Asssalamualaikum
Happy reading and jangan lupa kasish vote, yaaa?!!!H
ari semakin sore, Gus Rafa kembali ke rumah setelah selesai merapikan peralatan untuk mengerjakan tugas dari kafe yang ia urus. Tadinya ia mengerjakan di gazebo samping pos sapam, bukan gazebo yang di taman.
Ia menenteng laptopnya dengan tangan kiri. Bergegas menuju rumah sebab gerah sudah menyerang dirinya. Ingin segara membersihkan badan, tetapi pasti ia akan berkeringat lagi nantinya. Jadilah ia akan mandi saat ingin salat asar.
"Ning, foto ana jangan lupa dikirim!" teriak gadis cantik yang menyembulkan kepalanya melalui jendela mobil. Hal itu membuat gemas semua orang melihatnya. Tentu saja peristiwa itu mengunci pandangan Gus Rafa
Maira mengacungkan kedua jempol tangannya. Setelah gadis itu tidak lagi menyembulkan kepala, barulah mobil yang ditumpaki melaju membelah jalanan yang tidak terlalu ramai.
Setelah melihat kepergian mobil itu, barulah Gus Rafa masuk ke dalam kamar mengambil ponsel. Sedari mengobrol di ruang tamu hingga ia mengerjakan tugasnya tadi, ia menyimpan ponselnya di kamar. Takutnya, jika ia bermain ponsel malah mengganggu dan kesannya tidak sopan.
"Bang!" Gus Rafa menatap adiknya menunggu kalimat yang akan terlontar. Ponselnya ia letakkan di meja mini yang tersedia di kamarnya.
"Foto Anin kirim, ya. Tadi pas pulang dari pasar Anin pengen foto di sawah. Kebetulan ketemu aku tadi, sedangkan tadi ponsel Abang aku bawa buat nyatet list belanjaan. Jadi aku pinjemin aja ponselnya."
Tidak banyak bicara, Gus Rafa membuka ponselnya. Memilih aplikasi galeri, tampaklah foto Anin dan teman-temannya. Tidak banyak, tetapi tetap saja tidak baik jika ia menyinpan foto akhwat.
"Nomornya?"
"Tadi aku minta dia nyatet nomor di ponsel abang juga," jawab Maira sembari cengengesan.
Gus Rafa langsung saja membuka aplikasi chat yabg sudah sangat familier di mata semua orang. WhatsApp, tentunya mayoritas orang sudah menggunakan aplikasi chat itu, entah dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua sekalipun.
"Udah."
"Jazakallah khairan, Bang."
Maira pergi meninggalkan Gua Rafa sendirian di kamar. Gus Rafa kembali fokus pada ponselnya. Ketika ingin menghampus foto itu, ia seakan terpanah oleh salah satu makhluk ciptaan Allah. Gadis bergamis biru tua dengan pasmina hitam, simpel tetapi elegan.
Ia mengerjapkan matanya berkali-kali seraya mengucap istigfar. Zina mata, itulah yang berada dipikirannya. Tidak baik laki-laki menyimoan foto yang buakan mahramnya. Apalagi jika foto itu dilihat hingga tidak bisa memalingkan pandangan, tentu saja menimbulkan dosa.
"Gus?" Gus Rafa yang mendengar panggilan itupun meletakkan ponselnya lalu fokus kepada dang abi yang memanggil.
"Wonten nopo, Abi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Hati
Teen FictionPemesanan novel "Lentera Hati" bisa melalui wa (083161601480) Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komentar buat yang baca xixi😊 Anindita Keysa Zahra, gadis cantik dan ramah berusia enam belas tahun. Ia selalu menjaga pandangan dan menjaga...