Part 24

52 13 5
                                    

Ceklek

Jimin yang awalnya fokus dengan ponsel di tangannya itu mengalihkan pandangan ke arah pintu masuk sekaligus pintu keluar kamarnya dengan Taehyung dan Hoseok.

Dahinya mengerut saat mendapati sahabatnya berjalan dengan tidak semangatnya ke arah kasur yang digunakan untuk Sahabatnya itu tidur setiap malam.

"Kenapa?" Tanya Jimin meletakkan ponselnya di atas tempat tidur dan berdiri di balkon menghadap ke arah Taehyung.

Tempat tidur Taehyung berada di paling ujung dekat balkon. Bukan tanpa alasan Taehyung memilih yang paling ujung, karena kalian tahu sendiri kan Taehyung itu orangnya susah tidur, kalau dia tidak bisa tidur biasanya dia akan ke balkon sekedar melihat bintang. Agar tidak menganggu tidur temannya yang lain, pikir Taehyung.

"Aku mencari Meila dan Fia bersama Jungkook sedari sore sampai malam seperti ini, tapi kami belum juga menemukan mereka." Ujar Taehyung membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan pandangan menatap langit-langit kamar.

"Kau sudah ke apartemen mereka?" Tanya Jimin dijawab anggukan oleh Taehyung.

"Mungkin mereka sedang liburan ke suatu tempat yang jaraknya cukup jauh dari sini,' Ucap Jimin berusaha membuat Taehyung berpikir positif.

"Bisa jadi sih." Jawab Taehyung pelan.

"Tidurlah! Besok cobalah untuk ke apartemen mereka, siapa tahu mereka sudah kembali, kan?" Ujar Jimin diangguki Taehyung dengan kedua mata mulai tertutup.

"Jaljayo Jim,"

"Ne, Jaljayo uri Taehyungie..." Jawab Jimin tersenyum tipis menatap Taehyung yang sepertinya sudah terlelap.

Jarang sekali sahabatnya ini bisa tidur seawal ini, biasanya dia yang akan tidur paling terakhir di antara yang lain. Mungkin dia lelah karena seharian harus mencari Meila, pikir Jimin.

'Mereka baik-baik saja, Tae... Meskipun salah satu dari mereka ada yang terluka,'

-Let Go-

Tata Surya sudah terbit dengan senyuman indah yang terukir memancarkan cahaya, menandakan hari yang baru sudah di mulai.

Semua orang berlomba-lomba menggumamkan harapan mereka masing-masing, begitupun dengan gadis berkacamata yang tengah sibuk memandangi wajah cantik eonninya itu.

"Semoga hari ini lebih baik," Gumam Meila menatap langit cerah berawan melalui jendela kamar rawat Fia.

Ya, semalam Fia sudah bisa dipindahkan karena kondisinya sudah stabil. Meskipun sebelumnya, Meila harus menghabiskan seluruh uang milik Fia dan dirinya untuk membayar administrasi perawatan Fia selama di rumah sakit ini.

Meila memang sangat berterimakasih kepada siapapun yang membantunya menghubungi pihak rumah sakit kemarin, tapi kenapa harus rumah sakit semewah ini.

Biaya untuk kamar rawat biasa saja sudah menghabiskan uang untuk kebutuhan hidup Meila dan Fia selama dua minggu di sini. Apalagi kamar rawat VVIP, sepertinya dia harus menjual kedua ginjalnya terlebih dahulu untuk bisa membayarnya, pikir Meila.

"Untuk hari ini sepertinya kau harus puasa Mei," Gumam Meila beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah kamar mandi.

Saat memasuki kamar mandi, Meila dibuat terkagum oleh interior kamar mandi rumah sakit itu. Interior yang elegan menurut Meila.

Sepertinya yang menelpon ambulan kemarin itu benar-benar seseorang yang hidup berkecukupan, pikir Meila.

Setelah dirasa keperluannya sudah selesai di dalam kamar mandi, Meila kembali mendudukkan dirinya pada kursi di samping bangsal Fia.

LET GO (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang