6

223 23 2
                                    

Ciganjur, Jakarta selatan.

Disinilah Ara sekarang, tinggal berdua bersama pamannya membantu bekerja di kedai makanan punya pamannya sendiri, karena kebetulan masih libur menjelang tahun ajaran baru.

Ya Ara bersekolah di MA terfavorit yang ada disana MA Tsaqafah, bahkan sekrang atas izin Umy, Abnynya Ara telah memakai cadar.

*********

Disisi lain.

Alwi Pov

"Bang makanan belom dateng?" tanya Alwi kepada bang sabil.

"Belum Wi," balas bang sabil.

"Yok ke kedai mang syarif, kangen sotonya, ane bang," ucap ku.

"Hayuklah gass," balas bang sabil.

Sesampainya disana dapat ku lihat mang Syarif sedang menata makanan.

"Assalamualaikum mang Syarif," ucap kami berdua.

"Eh waalaikumsalam Den Alwi, Den Sabil aduh pasti kesini mau ngambil makanannya ya? maaf telat mengantar, karena saya baru pulang jemput keponakan," jelas mang Syarif.

"Nggak papa mang, itung-itung sekalian kesini udah lama juga nggak kesini, ngomong-ngomong keponakan yang mana mang?" tanya ku.

"Makasih den, itu lo keponakan yang pernah saya ceritain yang rumahnya di Malang, karena pekerjaan orang tuanya di pindah ke Kairo, jadilah dia yang belum cukup umur pun di titipkan disini ikut paman," jelas mang Syarif.

"Owwh begitu ya mang, yaudah pesen seperti biasanya mang, tapi yang untuk dikirim kek biasanya tetep ada ya biar saya bawa sekalian," ucapku.

"Owh siyap Den, bentar" ucap mang Syarif.

"Ndukk udah belum membungkusnya, klo udah kamu bikin 2 mangkok lagi ya anterin kesini," ucap Mang syarif sekidit berteriak.

Tak lama kemudia ada balasan.

"Nggeh sampun pakde, sekedap malih nggeh," (iya sudah paman, sebentar lagi ya).

Ucap suara seorang wanita yang begitu halus dipendengaran ku, tak lama kemudia muncullah sosok gadis bergamis hitam serta cadar senada, tapi jika dilihat lagi terasa tak asing bagiku, dan mungkin karena sedari awal dia menunduk menatap makanan di atas nampan yang ia bawa, sehingga dia tak menyadari keberadaan ku.

"Ini pakde, pesanannya;" ucap nya.

"Natur suwun, nduk," ucap mang Syarif.

"Ini lo nduk, paman kenalin sama pelanggan setianya pakde, ini Den Alwi dan satunya lagi Den Sabil sering pesen disini, pesanan pagi tadi itu pun dari aden berdua ini, buat para Artis dan crew yang lagi shooting lo," jelas Mang Syarif.

Dapat ku lihat dari gerak geriknya ia nampak terkejut, lagi-lagi aku terdorong untuk terus melihatnya karena tak ada jawaban sama sekali darinya mengingatkan ku pada seseorang, hingga mataku tak sengaja terpaku pada kerudungnya yang terdapat bros Matahari, yang pernah aku berikan pada ukhty pembuat teh, aku sangat hafal bentuknya karena bros itu aku pesan sesuai desain yang aku mau, terlanjur penasaran langsung aja...

"Ara kamu Ara kan?" tanya ku sepontan.

"Eh----Na---Na'am bib, Da--dari ma--mana ha-habib tau," ucapnya gugup.

"Sudah ana duga, awalnya hanya samar-samar hafal suara ukhty, trus ana liat ukhty makek bros dari ana kan," ucapku dapat ku lihat dia seketika salah tingkah.

"Menggemaskan," batinku.

"Eh eh itu habib bisa saja, Na'am ana selalu pakai karena bagus, syukron sekali lagi," ucapnya.

"Afwan ukhty, MasyaAllah terbukti ukhty menjadi matahari yang dapat membuat orang menundukkan pandangannya saat melihat ukhty, tetap istiqomah dalam langkah ya ukhty, karena Hijrah itu mudah tapi sulitnya itu istiqomah dan jangan terlalu menunduk dengan dalam seperti itu, boleh menunduk dengan sewajarnya, nanti kalau terlalu menunduk mahkota nya ukhty jatuh gimana," ucap ku dengan terkekeh diakhir kalimat ini aneh sungguh ane apa yang terjadi padaku.

Astaghfirullah

"Ah--hiyah Awi syukron, ana permisi Assalamualaikum," ucapnya terburu-buru pergi.

Aku yang melihatnya tersenyum, dia sungguh berbeda saat orang lain malah ingin dekat dengan ku lagi-lagi dia malah menghindariku, saat orang lain selalu mencari topik untuk dapat bicara dengan ku, ia malah ingin cepat-cepat selesai saat kami terlibat dalam suatu obrolan, masyaAllah.

"Lo kalian saling kenal?"tanya bang Sabil dan Mang Syarif.

"Iya....Ceritanya panjang mang, bang,"

******

Disisi lain jantung Ara sedang ketar ketik karena bertemu Habib Alwi tadi.

"Duh Allah, perasaan jakarta selatan cukup luas kenapa engkau pertemukan hamba dengannya, hamba masih merasa malu perihal pujian, bros dan komen tersebut duh Allah," batin Ara.

Harapan Ara untuk tidak dipertemukan dengan Habib Alwi disaat dia belum siap, hanya tinggallah sebuah harapan saja, karena nyatanya setiap pagi dia disuruh mengantar pesanan makanan, untuk diantar ke lokasi syuting para pemain Raden Kiansantang, yang mengharuskan dia setiap hari bertemu Habib Alwi dan artis lainnya, karena setiap harinya mengantar makanan Ara pun menjadi akrab dengan para crew serta para pemain RKS lainya seperti saat ini.

Ara sedang berjalan menuju tempat menaruh makanan.

"Assalamualaikum eh Neng Zahra, udah diantar aja makanannya," sapa salah satu crew

"Eh waalaikumsalam iya kang, ini baru matang masih anget, ayok pada disuruh sarapan dulu," ucap Ara.

"Siap neng, temen-temen yokk sarapan udah dateng ini!!" teriak orang tersebut.

Para kru pun berdatangan untuk sarapan dan ada yang bertugas memberikan kotak makanan lainya kepada para artis.

"Neng, minta tolong ini makanan buat Habib Alwi neng anterin ya, beliau ada dihutan pinus sebelah utara," ucap salah satu crew menyuruhku.

"Harus saya ya kang? kenapa nggak akang aja yang anter," ucap ku bernego bukan apa ya, tapi tiap ketemu bib wi itu kudu siap hati wkwk.

"Biasa panggilan alam, akang minta tolong kasian dari semalem beliau belum makan, katanya nggak enak makan juga, siapa tau kalo neng Zahra yang bawain beliau mau makan," ucap crew tersebut seraya memberikan nasi kotak kepada Ara, sambil senyum-senyum tidak jelas.

"Hem ya udah deh," pasrah Ara pada akhirnya.

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

Assalamualaikum !!!!!!

Lanjoooot ngkkkk?????

Makasih telah membaca!! jangan lupa vote+komen nya ya😄😄

Kamulah Lelaki Idaman{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang