LH: 02

1K 41 4
                                    

Assalamualaikum
Happy reading
Hati-hati typo
Jangan lupa vote
Syukron❤

AssalamualaikumHappy readingHati-hati typoJangan lupa voteSyukron❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Umi, gimana? Udah ngomong sama Abi?"

Anin berlari kecil menuruni tangga. Dirinya sangat menatikan keputusan yang diambil orang tuanya mengenai keinginannya. Ia duduk lesahan di karpet berbulu yang tergelar di lantai. Duduk bersila sembari menopang dagunya dengan kedua tangan.

"Tentu saja Abi izinkan kamu, Nak. Untuk urusan bekal agama, apa yang harus dilarang?" sahut Abi Herman dengan nada ceria.

Anin membalikkan badannya. Terlihat Abi Herman baru saja pulang dari kantor. Langsung saja ia beranjak dan beari ke arah sang Abi. Menyambar tangan Abi Herman untuk disalami dengan takzim lalu memeluk erat tubuh kekar di depannya.

Umi Tania tersenyum meihat keakraban antara ayah dan anak. Jika Anin berada di pesantren, ia pasti akan kesepian. Apalagi Anin adalah anak perempuan satu-satunya. Anin anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya bernama Arif, sekarang tengah menempuh jenjang perkuliahan di Yogyakarta.

"Abi sudah daftarkan kamu di pesantren milik teman Abi. Kamu bisa masuk pesantren jika surat pindah kamu sudah lengkap. Abi juga sudah ke sekolah kamu tadi."

"Kapan? Anin enggak lihat Abi di sekolah tadi," sanggahnya.

"Karena Abi datangnya sekitar jam sepuluh. Kamu sedang ada pelajaran. Besok Abi ke sekolah kamu lagi, mungkin kamu sudah bisa pindah lusa."

"Jazakallah khairan, Abi," ucapnya sembari tersenyum manis.

Senyuman terus terpancar dari bibir Anin. Bahahia, ia sangat bahagia dan bersemangat untuk mencari bekal akhirat. Maut tidak ada yang tau, jika kita meninggal masih banyak dosa, bukankah itu akan berakibat buruk di akhirat nanti? Maka dari itu, bekahilah dulu badau dengan memperdalam ilmu agama serta mengamalkannya.

Abi Herman mengelus surai hitam legam nan panjang milik sang anak. Anin tak menggunakan hijab karena di dalam rumah. Ia akan menggunakan hijab jika ada tamu atau ingin keluar rumah. Ia memang belum bisa istikamah, tetapi ia akan terus mencoba hijrah dan berdoa agar Allah mengistikamahkan hijabnya dan memberikan kemudahan untuk tetus berada di jalan-Nya.

"Kalau gitu Anin ke kamar dulu. Udah asar, Anin mau salat. Assalamualaikum," pamitnya. Saat sudah mendengar jawaban dari orang tuanya, barulah ia pergi menuju kamarnya.

Di dalam kamar, Anin terduduk di ranjang sejenak. Ia memikirkan bagaimana reaksi teman-temannya jika mengetahui jika ia akan pindah salam waktu dekat ini. Bukannya ia tidak menyayangi teman-teman SMA-nya kini. Akan tetapi ini sudah menjadi keputusannya.

Sedih? Tentu. Kehilangan teman-teman yang hampir dua tahun bersama pasti bukanlah hal yang mudah. Ia akan mencoba ikhlas agar tidak menghambat keputusannya. Apapun respons teman-temannya, akan ia terima.

Lentera HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang