Vote dulu dong sebelum baca, banyak silent reader. Ga bayar kok, tenang 🥰
Oke, happy reading~
***
Alara kini sudah bersiap pulang ke rumah. Liburannya yang hanya beberapa hari sejak hari pernikahannya membuatnya mau tidak mau harus puas karena dia pun tidak izin kepada dosennya yang lain ketika mengambil liburan. Lagi pula, Alara tidak mau temannya curiga karena dia tidak datang-datang ke kampus. Salah sendiri mereka yang tidak percaya jika dia menikah dengan Pak Adam, bukankah dia sudah jujur? Seandainya mereka percaya, dia pasti akan mengundang temannya itu ke pernikahannya.
Ah, lebih baik seperti ini daripada menimbulkan gosip tak sedap karena Alara masih ingin kuliah dengan tenang, damai, dan tentram. Setidaknya sampai dia tamat kuliah.
“Nanti langsung ke rumah kita.”
Alara menatap suaminya bingung. “Semua baju aku masih di rumah Mama.”
“Ya sudah, kita ke rumah Mama dulu lalu pulang.”
Alara mengangguk. Setidaknya ia masih bisa memberikan oleh-oleh untuk Mamanya dan menyiapkan semua pakaiannya untuk dibawa pergi. Ya, Alara sudah harus mengikuti suaminya kemana pun pria itu pergi.
Setelah menyiapkan semua barangnya, Adam mengambil koper milik Alara dan mendorongnya sementara lelaki itu hanya menggunakan ransel. “Ayo.”
Alara keluar dari hotel dan mengunci pintunya. Ia mengikuti suaminya dari belakang, keduanya masuk ke dalam lift lalu turun di lobi. Alara duduk di kursi yang tak jauh dari meja resepsionis sementara Adam mengembalikan kunci kamar untuk check out.
Tak lama, seorang vallet memberikan kunci mobil pada Adam setelah mengeluarkan mobil lelaki itu dari basement. Keduanya dibantu oleh pegawai hotel dan para pegawai hotel mengucapkan terima kasih serta ucapan perpisahan lainnya lalu Adam dan Alara segera meninggalkan hotel tersebut.
“Kamu mau makan siang apa?” tanya Adam sambil menyetir dengan mata fokus ke jalanan.
“Apa aja, Mas.”
“Nasi padang mau?”
Alara mengangguk. “Boleh.” Tak lama, matanya melirik ke pinggir jalan dimana orang jualan buah-buahan. “Mas, berhenti.”
Adam melirik spion untuk melihat kendaraan di belakang mereka, lalu menghidupkan lampu sign kiri kemudian menghentikan mobilnya. “Mau ngapain?”
Alara meraih tas sampingnya lalu membuka mobil pajero milik suaminya dan menjawab. “Beli salak.” Ia segera menutup pintu mobil.
Adam menggeleng pelan lalu turut turun dari mobil. Ia meraih dua botol air mineral sementara istrinya membeli sekilo salak dan juga sekilo jeruk.
“Berapa Kak?” tanya Alara pada penjualnya yang terlihat masih muda.
“Sekalian sama punya Mas-nya?”
Alara melirik suaminya yang kini sedang meminum air mineral botol, lalu mengangguk. “Iya, Kak.”
“Empat puluh ribu.”
Ia memberikan uang selembar lima puluh ribu. Adam langsung memberikan botol minuman baru untuk istrinya. Alara menerimanya lalu tak lama penjual mengembalikan uang Alara.
“Terima kasih, Kak.”
“Sama-sama.”
Keduanya masuk ke dalam mobil. Adam kembali mengemudikan mobilnya.
“Mas mau jeruk apa salak?”
“Maunya kamu.”
Alara berdecak. “Serius ih Mas. Biar di kupasin.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mr. Duda
RomanceCerita sudah tamat! Sudah tersedia versi Audio Book Pogo ya teman-teman :) Sinopsis, "Biar saya lihat," gumam Pak Adam membuat Alara terperanjat kaget tiba-tiba melihat dosennya sudah ada di sebelahnya. Mata teman-teman Alara kini menatap Alara p...