14

1.8K 152 2
                                    

Ada pepatah mengatakan perempuan itu seperti kantong teh, dengan menunjukkan betapa kuat dirinya ketika terdorong air panas.

Meskipun perempuan digambarkan makhluk yang lemah dan suka mengeluh, perempuan tak memerlukan baja zirah untuk membuatnya kuat. Ini bermakna bahwa perempuan itu tangguh pada waktunya. Dan ini yang patut disyukuri Qila karena ia terlahir menjadi seorang perempuan yang pandai untuk menyembunyikan segala perasaanya.

***

Jika ditanya bagaimana perasaanku saat ini dalam menjalani pernikahan ini? Jawabku : I don't know. I mean... I have nothing to lose. For God's sake, I'm just being naive. Yes, naive Qila.

Dulu, mungkin menjalani peran sebagai istri adalah salah satu dari cita-cita. Karena aku melihat bagaimana ibu bisa mencintai kami (suami dan anak-anaknya), mencurahkan segenap dan sepanjang hidupnya hanya untuk mengurus keluarga kecilnya tanpa berkeinginan untuk mengejar passionya. Ibu bahagia hanya menjadi ibu rumah tangga. Ibu melupakan cita-citanya sekaligus passionya menjadi guru. Karena Ibu menikah di umur tujuh belas tahun. Pun karena lebih ke yang Mbah Yayi seorang janda yang ditinggal oleh Mbah Koko sejak Lik Nor kecil. Mbah Yayi tak punya uang untuk membiayai sekolah lanjutan anak-anaknya.

Kini, makin ke sini aku tak tahu lagi arti istri yang sesungguhnya. Karena rumah tangga yang kujalani bersama Mas Anda tidak masuk dalam penglihatanku dalam kehidupan rumah tangga Ibu dan Bapak. Tak ada manis-manisnya.

Dulu. Ketika aku masih di D&C, Pak Sapta pernah memberi petuah pada kami anak buahnya (aku dan Mbak Ayu) tentang bagaimana berhadapan dengan klien harus full performance entah dalam keadaan apapun.

"People will not see how you are or how you feel right now. They only see how we present our goods to convince in front of them."

Saat itu memang keadaan Mbak Ayu sedang masa down-downnya sesaat setelah kehilangan orang terkasihnya pergi meninggalkannya secara tiba-tiba untuk selama-lamanya. Mbak Ayu selalu melamun dan tak semangat bekerja. Banyak calon klien kami mundur karena merasa tak yakin dengan prospek item yang kita tawarkan ke mereka kedepanya. Mereka takut jika terlanjur bekerja sama dengan kami, dan mengambil beberapa item dari kami, dan item itu akhirnya sangat dibutuhkan oleh mereka, mereka sangsi kami bisa mengirim item tersebut secara kontinyu dan konsisten. Secara dalam presentasi awal saja tidak meyakinkan. Pak Sapta jengah dengan keadaan timnya. Maka dari itu, untuk melecut semangat anak buahnya kembali on track terutama Mbak Ayu, Pak Sapta memberi petuah seperti itu. Memang terlihat tak berperasaan dan tak peduli dengan keadaan sekitar. Tapi cara itu yang mengantarkan kami menuju keberhasilan. Tim kami akhirnya bisa mencapai penjualan tertinggi di tahun berikutnya. Mbak Ayu pun menjadi orang super tangguh setelahnya.

Jadi intinya kita harus pandai-pandai menyembunyikan perasaan kita yang sebenarnya di hadapan orang lain. Jika pun kita sedang jatuh sejatuh-jatuhnya maka cukup orang terdekat dan Tuhan yang tahu, dan menjadi sandaran kita, serta menjaga rahasia. Jangan perlihatkan pada orang lain ini loh aku lagi sedih, ini loh aku lagi berduka, ini loh aku lagi kecewa.

Bukankah memang sebaik-baik teman curhat adalah Sang Maha Mengetahui segala urusan?

Ya, memang itu sebaiknya yang harus aku lakukan saat ini. Bersujud di hadapan-Nya menumpahkan segala curhatan yang mengendap di dada sejak tadi siang.

Aku menganggap bahwa Mas Anda adalah klienku yang harus aku yakinkan bahwa penawaranku adalah yang terbaik. Memastikan bahwa pernikahan ini memanglah jalan terbaik untuk kami berdua. Maka dari itu aku menutupi segala apa yang aku rasakan saat ini.

