INTRO : THE LAW IS NOUGHT

151 13 0
                                    

"Cobalah pakai poni, kau akan terlihat seperti anak SMA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cobalah pakai poni, kau akan terlihat seperti anak SMA."

Diam, gadis itu hanya diam,  memberi celah kembali untuk membiarkan teman sialannya itu mengumbar umpan. Ia memang sedari tadi diam bahkan setelah kalimat itu mengudara. Kalimat paling menyebalkan sepanjang dirinya menapakkan diri di lantai fakultas hukum yang sangat ia benci. Ia tidak pernah bermimpi bersekolah di tempatnya sekarang. Tapi sayangnya takdir membawanya sampai ke sini.

Ryu Yerin, mahasiswa fakultas hukum tahun pertama yang entah bagaimana ceritanya selalu membuat siapa pun penasaran padanya. Ia tidak secantik artis Korea. Ia hanya bermodalkan mata tajam yang memesona. Jika biasanya orang Korea memiliki kelopak monolid, maka ia memiliki kelopak mata yang lumayan sulit ditemukan, rata-rata dari mereka harua melewati metode operasi guna mwndapatkan lipatan mata yang sangat digemari di Korea; doble eyelid. Bahkan dalam satu kelasnya pun hanya dirinya yang memilikinya. Ah lupa, tidak. Yerin tidak sendirian yang memiliki kelopak mata cantik itu, karena masih ada satu orang pria yang memilikinya. Dia adalah pemilik suara yang baru saja menyarankan agar Yerin memiliki poni.

"Diam! Sialan!" sentak Yerin yang langsung bisa merubah wajah yang tadinya pongah sekali menggodanya, sekarang diam bahkan sampai telinganya memerah.

Han Jungkook, pria muda yang merupakan teman satu kelasnya. Entah takdir sialan mana yang menghampiri Yerin hingga mempertemukannya dengan pemilik marga Han yang sungguhan pintar sekali. Yerin tidak habis pikir dengan isi kepala Jungkook itu. Jika dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka yang ada Yerin akan merasa rendah.

Miris, Yerin tidak terlalu pandai dalam bidangnya sendiri. Ia hanya mengikuti pelajaran yang ada dan tidak jarang nilainya tidak bisa dikatakan nilai. Sialan! Ia harus mengulang bahkan di saat ia tidak ingin berlama-lama berada di siklus pendidikannya sekarang.

"Aku hanya menyarankan," ujar Jungkook sambil memakan ramyun manis-asinnya yang sengaja dimasak di dapur yang ada di asrama putri.

Yerin tidak heran dengan kehadiran Jungkook yang selalu menghampirinya sebelum menuju kelas. Sudah kebiasaan. Dan Yerin juga tidak keberatan. Jungkook cukup membantu saat Yerin memerlukan teman berdiskusi. Yerin sadar walaupun ia membenci situasinya sekarang, ia harus lulus minimal dengan nilai yang baik.

Bunyi seruput kuah hangat yang terdengar sangat segar membuat Yerin menoleh, padahal tadinya ia tidak berminat sama sekali dengan Jungkook karena satu dua hal yang sedang memenuhi kepalanya. Yerin memikirkan bagaimana hari kemarin kampus begitu ramai, dan tentu saja penyebabnya adalah sebuah penemuan manusia bersimbah darah si gudang belakang. Diiringi berita opini yang menyebar begitu cepat dengan thumbnail berita yang menghebohkan seluruh jagat Korea Selatan.

"Pembunuhan di Fakultas Hukum Seoul."

Menghela napas, memejamkan kelopak matanya begitu lama, menengadah sambil berkali-kali bibirnya bergerak gelisah. Ia tidak menyangka hal itu kembali terjadi. Dulu ia tidak percaya rumor yang beredar, tapi hari ini sepertinya semuanya benar.

"Saranmu tidak masuk akal!" decih Yerin yang langsung membuat Jungkook melepas ikatan rambut yang mengikat rambut sebawah bahu milik Yerin. Pun Yerin langsung terkesiap dan hendak membuat Jungkook cidera karena Yerin sudah siap dengan kepalan tangannya.

"Aih! Berikan padaku! Habiskan ramyun-mu dan ikut denganku setelah ini!" ujar Yerin final, nadanya jelas menaik. Ia bisa saja memaki Jungkook karena mengganggu kegelisahannya. Dan ia juga membenci saat ada yang mengkritik style rambutnya. Ia suka dengan ponytail dan Jungkook sudah tidak terhitung berapa kali mengusiknya.

"Ke mana?" Jungkook penasaran. Hari ini hanya akan ada kelas hukum pidana. Pun nanti jam 11 siang. Ini masih pagi dan entah akan ke mana Yerin mengajaknya pergi.

"Ke dewi keadilan," Yerin berjalan menjauh, menuju kamar mandi tanpa tujuan. Ia tidak ingin buang air besar, pun buang air kecil. Ia hanya ingin merokok, dan ya sedikit meminum bir yang ada di dalam lemari sabunnya.

Bersama lintingan nikotin yang ada di sela-sela antara jemari telunjuk dan jari tengahnya, berteman kepulan asap yang mengudara di dalam ruangan dengan ventilasi udara yang bagus sekali, Yerin menggumam parau sambil memejam dalam deruan napas berantakan.

"Hukum itu kosong, karena pada akhirnya kekuasaan masih berdiri kokoh di atas meja hakim dan mengalahkan satu kitab berisi penuh pasal tak berguna!"

Menghela napas panjangnya sekali lagi. Deru napasnya yang frustrasi terdengar semakin kacau. Ia teringin sangat mengetahui sebenarnya ada apa di balik peristiwa tahunan ini. Bisakah ia mengajak Jungkook, dia pintar!

"Semoga saja aku tidak gila sebelum hari kelulusanku."

[]

[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Law Behind The Scales ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang