2. Mereka juga terlibat (?)

95 8 3
                                    

Rasanya bukan lega saat Yerin berhasil menyelinap secara halus ke kemar Jungkook yang tidak pernah mengunci pintunya sebelum pukul sepuluh malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya bukan lega saat Yerin berhasil menyelinap secara halus ke kemar Jungkook yang tidak pernah mengunci pintunya sebelum pukul sepuluh malam. Katanya agar saat Yerin tiba-tiba mengetuk pintunya sambil memanggil namanya begitu lirih, ia masih bisa mendengarnya. Tentu saja tujuannya adalah kertas-kertas kosong sialan itu yang jika keluar dari pintu Jungkook, Yerin akan membawa kertas itu sudah penuh dengan tulisan. Jungkook memang selalu berbaik hati pada Yerin dan mengajarinya mata kuliah hukum konstitusional yang membuatnya hampir kehilangan akal sehat.

Bunyi deburan air terdengar nyaring dari kamar mandi yang masih tertutup rapat semenjak Yerin duduk di atas sofa Jungkook. Jelas Yerin tidak berani menaiki ranjang Jungkook atau pria tengil itu akan memarahinya karena naik ke atas ranjang tanpa mencuci kaki. Jungkook itu kalau mandi bisa satu jam lebih. Entah untuk luluran atau malah bermain hal lain di dalam sana, yang jelas Yerin tidak peduli sama sekali. Yang terpenting sekarang adalah ia ingin menemui tenangnya. Ia tidak mau tidur di kamarnya karena semakin banyak ia sendirian, semakin gencar pula otaknya memutar ucapan Jungkook perihal sidik jari itu menguras isi kepalanya.

Bunyi deburan dan air keran itu sudah berhenti diikuti terbukanya pintu dan sosok yang keluar hanya dengan memakai handuk sebatas lutut dan pusar. Yerin yang tadinya menunggu dengan antusias pun jadi salah tingkah sendiri. Ia menutup kedua matanya dengan tangannya, tapi jahil sekali dengan mengintip lewat sela jemarinya. Sambil terus berdecak kagum dalam benak memuji betapa Jungkook berhasil dengan fitnessnya. Perutnya, ototnya, membuat Yerin kadang lupa jika Jungkook adalah teman sialannya. Lagipula kenapa juga tubuhnya terlampau menggoda?!

"Astaga!"

Jungkook yang tadinya berjalan menunduk sambil membenahi handuknya pun terkejut setengah nyawanya saat mendengar pekikan keterkejutan itu. Siapa yang masuk ke dalam kamarnya dan ya seharusnya Jungkook tidak perlu bertanya-tanya siapa yang masuk kamarnya setelah menyadari Yerin telah duduk di sofanya dan kakinya naik padahal belum dicuci.

"Sialan! turunkan kakimu?!" teriak Jungkook tidak kalah heboh, apalagi setelah dirinya sendiri menyadari ia tidak memakai apa pun selain handuk kecil ini. Ia tahu seperti apa otak Yerin, bahkan sekarang ia tahu Yerin tidak benar-benar menutup matanya, melainkan masih mengintip lewat sela jemarinya. Rasanya ingin mendekat saja pada Yerin, ingin disentuh oleh tangan mungil Yerin, tapi ia bahkan terlalu takut kehilangan teman semenyebalkan Yerin.

"Waw, Jung. Sepertinya nikmat sekali kalau kujilat..." ucap lirih Yerin di balik telapak tangannya.

Sebenarnya dari segi muka dan raut wajah beserta alis aslinya, Yerin tidaklah berbeda dengan manusia polos kebanyakan. Yang dari struktur mukanya menggambarkan sekali kalau Yerin hanya menyukai hal manis dan terorganisir. Bukan hal serampangan dan gila semacam ini. Namun, seperti inilah tampang bekerja melebihi otak manusia. Membuyarkan penilaian dan menggantungkannya sepenuhnya pada mata serta telinga, padahal tidak semua gadis polos memiliki sifat sepolos wajahnya. Kali ini jelas tersangka utamanya adalah Yerin. Si pemilik muka kalem, tapi kelakuan layaknya iblis.

The Law Behind The Scales ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang