Part 19

55 13 6
                                    


Settttt

Kertas di hadapan Meila diambil alih paksa oleh seseorang yang tidak tahu kapan datangnya, tiba-tiba sudah berdiri di balkon kamarnya dengan memegang sebuah kertas yang sedetik yang lalu masih ada di tangan Meila.

Tunggu, kertas?

"Yakkk kemarikan kertas itu!!" Ucapan Meila tidak digubris oleh pemuda di hadapannya ini. Pemuda itu masih sibuk melihat kertas itu.

"Yakkk jangan dibaca, Jimin Oppa!!" Teriak Meila sambil berusaha meraih kertas di tangan Jimin.

Settt

"Aishh!" Runtuk Meila sambil membenarkan kertas yang sudah lusuh di tangannya.

"Eohhh~ kau menulis tentang Tae ya..." Goda Jimin membuat Meila mengerutkan keningnya menatap Jimin tidak suka.

"Kau merindukannya kan?? Iya, iya, iya kan."

"Ani!" Jawab Meila menatap Jimin tajam.

"Lagipula sejak kapan kau di sini, Jimin Oppa?" Tanya Meila dengan nada kesalnya. Bagaimana tidak, tulisan di kertas itu kan privasinya dan mochi bongsor ini seenaknya saja membacanya.

"Aku belum lama kok," Jawab Jimin santai mendudukkan diri di tempat Meila duduk tadi.

"Untuk apa kau kemari?"

"Aku ini lebih tua darimu, bicaralah yang sopan!" Meila membolakan matanya menatap Jimin yang menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dengan mata terpejam.

"Untuk apa kau kemari, Jimin-ssi?" Tanya Meila sopan tapi dengan penuh penekanan.

"Tidak untuk apa-apa... Aku hanya bosan saja di dorm," Untuk kesekian kalinya Meila dibuat kesal oleh pria di hadapannya saat ini.

Dengan menghentakkan kaki seperti anak kecil yang sedang merajuk, Meila masuk ke dalam sambil berteriak.

"YAKK EONNI!! KENAPA KAU BIARKAN BUNTALAN MOCHI ITU MASUK KE APARTEMEN KITA?!"

Jimin yang mendengar teriakan itu hanya tertawa kecil, seru juga menggoda gadis berkacamata itu.

"Aishhh Buna, kenapa kau berteriak?!" Omel Fia yang terbaring di atas kasur dengan ponsel di tangannya.

"Kenapa buntalan mochi itu di sini?" Tanya Meila berdiri di samping ranjang dengan kedua tangan terlipat di depan dada, dan jangan lupakan bibirnya yang maju itu.

"Buntalan mochi?" Meila mengangguk dan menunjuk ke arah balkon.

"Aaah Jimin Oppa maksudmu?"
"Dia bilang ingin menjengukmu," Ucap Fia memainkan ponselnya kembali.

"Menjengukku? Aku bahkan sudah sembuh, Eonni."

"Ani, kau belum sembuh. Tubuhmu masih terasa hangat saat ku cek tadi." Jelas Fia membuat Meila mendudukkan diri di meja makan meneguk segelas air putih.

"Itu ada buah dari Jimin Oppa untukmu di lemari pendingin." Ucap Fia membuat Meila berdiri dari duduknya dan mengambil jeruk yang di berikan Jimin.

Setelah puas dengan kegiatannya di meja makan, Meila bangkit dan kembali menuju balkon dengan sekaleng minuman soda. Kasihan juga jika mochi itu dibiarkan kan, pikir Meila.

Meila menyodorkan soda tepat menyentuh pipi gembul Jimin membuat si empunya terkejut karena sentuhan dingin sebuah benda.

Meila mendekat ke arah pembatas balkon dan mulai menengadahkan kepala menatap langit yang malam ini tak terlihat bintang dan bulan. Entah kemana bulan dan bintang itu bersembunyi, seolah mereka tidak ingin menghibur hati gadis yang menunggu kedatangan mereka saat ini.

LET GO (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang