LH: 05

778 36 0
                                    

Assalamualaikum
Warning typo?

Hari pertama Anin bersekolah di pesantren tidak buruk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari pertama Anin bersekolah di pesantren tidak buruk. Mendapat teman-teman yang ramah membuat dirinya nyaman. Ia yang dasarnya memang mudah bersosialisasi pun memudahkan dirinya untuk akrab dengan mereka.


Sekarang baru saja selesai pelajaran Fikih. Ia berniat untuk menuju toilet. Rasa kantuk tiba-tiba menyerang dirinya. Dengan langkah santai, Anin berjalan menyusuri koridor yang sepi.

Jujur saja, ia belum terlalu hafal letak-letak ruangan di pesantren. Sekarang ia juga bingung ingin kemana. Bodohnya tadi tidak meminta ditemani oleh teman sekelasnya.

Seorang gadis cantik baru saja keluar kelas membuat Anin tersenyum. Untung saja ia bertemu dengan orangyang dikenal. Kalau tidak, pasti ia akan bingung ingin bertanya kepada siapa.

"Ning!" panggil Anin kepada Maira.

"Eh, Anin. Kamu ngapain di sini? Lagian 'kan masih ada jam pelajaran."

"Aku mau ke kamar mandi. Tapi enggak tau di mana. Soalnya tadi agak ngantuk, Ning. Boleh kasih tau kamar mandinya di mana?"

"Oh gitu. Itu kamar mandinya di belokan ujung koridor, kamu balik arah jadinya," jelas Maira dengan ramah.

"Jazakillah khairan, Ning. Kalau gitu aku pergi dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Anin berbalik arah, saat melihat kelasnya, ternyata masih belum ada guru. Ia pun melanjutkan perjalanannya menuju kamar mandi dengan langkah cepat agar tidak terdului guru yang mengaja.

Sebab tidak melihat jalan saat melangkah cepat, tak sengaja ia menabrak seseorang yang membawa setumpuk buku hingga jatuh berserakan. Tidak hanya bukunya yang jatuh, tapi dirinya juga terjatuh.

"Afwan, ana enggak sengaja," ucap Anin semabari membantu merapikan buku yang berserakan.

"Harus berapa kali saya peringatin sama kamu, kalau jalan hati-hati. Kemarin nabrak batu, sekarang nabrak saya."

"Saya 'kan enggak sengaja, Gus. Lagian ini kelas akhwat, Gus ngapain di sini?"

"Kamu pikir kelas akhwat yang ngajar juga semua akhwat? Enggak, saya juga ngajar kelas akhwat."

"Loh, kok, ngamok?" ucap Anin, refleks ia menutup mulutnya karena berbicara seperti itu. Ia lupa, ini bukan lagi SMA-nya dulu yang mayoritas siswanya sangat mudah berbicara sekenanya. Di daerah perkotaan pun toxic sudah sering di dengar, bahkan seperti kata-kata sehari-hari.

Lentera HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang