ada juga kisah Abu Thalib paman Nabi yang sepanjang hidupnya selalu mendukung Nabi dalam penyebaran syiar Islam di awal. Bahkan ia berada di barikade paling depan untuk melindungi Nabi dari Kabilah-Kabilah musyrikin Quraisy. Namun, kebaikanya sia-sia karena di akhir hidupnya ia masih meyakini agama nenek moyangnya. Hal itu bisa diibaratkan ia seakan menabur tanah di atas batu licin, kemudian datang hujan yang mengguyur batu tersebut hingga bersih tanpa sisa. Kebaikankanya sia-sia.
***
Hari yang cerah untuk hati yang cerah secerah baju yang kukenakan saat ini. Kebaya warna biru langit dan kain jarik motif tumpal dengan corak warna senada yang telah dipermak menjadi sebuah rok. Dengan tangan kiri memegang piring yang penuh dengan kudapan manis warna warni nan gurih, sambil menenteng tas clutch warna koral, aku lumayan kesusahan.
Kami sedang berada di acara ijab qabul pernikahan Michellin. Diadakan di salah satu Resort dengan venue outdoor dengan tema garden party acara ijab qabul ini berjalan hikmat. Acaranya sederhana karena hanya dihadiri keluarga mempelai wanita, keluarga mempelai pria, dan teman-teman terdekatnya. Aku lebih suka acara yang begini, lebih intimate.
Pak Jo mengantar Michellin sampai ke kursi dilaksanakanya ijab qabul. Wali akad dilimpahkan pada wali hakim karena Pak Jo yang non Muslim. Bu Marta dan Pak Jo aku lihat tak bisa menahan bening keluar dari mata mereka sesaat ijab qabul dinyatakan sah. Mereka melepas anak perempuan yang mereka cintai dengan keluasan hati yang luar biasa aku rasa. Sangat mengharukan.
Mas Anda duduk manis di sampingku dan asyik berbincang dengan temanya, kurasa. Aku pun tak kenal.
Jangan pada tanya keberadaan Adit si mantan Michellin. Tentu saja tidak diundang. Meskipun Michellin telah move on, tapi tetap saja ia harus menjaga perasaan suaminya kini. Bagaimanapun Adit telah mengisi hari Michellin hampir sepuluh tahun terakhir sebelum mereka putus. Sedang suami Michellin - mereka baru mengenal sekitar satu tahun terakhir. Pasti tetap saja akan ada kecanggungan jika mereka bertemu. Apalagi mereka mengakhiri tidak dalam kondisi yang baik-baik saja.
Omong-omong soal Adit, ia kini telah dikaruniai putri yang sangat cantik. Aku dan Mas Anda kemarin nengok ke rumahnya. Mas Anda kelihatan antusias menggendong bayinya Adit, mungkin karena gemas dengan pipi gembulnya si cantik. Sedang aku, masih takut. Jangankan bayi orang, anak kakak aku aja, baru berani gendong setelah bisa duduk sendiri.
Kami tak lama di rumah Adit, takut keburu hujan karena mendung telah menyelubungi langit Jogja. Yang malah diakhiri dengan kata-kata nyinyir Adit saat ia mengantar kepergian kami hingga pintu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGABDI
RandomSetelah kepindahanya ke Jogja dan kini bekerja di kantor Notaris dan PPAT, Ailani Aqilah hanya dibuat sibuk memikirkan hal yang membuat ia illfeel terhadap suaminya. Seperti orang bilang : Jangan terlalu cinta nanti jadi benci. Jangan terlalu benci...