Song : Tersimpan di Hati - Eka Gustiwana ft. Prince Husein
Self Defense. Sebuah teori untuk pertahanan diri dari sebuah serangan baik serangan verbal maupun fisik.
Dari teori self defense itu prakteknya sebenarnya adalah spontanitas insting bertahan makhluk hidup.
Qila tak ingin repot memikirkan perkataan orang untuk bertahan. Cukup dia harus percaya pada apa yang dijalaninya.
Di tiga bulan pernikahanya. Tentang kehidupan yang dijalani sebagai pasangan normal dalam pernikahan seharusnya sedang manis-manisnya seperti apa yang dikatakan Viana waktu itu.
Tapi apalah daya. Namun, di sudut kecil harapanya masih tersimpan sedikit optimis.
Bukan tanpa alasan. Karanda masih membelanya di depan neneknya. Sampai neneknya memarahi Qila karena terlihat Qila lah yang mengacuhkan Karanda. Sedang Karanda selalu memperlihatkan kemesraan di depan nenek Qila. Padahal cuman mencium kepala.
Jangan-jangan nenek Qila terlalu silau dengan pesona Karanda si mantan playboy cap Gajah.
Baiklah. Mungkin harusnya Qila tahu strategi yang dijalankan Karanda dan mengikuti apa yang dimainkan Karanda di depan neneknya pas acara jemput kemarin.
Seperti yang iklan bilang : ah teori. Ini buktinya.
Qila akan membuktikan bahwa ia menjadi salah satu orang yang kemakan jargon iklan.
***
Diantara semua kemungkinan yang ada. Memang bagusnya aku percaya aja bahwa yang dilakukan Viana kemarin-kemarin adalah cuma gimik semata.
Masalahnya sekuat apapun kepercayaan itu, tetap saja tatapan Viana pada mas Anda itu lho yang bikin aku nggak percaya. Seperti tatapan... Aasudahlah.
Kami sedang berada di acara lamaranya Viana. Acaranya semewah dan seeksklusif ini untuk yang ukuran lamaran, seperti acara-acara selebrity. Sampai MUA nya pun mendatangkan dari ibu kota, salah satu MUA cukup terkenal langganan para selebritas, Gubah Alifian. Aku sampai tergoda untuk photo bareng dia. Pantas saja, ternyata pak Yusuf bapaknya Viana ini adalah seorang anggota Dewan Propinsi.
Aku dan Mas Anda duduk di deretan kursi yang diperuntukan untuk keluarga Viana. Acaranya sendiri diadakan di kediaman Keluarga Yusuf yang super gede dengan nuansa etnik Jogja yang kental.
Acara berlangsung khidmat. Penyematan cincin telah dilakukan oleh ibu dari mempelai pria ke mempelai wanita. Dan kini saatnya tiba di acara yang aku tunggu-tunggu apalagi kalau bukan istirahat makan-makan dan ramah-tamah pada sesama anggota yang hadir.
Aku dan Mas Anda berphoto bersama mempelai dan juga duo kunyuk di sebelah kiri mempelai. Viana terlihat bahagia di sepanjang acara dan juga di sesi foto ini. Senyum tercetak di wajah anggunya. Tapi beberapa kali aku mendapati ia melirik ke arah kami. Tepatnya ke wajah Mas Anda yang berdiri di sebelah calon suaminya. Aku tahulah. Man, ya kali kita foto kamera ada di depan tapi mata melirik ke samping. Itu namanya insting seorang istri.
Oke lupakan pada lirikan Viana. Aku berjalan ke arah meja di mana berbagai sajian menu berada. Aku sudah puas mencicip semua hidangan. Mas Anda sedang bercengkeraman dengan anggota keluarga lain. Perutku begah, rasanya tak kuat untuk berjalan.
Tiba-tiba rombongan ibu-ibu duduk di hadapanku menenteng piring masing-masing. Memang aku duduk di lokasi strategis yang dekat dengan sajian menu. Bangkunya sudah berserakan. Aku bersalaman pada ibu-ibu kerabat dari tante Widya. Tante Widya yang mengenalkanku sebagai menantu dari Efendi Utama alias iparnya.
"Iya, ini mereka dijodohkan. Ya kan Qi?" Tante Widya bertanya padaku. Aku yang pada dasarnya tak tahu-menahu ibu-ibu ini sedang membahas apa mengangguk saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGABDI
RandomSetelah kepindahanya ke Jogja dan kini bekerja di kantor Notaris dan PPAT, Ailani Aqilah hanya dibuat sibuk memikirkan hal yang membuat ia illfeel terhadap suaminya. Seperti orang bilang : Jangan terlalu cinta nanti jadi benci. Jangan terlalu benci...