32. Harap aula suci itu kembali menggaungkan keadilan

33 2 1
                                    

Sepekat darah yang menetes pada tiap-tiap lantai pudar dengan anyir yang terhirup oleh penghidu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepekat darah yang menetes pada tiap-tiap lantai pudar dengan anyir yang terhirup oleh penghidu. Yerin terus-terusan meringis saat ia menyadari bunyi tembakan itu tenyata melesatkan peluru yang langsung menembus lengannya. Seketika Yerin memegangi bekas peluru yang masih tertancap di tempatnya, darah mengucur seolah itu aliran telaga. Yerin tak lagi mampu menahan rasa sakitnya, sampai akhirnya gelap yang makin lama makin pekat menyelubungi kedua netranya yang berair dan yang ia ingat hanyalah orang yang katanya ingin hidup dengannya dan mencintainya pun nyatanya tetap memiliki keberanian untuk melukainya.

Mencintai tidak akan pernah berujung kebahagiaan tanpa lara. Bahkan yang diagung-agungkan sebagai kisah cinta sejati manusia pun mengatakan bahwa cinta adalah perih yang hebat tapi menyenangkan. Luka yang tak berdarah tapi membahagiakan. Dada yang sesak tapi tetap memilih hidup bertukar napas. Namun, Jungkook tak pernah menyangka bahwa ia mencintai Yerin. Ia mencintai jiwa penuh ambisi yang terkadang tidak berpikir panjang saat melakukan sesuatu. Ia percaya, Yerin itu penuh trik dan strategi, tapi nyatanya ada kalanya Yerin merasa suatu kasus harus diungkap secepatnya tanpa mempertimbangkan banyak hal lain, termasuk timing (waktu) yang paling tepat.

Saat Yerin pingsan, tangannya lemas maka semangat hidupnya ikut meredup, tetapi yang membuat Jungkook masih sanggup menghubungi Jimin adalah karena ia masih merasakan Yerin bernapas dengan benar. Ia tidak menembak jantungnya, tentu saja. Ia memang pembidik andal, kata ayahnya, tetapi kali ini tidak mungkin ia membunuh kekasihnya sendiri, ia masih waras, tujuannya menembak Yerin malam ini di lengan kanannya adalah untuk membuat Yerin diam sementara, tidak bertindak gegabah, apalagi dengan memberikan salinan bukti mega korupsi ayahnya di perusahaan asuransinya sehingga membuat tahanan bernama Seo Kang Il dipenjara dengan jatuhan pasal pencemaran nama baik.

Jungkook mondar mandir di depan pintu operasi setelah ia membawa Yerin ke klinik terdekat dengan gudang yang ia gunakan untuk menyandera. Di sana ia sendirian karena ia telah membubarkan orang-orangnya dan dipaksa tutup mulut. Tidak ada yang boleh tahu apa yang terjadi. Tapi nyatanya Jungkook tetap gemetar menunggu hasil operasi pengangkatan peluru di lengan Yerin.

Jimin tidak tahu harus melakukan apa, di asramanya ia baru saja akan terlelap, tapi ia dikejutkan dengan telepon Jungkook yang katanya telah menembak Yerin. Namun, Jimin sengaja tidak memberitahu Taehyung dulu, ia takut hal ini akan memperkeruh semuanya. Taehyung memang menyuruh Jungkook mencegah Yerin untuk sementara waktu karena satu dan lain alasan, tapi kesalahan Jungkook sekarang malah benar-benar menembak Yerin. Entah akan bagaimana marahnya Taehyung nanti setelah tahu Yerin tertembak. Namun, sedikit yang membuat Jimin tenang adalah ia yakin Jungkook tidak menembak jantung.

Jimin menanggapi telepon dari Jungkook dengan hening yang sama, ia merasakan di sana Jungkook juga takut sekali Yerin kenapa-kenapa.

"Kau gila ya?!" Jimin menyidang Jungkook meski masih di telepon. Sekarang ia tidak bisa tenang saat ia mendengar napas Jungkook yang tak beraturan. Jungkook panik dan begitu juga perasaannya.

The Law Behind The Scales ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang