“Jadi diapain tadi sama Pak Adam?” tanya Putri saat mereka hendak ke kelas terakhir dan kebetulan saja semester ini dia banyak mengambil kelas yang sama dengan Putri.
"Dikasih duit," sahutnya jujur membuat teman-temannya berdecak.
"Gue juga mau berdiri di depan kelas hampir dua jam cuma buat dikasih duit." Dita menjawab asal sambil menjitak kepala Alara.
"Sakit ih!" Ia mengelus kepalanya, seketika Alara mengernyit, “Tapi beneran si Aqila udah mulai konsul judul sama Pak Adam?”
Putri mengendikkan bahunya. “Gue kurang tahu. Menurut gosipnya sih gitu. Tapi bukan konsul mungkin lebih ke nanya-nanya dulu kali ya.”
“Seketika gue iri sama Aqila. Dia bahkan udah ambil kuliah semester depan di semester pendek kemarin.” Alara mendesah pelan. “Next semester dia kayaknya cuma KKN doang ya. Nggak ribet sama urusan kampus.”
Putri mengangguk. “Bener.” Seketika Putri bertanya. “Lo kenapa nggak deketin Pak Faisal aja, Ra? Lumayan masih single, bisa bantu juga, auch!”
Alara menjitak kepala sahabatnya itu.
“Enak bener lo ngomong.” Alara berdecak tidak percaya. “Terus gue deketin Pak Faisal, Pak Faisal langsung mau gitu sama gue? Halu!”
“Ya dari pada sama Pak Adam? Lebih halu lagi.”
“Kok jadi bahas Pak Adam lagi sih?”
Putri berdecak. “Kan lo sendiri bilang lo cewek yang dinikahin sama Pak Adam. Apa nggak halu namanya?”“Tau deh, Put!” Alara segera masuk ke dalam kelasnya mengabaikan panggilan Putri.
***
Sudah jam lima sore dan sekarang Alara justru terjebak di teras kampus sambil memeluk buku tebalnya. Putri sudah pulang lebih dulu mengingat ayahnya menjemputnya.
Hujan semakin deras saja dan kampus juga sudah terlihat sangat sepi. Hanya ada staff, dan beberapa mahasiswa yang tampaknya juga menunggu hujan reda. Alara memilih duduk di kursi yang tersedia lalu membuka ponselnya.
Ia mendapat pesan dari Ara. ‘Mama dimana?’
Alara menghubungi nomor Ara, menunggu beberapa saat sampai panggilannya tersambung.
“Mama!” seru Ara senang kemudian bertanya. “Mama dimana? Kenapa belum pulang?”
“Mama kejebak di kampus, Sayang. Hujan, Mama nggak bisa pulang.”
“Papa juga masih di kampus, Ma.”
“Papa di kampus?”
“Ara barusan telepon Papa. Papa masih di kampus katanya nunggu Mama.”
“Kamu sama siapa di rumah?”
“Sama suster Lila.”
“Ya sudah, Mama temui Papa dulu ya.”
“Iya, Ma. Bye.”
“Bye.”
Alara mencoba memanggil nomor suaminya. Di deringan kedua, Adam mengangkatnya.
“Ya, Love? Kamu udah pulang?”
“Aku udah di lobi, Mas.”
“Ya sudah, Mas kesana sekarang.”
“Hm.” Tak ada pilihan memang selain dari pulang bersama suaminya. Apalagi banyak mahasiswa yang memilih menerobos hujan dari pada terjebak sampai malam di kampus.
![](https://img.wattpad.com/cover/278802938-288-k331606.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mr. Duda
RomanceCerita sudah tamat! Sudah tersedia versi Audio Book Pogo ya teman-teman :) Sinopsis, "Biar saya lihat," gumam Pak Adam membuat Alara terperanjat kaget tiba-tiba melihat dosennya sudah ada di sebelahnya. Mata teman-teman Alara kini menatap Alara p...