14 • Misunderstanding

110 10 0
                                    

" APA ?! " Pekik Jeonghan dari balik telepon vidio yang terhubung antaranya dengan adiknya lewat laptop.

Bahkan Sowon yang mendengar perkataan Wonwoo juga sempat tersentak. Kini air mata Jeonghan sudah tak tertahan di balik kelopak matanya. Ia memutar bola matanya berusaha untuk menghambat air mata yang sepersekian detik lagi akan turun. Tapi usahanya itu gagal dan air matanya turun ke pipinya.

" Hyeong, Jangan menangis aku tidak apa apa " Ujar Wonwoo sembari menunduk menyesal saat melihat kakaknya menangis.

" kenapa bisa kanker Wonwoo-ya ?" ucap Jeonghan sembari mengusap air mata nya yang tak berhenti jatuh.

" A-aku juga baru tahu kemarin Oppa" ucap Rana menambahkan.

" Hyeong tidak tahu harus bilang apa pada Appa"

Kini hening. Tidak ada dari mereka yang menambahkan lagi. Wonwoo yang sudah berkaca kaca juga tidak tahu harus bagaimana. Memang tuhan lah yang memberinya penyakit seperti ini dan ia tidak bisa melawan takdir Tuhan.

Rana yang kembali mengingat kejadian tadi malam pun kembali menangis. Semuanya tidak menyangka, tentu saja.

Wonwoo menoleh ke arah Rana yang duduk di sampingnya, menitikkan air mata lagi. Entah sudah ke berapa kalinya Rana menangisi penyakit Wonwoo. Wonwoo menarik tangan kiri Rana lalu istrinya itu terjatuh ke dalam pelukannya. Bukan tenang, Rana justru tambah terisak. Ia menangis di dalam pelukan Wonwoo.

Sowon ikut prihatin dengan kondisi sang adik ipar. Ia juga ikut berkaca kaca karena melihat suami nya menangis. Jeonghan sudah tidak bersuara dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tangan Sowon pun terangkat lalu mengusap pelan punggung suaminya yang akhirnya terisak.

" Sudah sudah, Ini takdir. Kita semua juga tak tahu kenapa bisa seperti ini" ujar Sowon menenangkan. Tapi kata-katanya itu tidak berlaku untuk Rana dan Jeonghan yang masih saja meneteskan air matanya dalam diam.

Setelah beberapa menit mereka berdiaman untuk menenangkan diri mereka sendiri, akhirnya Wonwoo angkat suara.

" Hyeong, jangan pedulikan aku. Sekarang aku ingin beri kalian kabar baik. Ayolah berhenti menangis. "

Jeonghan akhirnya mengangkat kepalanya lalu mengusap kering pipinya yang sudah basah. Hidung dan bibir nya pun memerah.

Rana tidak beranjak sedikit pun dari pelukan Wonwoo. Dan Wonwoo juga membiarkan Rana masih menangis di pelukannya tanpa melepaskan tangan nya yang masih melingkar di tubuh Rana.

" Kalian tahu ? Aku sebentar lagi punya anak"

Mata sepasang suami istri yang berada di sebrang Wonwoo pun membulat tak percaya. Sowon tersenyum lebar sedangkan Jeonghan masih setia dengan wajah murungnya.

" Rana-ya. Jangan menangis. Aku tahu kau sangat terpukul. Tapi jaga keponakanku baik baik dan perhatikan suasana hati mu" Ujar Sowon

Jeonghan mengangguk setuju sedangkan Wonwoo menoleh kembali ke arah Rana dan mengusap kepala nya pelan. " Rana-ya. Ayo bangun. Sudah jangan menangis " tambah Wonwoo.

Rana pun akhirnya bangun lalu beranjak dari sebelah Wonwoo lalu pergi keluar kamar masih dengan wajahnya yang memerah. Wonwoo menatap Rana aneh, sampai akhirnya mendengar suara Rana seperti memuntahkan sesuatu dari luar kamar.

Wonwoo segera meninggalkan laptopnya yang maaih tersambung dengan Joenghan dan Sowon, menyusul Rana yang berada di dalam kamar mandi dengan memegangi perutnya.

Ia mengusap punggung Rana juga sembari memegangi rambut Rana dengan tangan lainnya agar tidak terkena muntah nya. Setelah selesai, Rana berkumur-kumur dengan pen- steril mulut lalu mematikan keran air.

Is This Happy Ending ? || ft. Wonwoo Jeon ✓[ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang