Bab 5. Belajar Mobil

77K 10.1K 252
                                    

Alara mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan keadaan dimana matahari telah tinggi. Ia ingat bahwa hari ini adalah hari minggu yang artinya dia bisa berleha-leha sampai siang di kamar. Alara meraba sisi ranjangnya untuk melihat ponsel dan memastikan jam berapa saat ini.

Matanya yang terpejam seketika menyipit saat melihat ponselnya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Alara kembali meletakkan ponselnya dengan asal dan memejamkan matanya. Rasanya hari minggu itu sangat menyenangkan. Tapi, dia sepertinya lupa akan sesuatu. Dahinya seketika berkerut mencoba mengingat-ingat apa yang telah ia lupakan.

Tak ingin mengingat lagi, Alara kembali tertidur sampai nada dering ponselnya mengganggu kesenangan hidupnya di hari minggu. Gadis itu kembali meraba ponselnya dan mengangkatnya tanpa melihat nama si pemanggil.

"Hm?" sahutnya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Sampai kapan kamu mau tidur? Saya sudah di bawah."

Dahinya berkerut seketika lalu menjauhkan ponselnya untuk melihat nama si pemanggil yang tak lain adalah 'Pak Adam Dosen'. Matanya melebar seketika dan kini dia sudah mengingat apa yang dilupakannya.

Belajar mobil bersama Pak Adam!

Ya ampun! Alara panik. Ia segera mematikan ponselnya lalu beranjak ke kamar mandi hanya sekedar untuk mencuci muka lalu menyikat giginya. Alara meraih pakaian santai baju oblong cewek dan celana jeans selututnya, sementara rambutnya ia kuncir menjadi satu ke belakang.

"Mati gue!" gumamnya lalu segera meraih dompet dan ponselnya.

Dengan terburu-buru Alara segera turun ke bawah. Sesampainya di bawah, ia langsung ke dapur untuk sarapan terlebih dahulu. Kemudian, mengirimkan pesan kepada Pak Adam.

'Pak, saya sarapan dulu. Terima kasih dan maaf.'

Setelah menyelesaikan sarapannya, Alara beranjak ke ruang tamu dimana Ibunya dan Pak Adam sedang mengobrol. Seketika ia langsung meraih kunci mobil miliknya lalu menyalami ibunya. "Alara pergi dulu, Ma, Assalammualaikum."

Sang ibu menggeleng pelan. "Waalaikumsalam."

Gadis itu segera menarik tangan Pak Adam untuk keluar dari rumahnya.

"Saya sudah menunggu hampir dua jam." Pak Adam menatap Alara dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Gadis itu menunduk, "Maafin saya, Pak. Saya lupa."

"Ayo, naik."

Alara menggeleng ketika melihat Pak Adam hendak menuju ke mobilnya. "Naik mobil saya saja, Pak. Nanti mobil Bapak lecet kalau kenapa-napa."

"Selama bukan kamu yang lecet tidak masalah."

Perkataan bernada datar itu mampu membuat pipi Alara memerah seketika. Ia benar-benar tersanjung walau itu hanyalah perhatian kecil dari sosok dosennya ini,

"Nggak usah, Pak. Saya nggak enak. Sudah, naik mobil saya aja." Alara lalu meraih tangan Pak Adam dan memberikannya kunci mobil miliknya yang sudah dipanaskan oleh Ibunya sebelumnya. Ya, sebelum tidur semalam Alara memang meminta tolong pada sang ibu yang selalu bangun pagi untuk memanaskan mobilnya esok hari.

Adam tidak ingin berdebat sehingga memutuskan mengiyakan permintaan gadis itu. Dia menuju ke mobil dengan merk honda dan membuka pintu kemudi sementara Alara duduk di sebelahnya. "Kita belajar di lapangan dekat sini saja."

Alara mengangguk kemudian memasang seatbelt. "Ara mana, Pak? Nggak jadi ikut?"

Adam menggeleng sebelum menggunakan satu tangannya untuk memutar stir mobil sambil melihat ke belakang. "Dia ke rumah omanya."

Dear, Mr. DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang