LH: 01

2.9K 52 5
                                    

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Apa kabar?
Semoga betah berkunjung di cerita saya🤗
Selamat membaca!
Jangan lupa tinggalkan jejak!
Jazakumullah Khairan Katsiran😊

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُApa kabar?Semoga betah berkunjung di cerita saya🤗Selamat membaca!Jangan lupa tinggalkan jejak!Jazakumullah Khairan Katsiran😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis remaja tengah berjalan santai di koridor. Hari sudah sore, tetapi ia baru saja pulang dari sekolah karena ekstrakurikuler kader lingkungan hidup. Dengan seragam olahraga yang kotor, ia terus saja berjalan tanpa mempedulikan orang-orang yang memandang dirinya aneh.

Anindita Keysa Zahra, gadis remaja berusia tujuh belas tahun yang kini menduduki kelas sebelas SMA. Gadis yang kerap disapa Anin ini memiliki wajah cantik dengan bola mata berwarna cokelat terang serta tubuh yang tidak terlalu tinggi membuatnya terkesan imut. Terbilang gadis yang pintar serta ramah, dan terkadang cerewet membuat dirinya dikenal oleh banyak orang.

"Anin!"

Teriakan itu mengalihkan atensi Anin. Ia yang baru saja sampai di gerbang pun menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah sang pemanggil. Tampak seorang gadis seusianya berlari kecil ke arah dirinya berada.

"Kamu pulang naik apa?"

"Jalan kaki, lagian rumah aku enggak terlalu jauh, Na."

"Enggak mau. Kamu lihat, nih, baju aku kotor banget. Kita pulangnya bareng aja, tapi aku enggak mampir ke taman, yang mampir kamu aja, ya?"

"Aku enggak jadi ke taman, deh. Langsung pulang aja, yuk." Ana menarik tangan Anin hingga ia terhuyung sebab kehilangan keseimbangan. Tarikan Ana cukup kuat, badannya yang kecil sangat mudah ditarik.

Dua remaja kini berjalan beriringan menuju kediaman masing-masing. Rumah mereka satu arah, hanya berbeda blok saja. Rumah Anin lebih jauh dari rumah Ana.

***

Suasana malam yang sunyi dipecahkan oleh alunan indah tilawatil Quran. Bakda magrib tadi, Anin membaca Al-Quran dengan nada yang begitu menenangkan hati. Surah Al Waqi'ah menjadi pilihannya. Melantunkan dengan suara yang lembut dan fasih membuat siapapun yang mendengar akan kagum.

Pada ayat ke-17, ketukan pintu terdengar di telinga Anin sehingga ia menghentikan bacaannya. Tak lama kemudian knop diputar dan pintu pun terbuka. Terpampang sosok wanita paruh baya berjalan mendekat ke arah Anin yang masih menggunakan mukena.

"Assalamualaikum, Sayang," sapa Umi Tania kepada sang anak.

"Waalaikumussalam, Umi," balas Anin sembari tersenyum tulus.

"Umi, ada yang mau Anin omongin." Umi Tania diam sembari memperharikan Anin. Memberikan kode dengan menganggukkan kepala pertanda beliau mempersilakan Anin mengatakan maksud yang akan ia utarakan.

"Anin mau pindah ke pesantren, Mi. Mau memperdalam ilmu agama buat bekal di akhirat."

Anin menatap uminya penuh harap. Ingin segera mengetahui respons yang dikeluarkan untuk permintaannya. Pasalnya, ia dulu memang disanrankan untuk bersekolah di pesantren saja. Namun, ia menolak karena takut tidak bisa bebas.

Lentera HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang