Dua minggu kemudian.....
Tiffany keluar dari kamar mandi yang ada di kamar nya dengan wajah yang tak bisa di tebak. Tangan nya memegang kedua testpack yang bertanda garis dua. Melinda yang daritadi menunggu putri tiri nya itu pun berjalan mendekati Tiffany.
"Bagaimana princess" ucap Melinda.
"Mom" ucap Tiffany ragu. Ia memberi testpack yang bergaris dua itu pada Melinda. Melinda mengambil kedua testpack itu dan matanya membulat.
"Tiffany, ini....." Melinda tidak bisa melanjutkan ucapan nya.
"Bagaimana ini Mom. Daddy pasti akan memarahi ku" ucap Tiffany gelisah.
"Tenang, tenangkan dirimu. Ayo, kita duduk dulu" ucap Melinda. Membawa Tiffany ke arah ranjang dan mereka pun duduk di sana. "Siapa pria itu Tiffany? Gerald?" ucap Melinda lagi. Tiffany menggelengkan kepalanya.
"Aku dan Gerald sudah berakhir" ucap Tiffany.
"Lalu siapa? Siapa pria itu" ucap Melinda.
"Marco" ucap Tiffany lirih.
"Marco? Marco siapa? Banyak yang bernama Marco" ucap Melinda.
"Pokoknya Marco!" ucap Tiffany. Tiba-tiba kesal. Entah mengapa, ia begitu malas mendengar dan menyebut nama pria itu.
"Hhmm. Sudahlah, kau istirahat saja" ucap Melinda. Tiffany menganggukkan kepalanya dan membaringkan tubuh nya di atas ranjang.
"Mom..... Jangan beritahu Daddy dulu" ucap Tiffany. Melinda menganggukkan kepalanya.
"Kau tenang saja princess, Mommy tidak akan memberitahu Daddy" ucap Melinda. "Sekarang, istirahatlah. Kau tidak boleh terlalu lelah" ucap Melinda lagi. Tiffany menganggukkan kepalanya dan Melinda pun segera keluar dari kamar putrinya itu.
Di tempat lain. Marco saat ini sedang melakukan meeting bersama dengan para rekan bisnis nya. Selama Mark menjelaskan tentang kerja sama mereka dengan para pemilik perusahaan yang lainnya. Marco sama sekali tidak memperhatikan asisten nya itu. Ia asik dengan dunia nya sendiri. Dua minggu tidak bertemu dengan Tiffany benar-benar membuat Marco merindukan wanita itu. Apalagi, Tiffany tidak memberikan nya kabar. Bahkan, wanita itu memblokir nomor ponsel nya.
"Baby" ucap Marco dalam hati lirih. Apa benar, Tiffany tidak akan pernah kembali lagi padanya? Apakah, ucapan nya dua minggu yang lalu membuat Tiffany benci padanya? "Aaarrrggg" Marco mengacak rambut nya frustasi. Sudah cukup, ia tidak bisa menahannya lagi. Ia harus menemui Tiffany dan membawa wanita itu kembali padanya lagi.
"Mark, siapkan pesawat pribadi ku! Aku ingin pergi ke Canada hari ini juga" ucap Marco. Bangkit berdiri. "Tidak ada bantahan!" ucap Marco lagi. Ia pun segera meninggalkan raungan itu. Membuat semua orang yang ada disana saling tatap.
Mark menghela nafas nya. Semenjak Tiffany pergi meninggalkan Marco. Pria itu selalu di buat pusing oleh setiap tingkah Marco selama dua minggu ini. Bahkan, selama dua minggu ini Marco begitu malas untuk pergi ke perusahaan. Dan pada akhirnya, semua pekerjaan ia limpahkan pada Marco.
Untuk apa aku ke perusahaan jika tidak bisa melihat Tiffany.
Selalu kata-kata itu yang Marco ucapkan pada asisten nya. Hingga membuat telinga Mark ingin lepas dari tempat nya. Setelah memberikan pengertian pada beberapa rekan bisnis mereka di ruangan meeting itu. Semua mereka pun keluar dari ruangan itu. Mark melangkahkan kakinya ke ruangan Marco dan melihat Marco yang sedang duduk di kursi kebesaran nya.
"Apa yang ingin anda lakukan di Canada Tuan" ucap Mark. Pura-pura tidak mengetahui niat Tuan nya itu.
Padahal ia jelas tau, Tuan nya itu ingin menemui pujaan hati nya. Di antara yang lainnya, hanya Mark yang tau tentang kedekatan Marco dengan Tiffany. Itupun ia tau, karena tanpa sengaja melihat Marco dan Tiffany yang sedang bercinta di dalam ruangan Marco.
"Tidak usah banyak bertanya! Siapkan saja pesawat nya" ucap Marco.
"Baik Tuan" ucap Mark malas. Dengan malas, Mark pun keluar dari ruangan Marco. Untuk menjalankan perintah Tuan nya itu.
*****
Setelah beberapa jam berada di dalam pesawat pribadi nya. Marco pun tiba di Canada. Marco menyuruh Mark membawa diri nya ke hotel untuk beristirahat sebentar.
Saat sudah tiba di hotel. Marco langsung membaringkan tubuh nya di atas ranjang. Ia menghela nafas nya kasar saat wajah cantik Tiffany terlintas di dalam otaknya. Marco memejamkan matanya dan ia pun akhirnya terlelap.
Keesokan harinya, Marco sedang bersiap-siap untuk menemui Tiffany di kediaman orang tua wanita itu. Selesai bersiap-siap, Marco pun segera keluar dari kamar hotel nya.
"Ayo kita pergi sekarang Mark" ucap Marco. Saat ia sudah berada di lobby hotel dan ada Mark yang sedang menunggu nya di sana.
"Baik Tuan" ucap Mark. Ia dan Marco pun segera meninggalkan hotel itu.
Mark menghentikan mobil yang ia kendari. Saat ia melihat seorang wanita yang sedang berjalan kaki bersama dengan seorang pria. Mark menajamkan matanya dan tersenyum saat mengetahui wanita itu adalah Tiffany. Tapi, siapa pria yang ada di samping nya.
"Tuan, bukankah itu Nona Tiffany?" ucap Mark. Membuyarkan lamunan Marco.
"Dimana" ucap Marco.
"Itu Tuan" ucap Mark. Menunjuk Tiffany yang sedang berjalan kaki bersama dengan seorang pria di pinggir jalan.
"Mark, kau tunggu disini!" ucap Marco. Mark menganggukkan kepalanya dan Marco pun segera keluar dari mobil menghampiri Tiffany. "Baby!" ucap Marco lagi. Saat ia sudah berada di dekat Tiffany.
Tiffany menghentikan langkah nya saat ia mendengar suara Marco yang memanggilnya. Tiffany membalikkan tubuh dan menatap Marco yang ada di dekat nya dengan datar.
"Kak, siapa uncle ini?" ucap Thomas. Yang tak lain adalah adik Tiffany.
"Entah, mungkin orang gila" ucap Tiffany. Ia membalikkan tubuh nya kembali dan ingin pergi dari sana. Namun, Marco segera menahan nya.
"Baby, tunggu" ucap Marco. Memegang tangan Tiffany. Namun, dengan kasar wanita itu menghempaskan tangan nya.
"Jangan menyentuh ku!" ucap Tiffany dingin.
"Baby....."
"Untuk apa kau datang kesini" ucap Tiffany.
"Untuk menemui mu" ucap Marco. Ia ingin memegang tangan Tiffany kembali. Namun, Tiffany segera menjauhkan tangan nya.
"Untuk apa kau menemui ku!" ucap Tiffany.
"Aku merindukan mu baby" ucap Marco.
"Aku tidak percaya! Bukankah, kau yang menyuruh ku pergi saat itu" ucap Tiffany dingin.
"Baby itu....." Marco tidak melanjutkan ucapan nya karena bingung ingin mengatakan apa. "Maafkan aku" ucap Marco. Menundukkan kepalanya.
"Tidak perlu meminta maaf. Kita tidak ada hubungan apa-apa. Dan aku tidak berhak marah padamu, jika ada wanita yang mendekati dirimu. Terserah kau ingin melakukan apa, aku tidak peduli" ucap Tiffany. Membuat Marco mendongakkan kepalanya menatap pada Tiffany.
"Baby....."
"Saat itu kau menyuruh ku pergi, dan tidak mengizinkan ku kembali bukan? Sekarang, aku sudah pergi. Dan aku tidak akan pernah menginjakkan kaki ku ke negara mu itu lagi" ucap Tiffany. "Ayo kita pulang Thomas" ucap Tiffany lagi. Menarik tangan adik nya dan meninggalkan Marco yang masih terdiam.

KAMU SEDANG MEMBACA
TIFFANY [END]
Romance⚠️WARNING⚠️Cerita untuk usia 18+ - 21+ bagi yang belum cukup umur, silahkan di skip. Terdapat banyak adegan sexual dan kata-kata vulgar nya! Dua kali di hianati oleh orang yang di cintai nya. Membuat Tiffany begitu trauma dengan yang namanya CINTA...