Alara memilih memangku keripik sementara matanya menatap televisi layar lebar yang tertempel di dinding. Dia sedang menonton film animasi di netflix sementara ponselnya tergeletak di sebelahnya.
Besok adalah hari sabtu sehingga malam ini Alara bisa bergadang untuk menonton film semalaman. Ia sudah bertekad seperti itu bahkan dia sudah menyiapkan cemilan seperti keripik dan coklat yang dibelinya di market terdekat di komplek perumahan ini.
Ia juga menyiapkan jus jeruk untuk dirinya sendiri dan ini adalah surga dunia versi lain dari dirinya. Alara terkadang tersenyum sendiri melihat tingkah konyol dari karakter animasi di televisi itu.
Untung saja ia dan Mas Adam sudah selesai makan malam sehingga Alara tidak perlu repot melayani suaminya lagi karena setelah makan malam, pria itu memilih untuk ke kamar.
Hampir dua jam Alara menonton film tersebut dan tidak ada yang mengganggunya. Alara meraih jus jeruknya lalu meminumnya dan kembali meraih bungkusan snack lain.
Tiba-tiba saja, televisi itu mati membuat Alara menoleh menatap suaminya yang kini memegang remote sambil menatapnya tajam. “Iih Mas, udah mau tamat film-nya.”
“Tidur. Besok pagi kita belajar mobil.”
Alara berdecak. “Sebentar lagi,” serunya sambil berusaha meraih remote di tangan suaminya, namun tampaknya Adam tidak membiarkan itu terjadi sehingga ia mengangkat tinggi remote dengan tangannya.
Alara yang hanya sebatas bahu Adam bisa apa? Ia mendesah kesal. Meraih semua snack yang dimakannya lalu yang sudah kosong ia buang ke tong sampah terdekat.
“Lihat makanan kamu! Ada yang sehat?” tanyanya menyelidik sambil menatap bungkusan dari semua makanan pengawet yang dibeli istrinya. “Nggak ada satu pun dari makanan itu yang menyehatkan kamu.”
“Bawel!” gumam Alara pelan.
“Apa kamu bilang?” tanya Adam kemudian meletakkan remote di atas meja.
Alara langsung menggeleng. “Aku nggak bilang pa-pa.”Menghela napas pelan, Adam kembali bergumam. “Sabtu minggu kita belajar mobil dan untuk hari senin nanti, setelah pembukaan dies natalis, Mas mau kamu temui Mas di ruangan. Mengulang ujian kamu, paham?”
Alara hanya mengangguk kemudian dahinya mengernyit dan ia mencoba menatap suaminya dengan berani. “Buk Yunita— ada bilang apa? Apa nilai ujianku tidak mencapai batas nilai kelulusan?”
“Kenapa kamu mau tahu?”
“Ya karena itu nilaiku.”
“Aku ‘orang lain’ kan, Ra? Mas jelas mengingat apa yang kamu katakan pada Buk Yunita tadi.”
Alara melipat bibirnya ke dalam. Ia menunduk sambil meremas jemarinya. “Maafin Alara, Mas.”
Adam maju perlahan lalu meraih dagu istrinya dan berkata, “Apa ‘orang lain’ bisa melakukan ini, Ra?” tanyanya sebelum memagut lembut bibir Alara sekitar 15 detik. “Apa orang lain bisa melakukan ini padamu?”
Alara menggeleng. “Nggak, Mas. Cuma suami aku yang bisa ngelakuin itu,” cicitnya pelan.
Adam merasa puas atas jawaban istrinya. “Aku tidak ingin mendengar kata itu lagi lain kali atau aku akan mengumumkan pada dunia kalau kamu adalah istriku, Ra. Kamu istri Mas.”
Alara kembali mengangguk.
“Ayo, kita tidur. Biarkan saja sampah itu. Buk Ratih besok akan datang membersihkannya.”
Alara memilih menurut dan menyambut uluran tangan suaminya yang begitu kokoh. “Aqila emang bener jadi MC dies natalis, Mas?” tanya Alara penasaran pada suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mr. Duda
RomanceCerita sudah tamat! Sudah tersedia versi Audio Book Pogo ya teman-teman :) Sinopsis, "Biar saya lihat," gumam Pak Adam membuat Alara terperanjat kaget tiba-tiba melihat dosennya sudah ada di sebelahnya. Mata teman-teman Alara kini menatap Alara p...