Sebenarnya saat ini rasanya aku ingin pulang ke kampung atau ke Jakarta. Tapi aku tak mau Mbah Yayi ataupun Ibu Bapak mengkhawatirkanku dan malah menjadi bahan gunjingan tetangga. Untuk itu aku berupaya tetap bertahan di sini. Sambil memikirkan cara untuk keluar dari lubang neraka ini.

***

Tadi siang

Setelah hampir dua minggu ini Mas Anda di Magelang, kali ini Mas Anda memintaku untuk datang ke Magelang yang disampaikan via telphon kemarin sore. Mas Anda telah membooking sebuah kamar di salah satu Hotel bintang lima di sekitar candi Borobudur. Tak tahu rencana Mas Anda kali ini. Aku sih seneng-seneng aja. Semoga ini bisa membawa pernikahan kami menjadi lebih baik lagi.

Aku berangkat pagi-pagi bersama Wildan salah satu sepupu Mas Anda sekaligus merangkap site & structural engineer Utama.

Mas Anda tadi juga menelpon agar aku langsung menuju kamar saja saat sampai nanti.

Wildan memarkirkan mobil di pelataran Hotel. Kemudian, dia aku mintai tolong untuk mengantarku sampai ke depan pintu kamar. Aku takut kesasar. Belum pernah blusukan ke hotel ini soalnya.

Tapi, saat kami memasuki loby, Wildan mendapat telphon dan mendadak harus segera menuju ke tempat proyek Utama yang bulan kemarin sempat dihentikan. Wildan meminta maaf dan putar balik setelah sebelumnya memberi arahan kepadaku ke arah mana saja letak kamar Mas Anda.

Aku berjalan riang. Bisa-bisanya Mas Anda sengaja membooking kamar suit hotel bintang lima khusus untuk kami berdua. Apa ini honeymoon? Aku terkikik dan rasanya deg-degan, man.

Selama di Magelang, Mas Anda tinggal bersama pekerja Utama lainnya menyewa sebuah rumah untuk dijadikan barak mereka. Tapi ini? Apa hari ini hari spesial? Aku sedang mengingat-ingat ini hari apa, tanggal berapa, bulan apa, dan apa yang spesial dengan hari ini? Rasanya hati ini berbunga-bunga dan tak terasa senyuman lolos dari bibirku.

Aku berbelok ke lorong kamar Mas Anda setelah tadi berpapasan pada petugas cleaning dan bertanya. Senyumku masih bertengger saat aku melangkah dengan mata yang memandangi karpet mahal di sepanjang koridor. Saat aku mendongak ke depan aku segera mengerem langkahku secara tiba-tiba. Aku terpaku pada pemandangan di depanku. Sepasang manusia, laki-laki dan perempuan saling berciuman di koridor. Dan itu Mas Anda.

For Gods sake!

Sial, jadi semua ini hanya jebakan. Aku segera berbalik dan melangkah dengan terburu. Aku sedikit menabrak perempuan berhijab salem di belakangku yang dari ekspresinya kulihat sama terkejutnya denganku. Aku tak menghiraukan perempuan berhijab salem dan segera melenggang. Aku melupakan sakit di kakiku yang memakai sepatu berhak. Nyatanya memang aku tak berhak untuk tersenyum. Semua itu hanya semu. Ilusi yang diciptakan Mas Anda untuk melambungkan persaanku dan menjatuhkannya hingga berkeping-keping.

Atau memang aku saja yang terlalu berharap akan ada sesuatu kelanjutan hal manis setelah Mas Anda akhir-akhir ini beberapa kali menciumku?

Aku berupaya menahan bening meluncur dari mataku. Tak perlu kutangisi ini. Rasanya baru kemarin aku menangis atas batalnya pernikahanku dengan Pras. Tapi itu tak sesakit ini. Rasanya baru kemarin aku menyaksikan Mas Anda berciuman dengan tetangga baru kami di ruang tamu rumah Mbah Siti. Itu yang membuat kali pertama aku illfeel setengah mati ke Mas Anda. Tapi itu rasanya tak sesakit ini. Disaat pernikahan telah terjalani.

Benar kata orang bahwa kesalahan paling tak termaafkan dalam pernikahan adalah penghianatan. Mungkin tak semua menganggap penghianatan adalah kesalahan tak termaafkan dalam pernikahan mereka. Tapi mostly memang itu.

Benar-benar sial. Kenapa tembok selama ini yang kubangun harus terperdaya dengan semua itu.

Harusnya aku tak lupa ungkapan bahwa boys will be boys.  Bad will be bad. Assholes will always be assholes. And playboy will be playboy.

Dan Mas Anda tetap menjadi Mas Anda seorang playboy yang bisa meremukan hati perempuan siapa saja.

-Bersambung-

MENGABDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang