11. Nomor yang sama

56 4 0
                                    

Nyatanya tidak hanya Yerin yang menganggap atap gedung kampusnya adalah tempat terbaik untuk merasa dekat dengan semesta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nyatanya tidak hanya Yerin yang menganggap atap gedung kampusnya adalah tempat terbaik untuk merasa dekat dengan semesta. Merasa menggapai langit adalah hal yang mudah saat sudah di atas gedung tertinggi. Tentu tidak tertinggi di kotanya, melainkan ia merasa berada di yang paling tinggi karena orang lainnya hanya berjalan di atas trotoar sedangkan dirinya duduk dengan berayun kaki di atas gedung. Ia menjawab telepon Jungkook dengan setengah sadar. Setengah dirinya sudah melayang dan itu disebabkan oleh bir beralkohol yang ia pesan melalui adik tingkatnya pada petang tadi sebelum pukul tujuh. Yerin tidak memiliki alasan penolakan, selain karena ia adalah kakak tingkat, ia adalah gadis yang manis. Pria yang tadinya hanya memandang biasa, pun lama kelamaan bisa kepayang sendiri. Yerin mengecualikan satu orang adalah Jungkook.

Yerin mengakui secara sukarela kalau Jungkook terlalu teguh genggamannya pada prinsipnya yang tidak mau pacaran. Bahkan, sempat tercetus dari bibir kalau Jungkook malas sekali menjalin hubungan dengan wanita mana pun karena menganggap wanita adalah satu makhluk paling meribetkan kehidupannya. Memang, benar. Yerin juga mengakui itu. Mungkin Jungkook sampai memiliki pikiran seperti itu karena dirinya juga, yang tak pernah absen membuat rumit semuanya yang ada di depan matanya, lalu datang ke Jungkook untuk meminta ketenangan. Itu kebiasaan, Jungkook lah yang selalu Yerin cari saat isi kepalanya terlalu penuh oleh semua yang membebaninya.

"Aku akan menghabiskannya."

Suara pria, berat tapi tetap terasa ringan di telinga dan Yerin tak perlu berpikir siapa pemilik suara itu karena tanpa menoleh pun melihat rupanya, Yerin sudah lebih dulu mengenalinya sebagai pria yang sedari tadi sedang menjadi topik utama pembahasannya dengan dirinya sendiri. Jungkook datang dan langsung duduk di sampingnya, merebut botol bir dari tangannya dan menghabiskannya langsung dalam sekali minum padahal masih ada seperempat botol lebih sedikit.

Yerin tidak melakukan apa pun selain tertawa dengan mata yang sesekali memejam berat. Ia memang memiliki toleransi alkohol yang tidak setinggi Jungkook, dan apa yang telah masuk ke dalam perutnya jelas telah melebihi batas toleransinya. Yerin setengah mabuk dan Jungkook sekarang tak yakin Yerin akan bisa diajak berbicara, apalagi membahas perkara serius.

"Kenapa kau baik padaku, hah? Kenapa ada orang yang mau berteman dengan orang sepertiku?"

Jungkook meraih bahu Yerin saat Yerin terlihat hampir terjatuh, menyandarkan kepala Yerin ke bahunya sendiri, tetapi entah berkat atau bencana, Yerin merendahkan dirinya dan mendekat. Bukan untuk mencium bibir seperti orang mabuk lainnya, nyatanya Yerin hanya merindukan pelukan seseorang yang hangat.

Yerin benar-benar bersandar, memejam penuh seolah tertidur. Sedangkan Jungkook tak ada pilihan lain selain mendekapnya. Rasa itu kian subur tapi ia tak berani mengungkapkannya sekarang. Ia butuh Yerin yang bukan kekasihnya, tetapi Yerin dan intrik di dalam kepalanya. Ia memang butuh bumbu romansa dalam hidupnya, tapi ia tak yakin jika romansa itu berjalan di tengah dirinya memiliki tujuan, akan sama rasanya dengan saat ia hanya merasakan sensasi berkencan tanpa pikiran berlebih. Suatu saat ia ingin berkencan dengan cara yang benar, yang hanya berpikir untuk bersama tanpa ada hal buruk yang mengintai seperti hari-hari ini.

The Law Behind The Scales ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang