28. Jangan nodai timbangan dewi keadilan

46 4 0
                                    

Pagi kembali menyambut, Yerin dengan rambut acakadulnya akhirnya bisa membuka mata setelah satu cipratan air hujan dari jendela yang semalam lupa ia tutup karena ketiduran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi kembali menyambut, Yerin dengan rambut acakadulnya akhirnya bisa membuka mata setelah satu cipratan air hujan dari jendela yang semalam lupa ia tutup karena ketiduran. Tadi malah ia hanya duduk di ujung tempat tidurnya yang memang berada dibalik jendela kaca yang bisa dibuka, tetapi saat ia menghitung bintang, ia malah ketiduran.

Menguap tanda Yerin puas sekali dengan tidur nyenyaknya setelah meminum dua butir paracetamol. Bukan ia demam atau sakit nyeri pada giginya, ia meminum obat itu hanya karena ingin mengantuk, jujur saja perbincangan kemarin siang dengan ibunya membuatnya berpikir berjuta kali perihal apa yang sebenarnya terjadi antara putra pengganti dan kejadian beruntun yang menimpa fakultas hukum Hannam tercinta ini.

Yerin menghela napasnya sambil menutup jendelanya kembali, sayang, hujannya makin lebat dan ini sudah siang. Jika ia berangkat ke kampus pun ia sudah terlambat, tapi jika tidak ijin nanti ia malah mendapat panggilan dari bagian kemahasiswaan karena absen lebih dari tiga kali. Sialan, batinnya.

"Americano satu dan toast tanpa saus ekstra mayonaise, medium krispi, terimakasih."

Yerin mengenakan setelan santai hari ini, sepatu kets dan celana jeans kulot rimbai bawahnya yang dipadukan dengan atasan croptop berbahan rajut. Satu luaran berupa kemeja super besar bermotif kotak dengan warna mustard dan hitam yang hanya diikatkan dua lengannya pada pinggang, membuat bahu putihnya terlihat dan begitu menantang. Rambut yang digerai manis guna menutupi lehernya dan kalung berinisial Y pemberian ayahnya ia kenakan hari ini. Lagi pula ia yakin outfitnya tak pernah gagal, itu jugalah yang membuatnya sedikit populer di kalangan mahasiswa yang satu angkatan dengannya.

"Oke silahkan tunggu di meja 12."

Yerin akhirnya menuju tempat yang masih kosong, sembari membawa nomor meja di tangan kirinya. Ia berjalan, sedikit perlahan untuk menemukan tempat mana yang paling nyaman untuk menikmati americanonya dan toast manis untuk sarapan pagi ini. Ia sempat berpikir, mungkin akan sangat nyaman jika di sudut sebelah kiri, ia dulu pernah duduk di sana bersama Taehyung untuk meminum teh panas saat hujan deras seperti sekarang.

Akhirnya Yerin duduk di sana, tepat di sudut ruangan dengan pemandangan luar yang menyejukkan mata. Sebenarnya celana dan sepatunya setengah agak basah, karena ia berjalan agak jauh dari gerbang asramanya, memakai payung pun sebenarnya percuma, tapi ya itu sedikit membuatnya tidak basah sebadan. Ia melihat ke luar, benar-benar hujan sederas ini mana bisa ia ikut kelas hukum pidana, yang ada ia akan tidur di kelas dan membuatnya dihukum karena tidak mendengarkan penjelasan dosen.

Pesan baru - Jungkook
"Kelasmu sudah dimulai, nona. Kau kenapa lagi? sakit?"

Itu hanya gelembung pesan yang muncul dari notifikasi ponselnya, tetapi ia sama sekali tidak berniat membalas. Membalas pesan itu sama saja membuat Jungkook mengetahui kalau ia berbohong lagi dengan mengatakan sakit dengan mengirimkan surat dokter di meja dosen hari ini. Yerin menitipkan surat itu kepada teman sebelah kamarnya, kebetulan gadis polos, yang bisa dimintai tolong tanpa meminta imbalan.

The Law Behind The Scales ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang