8 • Hospital

285 10 0
                                    

Hai readers.. apa kabar ?
Sehat selalu ya.. jangan lupa jaga imun.
Yok langsung slide ke atas.

                          
Happy reading

• • •

Sejak seminggu hari yang lalu, Rana belum beranjak dari kursi yang ada di sebelah bangsal Wonwoo. Kecuali saat ke toilet, atau harus berbicara dengan dokter.

Rana juga sedikit makan, sehingga membuatnya turun hampir 3 kilogram. Orang tua nya turut sedih melihat anaknya yang mengisi hari dengan melamun, menangis, dan penyesalan.

Baru 8 hari menikah, pasutri ini sudah dilanda banyak cobaan. Rana juga tak mengerti mengapa tuhan memberikan semua beban ini padanya.

Sejak Pagi Rana tidak meninggalkan kursi itu, bak kursi kesayangannya. Bahkan saat mengisi perut pun, ia benar benar tak beranjak. Ia juga tak menghiraukan semua bujukan dari orangtuanya.

Rana pulang setiap hari. Tapi hanya untuk mandi dan sedikit mengurus rumah saja. Tidak yang lain. Ia menolak semua undangan teman temannya. Ya tentu saja Rana lebih memilih suami nya itu.

Jam 16.30.

Rana masih setia duduk di samping kiri bangsal Wonwoo sambil mengelus tangan lelaki yang sedang mempertaruhkan nyawa. Memang terdengar sangat berlebihan. Tapi memang begitu adanya. Bahkan Wonwoo juga harus bertahan dengan kankernya yang entah bagaimana masih terahasia kan dari Rana itu.

Tentu saja, Dokter Do ah yang merahasiakan ini semua. Mulai dari mengajak dokter yang mengurus Wonwoo bicara sampai check up diam diam.

Keluarga Rana dan Wonwoo baru saja berpamitan, mereka hampir setiap hari datang untuk melihat keadaan putra nya dan juga putrinya itu.

Rana sedari tadi terus melamun, dan bergumam penuh penyesalan. Orang tuanya bahkan lelah mengingatkan Rana bahwa ini semua bukan salahnya. Tetapi Rana tetap kukuh dan malah membenci dirinya sendiri.

"Wonwoo... Bangun. " lirih Rana.

Mungkin Rana sudah puluhan kali berkata begitu. Ia sangat merindukan lelaki itu. Rana mengelus surai hitam suaminya, lalu menatap wajah suaminya lamat-lamat.

Tok tok tok..

Rana menoleh ke arah sumber suara. Seseorang mengintip dari balik kaca yang ada di pintu kamar.

"Masuk"

Klek..

2 orang dewasa dan 1 anak lelaki kecil masuk ke dalam kamar Wonwoo. Mereka sudah izin kepada Rana untuk menginap di rumah Rana agar bisa terus menjenguk Wonwoo di rumah sakit.

Yap ! Ini adalah keluarga Jeonghan. Kakak laki laki Wonwoo. Ia datang dari Busan ke Seoul. Makanya menginap di Rumah Rana, karena tak mungkin bolak balik antara Busan dan seoul.

Jeonghan dan istrinya, Sowon, berjalan ke sebelah kanan bangsal Wonwoo. Jeon chanwoo, sedang tidur di sofa kamar. Tentu saja, ini kamar VVIP.

"Rana apa kabar ?" tanya Sowon khawatir dengan Rana yang sudah terlihat tak karuan.

"Entah, aku ga ngerasa baik kak" ucap Rana yang tidak mengalihkan pandangannya dari wajah Wonwoo.

Jeonghan dan Sowon semakin khawatir dengan Rana.

Ayah bilang, menantunya itu sangat keras kepala. Dia hanya ingin menjaga Wonwoo kapan saja, dimana saja.

"Rana udah makan ?" Tanya Jeonghan yang di jawab dengan gelengan kecil dari Rana.

"Kakak belikan Kimbab saja ya ? Mau ?"

"Tidak usah repot-repot kak, Rana juga tidak berselera" ucap Rana lesu.

Jeonghan dan Sowon bertatapan lalu menghela pasrah.

Sowon pun berjalan ke arah Rana berniat membujuknya. Sowon pun memegang bahu Rana.

"Rana kamu mak-" ucapan Sowon terputus seketika.

Ia langsung melepas tangannya dari bahu Rana. Dan beralih memegang dahi Rana.

"YA AMPUN ! BADAN KAMU PANAS SEKALI !" ucap Sowon panik.

BRUKK...

Rana yang sudah pusing itu akhirnya pingsan. Beruntung Sowon sempat menahannya, sehingga Rana tidak jatuh.

"Jeonghan ! Bantu aku !" Jeonghan pun bergegas mengangkat Rana, lalu keluar ruangan untuk mendapatkan pertolongan dari dokter.
             
• • •

"Ukh.." orang itu berusaha membuka matanya dan menyesuaikan cahaya di ruangan itu. Ia menoleh ke arah kanan dan kiri. Tidak ada siapa pun disana.
Dia sendiri di ruangan ini.

Tangannya bergerak menyentuh kepalanya, lalu meraba perban yang mengitari kepalanya. Ia ingat mengapa ia di rumah sakit.

Klek..

"Wonwoo ?! Kau sudah sadar ?!" Pekik seseorang yang baru saja muncul di balik pintu dengan menggendong seorang balita yang di duganya adalah keponakannya.

Wonwoo tersenyum kecil, lalu mengangguk.

Sowon mendekat ke bangsal Wonwoo, dan menempelkan bokongnya pada kursi 'kesayangan' Rana. Ia pun mendudukkan anak satu satunya itu diatas pangkuannya.

"Kamu koma hampir 1 minggu." Ucap Sowon yang dijawab anggukan kecil oleh Wonwoo.

"Rana mana kak ?" Tanya Wonwoo penasaran. Bagaimana tidak ? Saat pertama kali membuka matanya, yang ia lihat malah kakak iparnya, bukan istrinya.

Sebenarnya, saat Sowon dan Jeonghan di kamar Rana tadi, mereka sudah sepakat. Sowon akan mengecek Wonwoo, jika Wonwoo sudah sadar, jangan bilang Rana pingsan. Jeonghan menyuruhnya untuk bilang, Rana sedang bersama Jeonghan di luar rumah sakit.

Jeonghan mengatakan itu juga tidak berpikiran Wonwoo sudah sadar. Ia berpikir pasti Wonwoo belum sadar. Sehingga ia malah membuat pernyataan yang tidak memikirkan kedepannya, akan seperti apa ?

"A-ah ada kok, ada sama kak Jeonghan." ucap Sowon kikuk.

Wonwoo menyipitkan kedua matanya curiga. Membuat Sowon semakin salah tingkah.

"Ah ! Kakak panggil dokter dulu. Dokter tidak tau kamu sudah sadar" sela Sowon, lalu kembali menggendong anaknya pergi keluar kamar untuk bertemu dokter.

                                    • • •

Di lain kamar, Jeonghan sedang duduk di sebelah bangsal Rana. Ia sedang mengutak-atik benda berbentuk persegi panjang itu.

BRAK !

PRAK !

"HUWA !" Latah Jeonghan. Handphone nya tidak sengaja terlepas dari genggamannya. Jeonghan langsung menatap sinis ke arah Sowon yang tengah terlihat panik. Ia juga melihat Chanwoo yang berdiri di samping Sowon.

"Hehe maaf  " ucap Sowon sembari menyengir lebar. Sowon pun beranjak masuk ke dalam kamar Rana dengan tangan Chanwoo yang masih menggantung di tangan kiri Sowon.

"Han, Wonwoo udah sadar. Bagaimana ini" ujar Sowon.

Seketika mata Jeonghan langsung terbuka. Ia sangat tidak menyangka bahwasanya Wonwoo sudah sadar.

" dia sadar di waktu yang salah.."

" Gini saja.. bagaimana kalau kita jujur saja?" Usul Jeonghan mencari jalan keluar.

" Aku terserah kamu Han. Yang penting adik kamu jangan sampai kenapa kenapa"

"Iya, sekarang kita ke kama Wonwoo" lanjut Jeonghan dengan Sowon yang ikutan mengangguk.

                                    • • •
Part 12 selesai pren..
Hehehe...
Jangan lupa vote dan komen !

Is This Happy Ending ? || ft. Wonwoo Jeon ✓[ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang