Alara menyesap minumannya saat ia baru saja selesai dari kuliah pertamanya dan masih ada jadwal kuliah suaminya sendiri pada jam 11 nanti. Kini, ia dan Putri sedang duduk di kantin sementara Putri terus merecokinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat Alara enggan menjawab.
“Gue liburan bareng keluarga dan nggak ada hubungannya sama Pak Adam!” tegasnya sekali lagi untuk yang terakhir kalinya.
Ia benar-benar muak akan pertanyaan teman-temannya mengenai Pak Adam dan dirinya. Bahkan, dia digosipkan memiliki hubungan terlarang antara dosen dan mahasiswa. Lagi pula, terlarang darimananya? Mereka tidak memiliki darah yang sama.
Teman-temannya memang sudah gila!
“Tapi, kemarin lo bilang sendiri kan kalo lo cewek yang mau nikah sama Pak Adam?”
Ah, seandainya mereka waktu itu percaya Alara akan dengan senang hati memilih jujur saat ini. Tapi, tidak karena dia masih ingin kuliah dengan nyaman tanpa ada skandal disini.
“Dan lo percaya? Gue ngawur aja biar lo berhenti gosipin dosen. Nggak baik tau!”
Putri mencibirkan bibirnya. “Nggak percaya sih. Tapi, masih penasaran aja mahasiswa yang jadi istrinya Pak Adam siapa.”
“Bentar lagi juga jam Pak Adam. Kenapa nggak tanya sendiri?”
“Stres lo! Gue masih mau nilai bagus.”
“Ya dari pada nanya sama gue, mending sama orangnya langsung.” Alara menjawab ketus.
Putri menggeleng tidak percaya lalu melirik jam tangannya. “Udah setengah 11. Kita langsung masuk aja yuk.”
Alara menurut, ia meraih buku tebalnya dan kembali membawanya di tangannya karena jika dimasukkan dalam tas, akan terasa sangat berat mengingat hari ini ia memiliki kuliah 8 sks. Tiga sks pagi tadi, tiga sks jam suaminya, dan dua sks sore nanti.
Sesampainya di lokal, Alara dan putri langsung menghidupkan lampu agar menjadi lebih terang mengingat lokal mereka terletak di sudut dan jauh dari jangkauan sinar matahari. Putri mengambil remote ac lalu menghidupkannya dengan suhu paling rendah 16°.
“Duduk belakang aja.” Alara mengajak Putri untuk duduk paling belakang.
“Kenapa?”
“Males gue nanti kalo tiba-tiba Pak Adam nyuruh presentasi yang duduk depan gimana?”
Putri seketika menyela. “Eh nyong, hari ini nggak ada presentasi.”
“Iya kah?” tanyanya kemudian mengambil bukunya dan memilih duduk di tengah. “Ya udah kita duduk disini aja.”
Putri menghela napas dalam-dalam lalu duduk di sebelah Alara. Satu persatu teman mereka masuk ke lokal sampai akhirnya penuh disaat jam hampir menunjukkan pukul 11.00 karena mereka tahu bahwa Pak Adam adalah orang yang sangat disiplin, atau jika tidak mereka akan dikeluarkan dari kelas.
Tak lama, pria itu masuk dengan tatapan tajamnya menatap ke setiap mahasiswa. Matanya lalu melirik ke arah Alara yang kini sedang mencari buku catatan yang tampaknya telah ia lupakan di rumah.
“Put,” bisik Alara menyenggol temannya.
“Apa?”
“Gue lupa bawa catatan minggu lalu. Kalo ditanya gue pinjem dong.”
“Lo liburan semuanya dilupain, ish dasar!”
“Ya maap!” Alara menangkupkan kedua tangannya di depan dada. “Please!”
“Iya-iya.”
“Yang di tengah kenapa itu ribut-ribut?” Suara Pak Adam seketika membuat Alara dan Putri terdiam. “Kalau tidak suka mata kuliah saya, pintu keluar ada di sana.” Adam menunjukkan pintu keluar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mr. Duda
RomanceCerita sudah tamat! Sudah tersedia versi Audio Book Pogo ya teman-teman :) Sinopsis, "Biar saya lihat," gumam Pak Adam membuat Alara terperanjat kaget tiba-tiba melihat dosennya sudah ada di sebelahnya. Mata teman-teman Alara kini menatap Alara p...