Alara mendesah pelan mengingat dirinya akan menikah dalam dua minggu ke depan. Saat ini ia berada di kantin kampus bersama Putri dan Tania.
"Gue denger Pak Adam mau nikah." Tania membuka suara lebih dulu membuat Alara mencoba mencuri dengar ucapan kedua temannya.
Putri yang menyeruput teh dingin langsung mengernyit. "Ck, Pak Faisal yang masih single aja belum nikah masa Pak Adam udah dua kali." Lalu mata Putri menatap Tania bingung. "Lo tau dari mana?"
"Gosip lah. Lagian, udah tersebar beritanya seantero jurusan."
"Serius lo? Kok gue nggak tahu ya?" tanya Putri pada dirinya sendiri.
"Lo kan emang kudet," sahut Tania seadanya. "Tapi nih katanya calon istrinya mahasiswinya sendiri."
"Hah?" tanya Putri tidak percaya sementara Alara memilih menempelkan pipi pada meja kantin lalu memejamkan mata. "Serius lo? Jangan ngada-ngada deh."
"Yeee, siapa yang ngada-ngada!" Tania memutar bola matanya. "Gosipnya udah tersebar karena katanya kemarin salah satu dosen kita yang dulu kita gosipkan dekat dengan Pak Adam ternyata bilang kalau Pak Adam mau menikah dengan salah satu mahasiswi jurusan kita."
"Wah, Bu Yunita cemburu kali ya." Putri menggeleng tidak percaya kemudian bertanya. "Emang siapa sih mahasiswinya?
"Nah kalau itu gue kurang tau!"
"Gue!" sahut Alara singkat.
"Apa?" tanya Putri lalu melirik Alara yang masih memejamkan mata tanpa minat.
"Lo nanya kan siapa mahasiswi yang jadi calon istri Pak Adam?"
Putri dan Tania kompak mengangguk.
"Ya itu gue."
Seketika Tania yang duduk di sebelah Alara langsung meletakkan tangan di dahi gadis itu. "Nggak demam, tapi ngehalu tinggi banget nih anak."
"Gue nggak ngehalu." Alara kini membuka matanya dan kembali menegakkan punggung tanpa minat. "Lagian darimana sih gosip itu tersebar?" tanyanya ketus.
Putri seketika terbatuk-batuk karena tersedak teh dingin yang di minumnya.
Tania sendiri melebarkan matanya dan bertanya. "Lo becanda? Pak Adam? Nikah sama lo?"
Alara memutar bola matanya malas. "Nggak percaya ya sudah. Iya, gue bercanda! Puas!"
"Yeee, kirain serius, dasar!" sungut Tania sambil menjitak kepala Alara.
Alara sendiri tidak habis pikir, sudah dijawab serius dianggap bercanda, giliran bercanda dianggap serius. Memang temannya adalah orang yang paling sulit mendeteksi kejujuran karena ketidak pekaan mereka sudah sangat kental menempel erat di otak keduanya.
"Gue sampe keselek pipet." Putri menggeleng tidak percaya. "Lagian mana mau Pak Adam sama cewek kayak lo. Selera Pak Adam gue yakin cantik, tinggi, modis, pintar. Aqila adalah kandidat tercocok mengingat betapa akrabnya dia sama Pak Adam."
Tania mengangguk setuju.
"Terserah!" Alara berdiri dan berkata. "Bayarin minuman gue." Setelahnya dia pergi meninggalkan kedua temannya.
"Yah, malah ngambek." Putri menggeleng lalu kembali menatap Tania dan melanjutkan gosip mereka. "Jadi, menurut lo, selain Aqila siapa kandidat yang cocok dengan Pak Adam?"
***
Alara menuju tempat parkir dimana Abangnya sudah menunggu menjemputnya. Ia melihat mobil fortuner hitam abangnya dan segera masuk ke dalam.
"Mama nyuruh gue anter lo ke rumah orang tua si Adam."
"Hah? Buat apaan?"
Naka mengendikkan bahunya. "Ada yang mau di coba kayaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mr. Duda
RomanceCerita sudah tamat! Sudah tersedia versi Audio Book Pogo ya teman-teman :) Sinopsis, "Biar saya lihat," gumam Pak Adam membuat Alara terperanjat kaget tiba-tiba melihat dosennya sudah ada di sebelahnya. Mata teman-teman Alara kini menatap Alara p...