Stefani tengah menikmati suasan pagi kota Seoul dari balik jendela apartemennya. Duduk di sana dengan secangkir teh di atas meja putih kecil. Jari jemarinya sibuk membolak-balikkan lembar demi lembar sebuah album. Album itu berisi foto dirinya dengan Eunwoo dan Jungkook, namun lebih dominan foto dirinya dengan Jungkook. Album itu bagai lukis bahagia dalma hidupnya sebelum akhirnya hubungan mereka renggang seperti sekarang ini. Menyesakan memang jika diingat.
Sekarang Stefani rasanya tengah bernostalgia, senyum tipisnya mengembang sebagai respon dari apa yang ia lihat. Ia rindu suasan dulu. Rindu akan perlakuan Jungkook yang dulu bukan seperti sekarang ini. Mungkin jika Jungkook belum menikah mungkin saja masih ada kesempatan untuknya, namun sekarang lelaki itu sudah memiliki pendamping hidup.
Stefani menghela nafas berat setelah menutup album tetsebut. Jemarinya meraih sebuah kalung liontin. Kalung ini adalah hadiah pemberian terakhir dari Jungkook untuk dirinya.
"Apa boleh aku egois?", gumamnya pelan.
Keterlamunannya buyar setelah handphone mendapat panggilan masuk.
"Eunwoo?", gumamnya pelan.
"Halo.."
"Stef nanti siang kau akan pergi?"
"Nanti siang?...Yah aku akan pergi"
"A.a.a..Aku kira jika kau tak sibuk, aku akan mengajakmu makan siang bersama"
"Maaf Eunwoo-ssi, aku nanti akan pergi ke toko bunga"
"Mau ku antar?"
"Ah tidak, tidak. Aku akan pergi sendiri. Terimakasih"
"Baiklah. Aku tutupa telepon ini"
Panggilan di akhiri. Stefani menatap nanar layar handphonenya yang sudah kembali gelap. Ada perasaan tak enak dalam dirinya.
🐰🐿
Jungkook tengah sibuk merapihkan barang-barang dalam ruangannya. Bukan perapihan besar-besaran, dia hanya memindahkan barang-barang yang sekiranya tak berguna untuk dibawa ke luar.
Satu bulan ia meninggalkan kantornya untuk pergi ke Paris bersama Chaeyoung. Rehat sebentar menenangkan pikiran. Niat satu bulan tapi kemarin ia tambah satu minggu lebih lama lagi di sana. Sebenarnya ruang kantor bersih-bersi saja, tapi ia ingin merombak kecil isi lemari di ruangannya.
Dua kardus cukup besar sudah hampir penuh terisi. Tangannya masih sibuk memilah-memilah barang demi barang, hingga dirinya menemukan sebuah kotak warna putih. Merasa tidak pernah memilikinya ia mencoba untuk membukanya. Ada satu album dengan kelopak-kelopak mawar merah yang sudah mengering.
Karena penasaran ia akhirnya membuka album itu. Apa yang ia lihat sekarang benar-benar menjadikannya diam. Ia tak tahu sejak kapan album ini ada di dalam ruangannya.
Ia memilih duduk di sofa. Lembar demi lembar halaman album itu terganti. Melihat kebersamaanya dengan Stefani membuat dalam dirinya bergerumuh tak menentu. Entah apa yang di rasa tapi ini menyakitkan. Gertakan gigi, sesekali menutup mata, kemudian menghembuskan nafas pelan. Jujur saja ia belum ikhlas dengan perasaannya. Mengingat kejadian itu tentu saja kecewa. Tapi jika ditanya masih ada rasakah, dia juga tak tahu untuk menjawabnya.
Telepon kantor berbunyi, Jungkookpun segera untuk mengangkatnya.
"Ya?"
"..."
Jungkook menghela nafas pelan, "Biarkan ia masuk"
Tak lama pintu terbuka. Sosok wanita yang baru saya berperang dengan pikirannya sudah ada di depan mata. Jungkook hanya diam seraya memandanginya tanpa ekspresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry you (END)
Short StorySebuah perjodohan yang tak pernah disangka oleh kedua orang itu terjadi. Keduanya yang terkenal sering ribut pada masa sekolahnya malah dipertemukan dalam sebuah ikatan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka. Perubahan judul: Can I S...